Kamis, 19 Juli 2012

Cerpen Sedih - Tak Jodoh

TAK JODOH
Karya Sindy Nur Aini

Fajar telah nampak di ufuk timur, sang surya pun telah mulai menyengat. Diiringi nyanyian burung berkicau ikut menambah suasana pagi tu. Seperti biasa, tepat pukul 06.30 aku telah siap melangkah menuju gudang ilmu. Sesampainya di sekolah, saat aku tengah melintasi taman sekolah. Ku lihat Dika telah nampak di bangku taman sekolah sendiri. Ingin rasa aku menemaninya. Namun apa daya ku, tak ada perasaan berani sedikit pun yang membara dalam benak ini.

Dika adalah cowok yang aku kagumi semenjak pertama kali aku masuk SMA ini. Meski dia tak sempurna namun bagiku dia istimewa. Benar-benar istimewa, hingga ia menjabat sebagai wakil OSIS dan kapten tim basket sekolah ini. Sehingga banyak cewek yang naksir dengannya. Maka aku selalu minder bila aku berpapasan dengannya.

Aku, aku hanyalah Vicky Anil Ardani. teman-temanku sering memanggilku Vicky. Tak ada yang istimewa dariku. Maka tak banyak orang tahu tentang aku. Sedikit bakatku di bidang sastra yaitu merangkai bait-bait puisi dan rangkaian cerpen yang iseng-iseng ku kirimkan di majalah-majalah untuk menambahkan pengalaman saja.
Terus aku melintas di depan taman itu, dan sedikit melirik. Ku lihat dia tetap pada posisinya sambil memainkan hp nya. Tak sedikitpun dia hiraukan diriku. Aku pun hanya bisa berharap , suatu saat aku bisa bersamanya, menjadi kekasihnya.

Tak kurasa, akupun sampai di depan kelas. Aku terkejut di saat suara yang menggelegar bergemuruh dari arah belakang. Suara itu dari Yutik, teman sejak SMP sampai saat ini sekaligus sahabat terbaikku. Yutik adalah teman curhatku dan dekatku.
“Vick, .. “ kata dia cengengesan.
“ gue tahu apa yang loe mau” kata ku sinis sambil mengeluarkan buku tugas Matematika
“he.. he.. he... loe memang satu-satunya sahabat yang bisa ngertiin gue yach “ goda Yutik
“siiPPP . “ balasku seraya masuk ke dalam kelas
Kelas dimulai dengan pelajaran Matematika. Hari yang indah buat merefreshkan otak.

Aku termenung bersama laptopku di perpustakaan. Ku rangkai beberapa kata untuk menyambungkan cerpen yang ku buat. Namun langkah tangan yang sedang mengetik itu terhenti di saat Dika duduk di sebelahku.
“ OMG, mimpikah gue ???” pikirku

Terus aku memandang kepadanya. Tak ku sangka, Dika ternyata juga ikut memandangku. Dika merasa tak enak terus aku pandang. Akupun masih tak sadar dari tadi dia juga memperhatikanku yang terus memandangiku sampai dia melambai-lambaikan tangannya di depan wajahku. Hingga aku pun sadar, Dika terus memandangku aneh. Aku malu sekali.
“ maaf, tak ada maksud gue buat itu “ kataku singkat
“ no poblem. Sepertinya cerpennya bagus ?” kata Dika sambil melihat ke arah laptopku.

Aku hanya membalasnya dengan senyum kecil. Perasaanku saat itu begitu terbang melayang, saat dia memujiku. Aku semakin berharap dia akan benar-benar jadi kekasihku. Bukan hanya sekedar mimpi.
“ Nama Loe siapa?” katanya singkat sambil mengulurkan tangannya yang membuatku benar-benar kaget.
“Vicky Anil Ardani XII IPA3” balasku singkat
“ emm.. gue” belum dia melanjutkan kalimatnya, aku pun menyelanya.
“gak usah loe kasih tahu, gue dah tahu kok siapa loe. Sang wakil OSIS sekaligus kapten basket sekolah ini. “ selaku.
“sampai segitunya, ya. Gue benar-benar terkenal ya. “ candanya

Namun pembicaraan kami pun tersendat di saat bel masuk berbunyi.
“ya sudah ya, makasih buat semuanya. Kita sambung kapan-kapan lagi ya” kata Dika singkat seraya meninggalkan perpustakaan.
Hari ini memang hari yang indah buatku. Hari yang sempurna untuk mengukir awal yang baru untuk bisa bersama Dika. Semoga dia benar-benar jodohku.

Sore harinya, jam tepat menunjuk pukul 16.05. di rumah , Kak Reza terus menggerutu mencari- cari barang yang akan dibawanya buat latihan basket bersama teman-temannya di lapangan. Sedang aku hanya terfokus pada majalah yang tengah aku baca.
“dek, dari pada bengong di situ, ikut kakak ajach” kata kak Reza
“ kalo gue ikut kakak, sama ajach bengongnya, gue nanti juga dicuwekin” balasku
“ya udah, aku kan hanya menawari. Dari pada di rumah sendiri” terus menawariku
“Ya udah dech Kak, aku ikut” aku pun menurut pada Kak Reza.

Kami pun sampai di lapangan basket. Aku hanya terdiam di pinggir lapangan. Sambil memanikan hp ku, sekali-kali ku perhatikan permainan Kak Reza. Aku terkejut di saat melihat Kak Reza begitu akrabnya. Hari semakin sore, dan mulai beranjak malam. Matahripun telah mulai tenggelam. Kak Reza dan Dika berjalan beriringan menuju kepadaku.
“ Vicky, loe ke sini juga ya ? memangnya ada acara apa ?” kata Dika
“ EeemMMmm ,...” jawabku gagub
“loe juga kenal adik gue ya, oh.. iya gue lupa . kalian satu sekolah. Ya ampun. “ sela Kak Reza
“ Adik loe. Jadi adik loe yang ini yang loe critain itu. “ kata Dika terheran

Pembicaraan kami pun selesai sampai di situ. Sampai di rumah aku masih dihantui rasa penasaran. Akhirnyan aku temui saja Kak Reza di kamarnya. Di kamar kulihat Kak Reza sedang mengotak-atik gitarnya
“Kak Reza, “ kataku
“apa ? “
“ emmmmMMM ... kok loe bisa kenal sama Dika. “
“ooo ... ya kenal saja. Dia kan juga sering latihan di tempat kakak. Emangnya kenapa ???”
“ gak apa-apa, penasaran saja. Kakak cerita apasaja tentang gue pada Dika ?????”
“crita apa... ??? gue gak crita apa-apa?”
“bo’ong .. lha tadi Dika bilang ??”
“ooooo .. tentang loe ikut lomba cerpen itu lhoo .”
“bener gak tuh “ balasku ragu
“whateverLah dek”
Keesokan harinya aku bergegas berangkat sekolah. Hal yang mengejutkan kembali menghampiriku lagi. Kali ini tentang Dika lagi. Tak aku sangka pagi-pagi sudah memberikan vitamin untukku. Dia datang ke rumah. Dia tahu rumahku. Aku bingung kenapa dia pagi-pagi sudah datang ke sini, pasti ada hal penting dengan Kak Reza, apalagi dong kalo bukan urusan basket. Gak mungkin sekali bila berurusan denganku.

Ternyata semua persangkaku salah. Aku bingung, heran, kaget bercampur satu. Semua terasa seperti mimpi. Aku mencoba mencubit-cubit pipiku, dan aku merasa sakit. Ini benar-benar bukan mimpi.
“ OMG, benarkah ini, mimpikah gue ??? mungkinkah dia ? Tuhan ... jodohkanlah gue dengannya ???” semua anganku itu berterbangan dalam benakku.

Di saat aku masih dalam lamunanku yang masih bingung dengan semua ini, Dika menyadarkanku dengan menggenggam tanganku. Aku semakin terjatuh dalam mimpi saja.
“Vic, ayo naik. Nanti terlambat lho” ajak Dika seraya menarik tanganku menuju motornya.

Kamipun berangkat . Sampai di sekolah ketika aku dan Dika turun di parkiran, banyak siswa yang melihat pada kami. Aku bingung mau ngapain lagi. Tiba-tiba nampak seorang cewek menghampiri aku dan Dika. Ku lihat cewek itu dan Dika sangat akrab sekali. Itu adalah hal yang biasa bila Dika dekat banyak cewek karena memang orang penting.
“ Dika, gue rasa gue harus ke kelas sekarang. Terima Kasih untuk tebengannya. “ kataku berharap dia masih menahanku. Namun hasilnya nihil.
“ ya udah, sorry ya Vic, gue gak bisa ngantar loe sampai di kelas. Gue masih banyak urusan ini.” Balas Dika penuh cemas
“ No poblem. Gue bisa ngertiin loe kok” balasku seraya meninggalkan Dika dan cewek itu.

Hari-hari berlalu begitu indah. Semakin hari semakin dekat aku dengan Dika. Gue sering jalan dengan Dika. Terkadang gue juga nemenin Dika latihan basket. gue pengen tahu banyak tentang Dika. Aku mencoba mencari tahunya dengan mengintrogasi Kak Reza.
“ kak..”
“apaan ..??” balas Kak Reza sambil memainkan gitarnya.
“Loe kan dah kenal lama ma Dika, Dia dah punya Cewek belum ???”
“ Hayoo ada apa nih, sepertinya ada yang lagi falling in love, lagian loe kan yang dekat sama Dika, sampai-sampai gue dicuekin kenapa tanya sama gue ?”
“critanya cemburu nihhh .. ya udah , lagian gak penting tahuuu ...” Akupun meninggalkan Kak reza.
Hari kelulusanpun mulai menjelang. Aku merasa Dika begitu beda . Tak seperti dulu lagi. Kita tak sedekat waktu dulu. Gue semakin jauh dari Dika. Meski awan begitu biru, namun hatiku merasa kelabu. Aku merasa kesepian.

Beberapa hari kemudian, aku mendengar berita bila Dika akan abroad study di Australia. Hatiku bagai teriris saat mendengar kabar itu. Aku merasa sangat kehilangan sekali. Aku pun segera datang menemui Yutik sahabat baikku untuk meminta solusi. Sia-sia hasilnya, Yutik baru liburan bersama orang tuanya ke Bandung. Aku merasa bingung, semua rasa ku bercampur tak karuan. Hingga keberanian itu pun muncul . Aku memutuskan untuk menumpahkan semua perasaanku pada Dika. Menyatakan bagaimana isi hatiku pada Dika sebelum dia pergi. Daripada aku menyesal nantinya.
Saat tiba di depan rumah Dika, aku mencoba melangkah masuk ke dalam halaman rumah Dika, namun begitu berat rasanya. Terus ku paksakan , meski hati terus memberontak. Aku hanya bisa menanti takdir cinta yang mungkin bisa menuntunku bersama Dika. Namun bila takdir cinta itu tidak bersama Dika, mungkin Dika bukan tercipta untuk, dia bukan Jodohku.

Kutekan tombol bel rumah Dika tiga kali, hingga Dika membukakan pintu. Ku tatap wajah dika, perih begitu menusuk hati.
“Vic, adakah sesuatu yang telah menerbangka loe hingga singgah di istana gue ini?” gurau Dika

Aku hanya menggeleng-gelengkan kepalaku. Aku membisu, tak mampu bicara. Seperti ada sesuatu yang membungkam mulutku. Menatap wajah Dika semakin membuat hatiku perih. Dika merasa heran denganku hingga ia menarik tanganku masuk ke dalam rumahnya. Namun aku tetap bertahan pada posisi ku sekarang.
“Dika, gue pengen ngomongin sesuatu sama loe ? ku harap kau bisa mengerti” kata ku sambil menunduk
“baiklah. Ada apa sebenarnya??.” Balas Dika
“Dika, apakah loe tahu tentang rasa yang gue miliki? Pernahkah loe mencoba membaca sedikit tentang hati gue? Pekakah loe dengan hal yang pernah kita lalui ?? sesungguh hal-hal yang pernah kita lalui itu adalah ukiran perasaan gue untuk loe. Semenjak pertama gue sekolah di sini, gue udah suka sama loe, jauh sebelum loe menjadi wakil OSIS atau kapten basket. meski loe tak sempurna , namun bagi gue loe istimewa. Gue gak pingin maksain perasaan loe, terserah jawaban apa dari loe gue terima. Gue hanya ingin numpahin perasaan yang sebenarnya dari lubuk hati gue, gue nggak ingin terluka karena terlalu sakit memendam perasaan gue pada loe, Dik? Jelasku dengan mata yang berkaca-kaca.
“eMMmmm ... Vic, gue bisa ngertiin bagaimana perasaan loe dan gue hargai perasaan loe pada gue, namun sepertinya sudah terlambat. Gue udah ... udah jadian sama Tania. Maafin gue Vic, gue yakin loe bakal mendapatkan cowok yang lebih baik dari gue. Percayalah Vic” balas Dika penuh cemas.
“tak apalah Dik, gue bisa ngerti kok. Itu hak loe, gue hanya bisa nunggu jawabannya. Loe mungkin bukan jodoh gue, loe bukan jawaban segala doa gue. Selamat ya, semoga langgeng dengan Tania. Namun gue gak bisa janji buat bisa cepat nglupain loe untuk saat ini. Bagi gue loe lah yag terbaik. tapi gue percaya kok, Tuhan udah nyiapin jodoh yang paling terbaik buat gue. “ kata ku dan meninggalkan Dika.

Hatiku begitu sakit sekali, aku hanya bisa menangis dan menangis. Tak ada tawa sedikitpun menghiasiku , yang ada hanya kenangan masa laluku bersama Dika. Ternyata dia bukan jodohku.
Waktu terus beranjak. Berlalu tanpa henti. Berputar mengikuti alur. Ku coba bangkit dari keterpurukan. Tiada guna ku berlama-lama tenggelam dalam harapan yang tak mungkin bisa kuharapkan lagi. Buka lembaran baru, tanpa Dika. Sekarang ku jalani hidupku seperti air mengalir mengikuti arus.

PROFIL PENULIS
Namaku Sindy Nur Aini, aku bersekolah di SMKN 1 Sragen jurusan Teknik Komputer dan Jaringan.
Alamatku di Gudang Kapuk, Sragen wetan, Sragen
my FB : Chiendy s'manizs Candy

Baca juga Cerpen Sedih yang lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar