JANGAN BUNUH NYAWAKU
Karya Rahma M.M
Hari ini begitu sepi,dengan sejuta manusia yang sedang berkumpul di terminal,bisa-bisanya aku bilang hari ini sepi,jika terminal bus saja sudah di penuni dengan penumpang bus yang tengah menunggu kedatangan bus, maksud aku,dari sekian banyak manusia di bumi ini apa tak ada satupun dari mereka yang mau menengok orang-orang susah sepertiku,setiap pagi berjalan menyusuri lorong-lorong jembatan untuk memungut barang bekas dan di jual untuk sesuap nasi,apa mereka tak sedikit pun berpikir jika kota yang mereka bangga-banggakan ini bersih juga gara-gara kami...huffft....
‘’Tari....’’.panggi seseorang dari seberang jalan
‘’apa’’,jawabku memunguti botol-botol plastik
‘’kamu kenapa sih,jutek amat’’,kata raka menghampiriku
‘’udah deh kalau kamu kesini Cuma mau gangguin aku,mendingan kamu pergi aja’’,kataku memunggunginya
‘’aku punya salah ya sama kamu’’,
‘’nggak’’.
‘’lantas....’’.
‘’aku benci sama orang-orang itu’’,aku mengarahkan jari telunjukku pada segerombolan orang kaya yang sedang makan di restauran,,,
‘’kenapa????’’,raka tak mengerti
‘’mereka enak-enakkan makan makanan mahal,ketawa-ketawa, seenaknya, mereka itu menari-nari di atas penderitaan kita’’,ujarku tak terima
‘’sudahlah ri,mungkin memang ini nasib kita,kita hanya seorang pemulung, mendingan kita pulang aja yuk’’,ajak raka,aku hanya mengiyakan saja,langkah kita terhenti ketika para warga sedang mengejar pencuri yang di teriakinya maling,,,jangan jangan laki-laki itu, ku percepat langkahku meskipun aku berjalan dengan pincang karena cacat sejak lahir,hal itu lah yang menyebabkan orang tua kandungku membuangku, mereka tak mau nama baik keluarga tercoreng karena kehadiranku....
‘’ayah....’’,aku pun sampai digubuk tempatku tinggal bersama ayah angkatku‘’ini minum dulu yah...’’,aku menuangkan segelas air dari teko ke gelas
‘’makasih nak’’,
‘’ayah ini apa-apaan sih,apa ayah yang menjadi kejar-kejaran warga tadi’’, tanyaku,tapi ayah tak menjawab pertanyaanku,nafasnya masih ngos-ngosan
‘’tari...biarkan ayahmu tenang dulu’’,kata raka
‘’maafkan ayah ri,ayah terpaksa nglakuin ini,Cuma ini pekerjaan yang bisa ayah lakuin untuk memberi makan adik-adikmu itu,ayah terpaksa ri,memang hanya ini pekerjaan ayah’’,aku ayah, dengan napas yang tersenggal-senggal dengan gelas digenggamannya
‘’tapi ini membahayakan nyawa ayah,coba kalau ayah tadi tertangkap dan di keroyok satu kampung’’,kataku, ya...slama ini ayah mencari uang dengan cara yang tidak halal,mencuri atau mencopet,tapi uang itu di gunakan ayah untuk menghidupiku dan memberi makan anak-anak jalanan ataupun di sumbangkan ke panti asuhan,meskipun jumlahnya tak seberapa,,,
‘’sudahlah nak,yakinlah,ayah melakukan ini juga bukan untuk ayah sendiri kan’’,ayah beranjak dari tempat duduknya dan pergi ke bilik kamarnya, rumah yang kami tempati sangat sederhana,hanya terbuat dari kardus, mentari tlah mengistirahatkan sinarnya, kini bukan matahari lagi yang menjadi penerang bumi,melainkan cahaya rembulan,ku intip ayah dari celah-celah kardus rumah kami,ayah sedang melaksanaka shalat maghrib,ku langkahkan kakiku menuju luar rumah...
‘’sudah shalat ri’’,ayah menghampiriku
‘’sudah yah,’’jawabku duduk di antara tumpukan koran-koran
‘’kamu ini kenapa,kok kelihatannya lagi ada masalah gitu’’,tanya ayah meneguk kopi dan duduk di kursi yang sudah reot
‘’tari...tari,hmmmm....siapa sebenarnya orang tua kandung tari yah, mengapa mereka tega membuang tari di tempat seperti ini sendirian,apa mereka tak punya hati’’,kataku dengan derai air mata
‘’kamu ini ngomong apa,tari itu anak ayah, nggak ada yang membuang tari ataupun menyia-nyiakan kamu,nak’’,kata yah dengan santai,meneguk lagi kopinya
‘’ayah....’’.
‘’tari....’’,
‘’aku hanya ingin tau saja apa alasan mereka membuangku yah,karna aku cacat????’’,
‘’mereka bodoh,sangat-sangat bodoh, mereka ,meninggalkan anak sebaik dan secantik kamu di tempat kotor seperti ini’’,
‘’itu tak menjawab pertanyaanku’’, aku memalingkan muka,ayah menghela napas panjang, masuk ke dalam rumah dan mengambil sesuatu...
‘’ini....’’,ayah mengulurkan kartu nama kepadaku
‘’andika...siapa ini yah?’’,tanyaku menatap ayah dengan tatapan tajam
‘’ayah menemukan itu ketika ayah mengambilmu di tempat kamu di tinggal orang tua kandungmu nak,ayah yakin jika itu kartu nama orang tuamu’’,jelas ayah,ku lihat kartu nama itu,jln mawar n0 5,ini bukannya perumahan tempat orang-orang elit,jadi aku anak....nggak aku bukan anak orang kaya itu,aku anak ayah
‘’jika kamu benar-beanar ingin menemui orang tua kandungmu,temuilah’’,ujar ayah dengan raut muka sedih
‘’nggak yah,buat apa,mereka terlalu asing di mataku,aku ini anak ayah bukan’’,aku mendekati ayah
‘’tapi kamu berhak ikut merasakan kebahagiaan yang mereka rasakan,nak’’,kata ayah
‘’kebahagiaan tari adalah melihat ayah tersenyum’’,ujarku memeluk ayah
‘’cuma kamu harta ayah satu-satunya tari’’,ayah menyambut pelukanku...
‘’aih aih...ini anak sama bapak kok lagi tangis tangisan gini kenapa’’,raka datang membawa singkong rebus
‘’raka..’’,segera ku hapus air mataku
‘’ini aku bawain singkong rebus,yah, walaupun hanya singkong rebus tapi rasanya nggak kalah kok sama pizza’’, raka promosi
‘’kebetulan,sini sini,pakde sangat laper ini’’,kata ayah
‘’tari juga mau’’,
‘’eh eh...senyum dulu dong’’,kata raka, akupun tersenyum,kita pun memakan singkong rebus dan menghabiskan malam itu di bawah cahaya rembulan yang kurasa tengah tersenyum pada kami...
‘’tari...sudah siap,berangkat yukkk’’,raka sudah siap dengan perlengkapan memulung
‘’sudah kok,yuk’’,
‘’yukk,,’’,
‘’eh ayah’’,langkahku terhenti ketika ku dapati ayah tengah bersiap-siap untuk pergi
‘’ayah mau kemana’’,tanyaku melihat penampilan ayah dari ujung kaki hingga kepala
‘’ayah mau pergi sebentar’’.jawab ayah mengancingkan bajunya
‘’pergi kemana yah?jangan bilang ayah mau....’’,kataku teputus
‘’nggak tari,ayah udah mutusin untuk tidak mencopet atau sebagainya,ayah janji nggak akan begitu lagi,ayah Cuma mau pergi sebentar,ayah ada urusan, ayah pergi dulu ya,jaga dirimu baik-baik,raka jaga dia’’,ayah menepuk pundakku dan berlalu dari hadapanku,mau kemana ayah,tak biasanya ayah rapi seperrti itu
‘’tari....ri’’,raka membuyarkan lamunanku‘’ayo,,,’’
‘’oh...iya-iya’’,ku pakai topi untuk mengurangi panas yang begitu menyengat kepalaku,hari ini begitu panas,mulai kita berjalan menyusuri jalan-jalan memunguti sampah
‘’panas banget ya,ka’’,kataku menyeka keringatku
‘’iya nih,ni minum dulu’’,raka memberiku sebotol minuman
‘’ayah tadi pergi kemana ya’’,
‘’mungkin benar kata ayahmu jika ayahmu masih ada urusan yang harus di selesaikan’’,raka menenangkan aku
‘’tapi,tak biasanya ayah berpakaian rapi seperti itu’’,ujarku
‘’kamu juga tak biasanya begitu menyemaskan ayahmu’’,raka menatapku
‘’aku juga nggak tau,perasaanku hari ni nggak menentu,kacau,aku takut terjadi sesuatu dengan ayah,aku takut kehilangan ayah,Cuma dia orang yang aku punya di dunia ini,ayah adalah nyawaku’’akuku
‘’kamu ini ngomong apa sih,aku???’’,
‘’dan kau ragaku’’,
‘’oiya????kau masih punya aku ri,kita udah sahabatan dari kecil,bahkan aku udah nganggap kamu itu adikku sendiri, kamu masih beruntung memiliki ayah yang sangat menyayangimu,sedangkan aku,bahkan aku saja tak tau siapa yang melahirkan aku’’,raka menunduk
‘’kau masih punya aku raka’’,
‘’benarkah???’’.
‘’iya,nasib kita sama,kita harus jalani ini semua bersama-sama ka,dengan berjuta beban yang ada di pundak kita,kita diharuskan untuk selalu berjalan dengan tegaknya tanpa membungkuk,berjalan lurus tanpa berbelok,berharap dunia yang begitu kejam dapat kita genggam,hanya orang berdasi yang berkuasa,jangan harap jika kita nanti akan sukses tanpa adanya setetes keringat pun yang mengucur dari tubuh kita,dan aku yakin jika suatu hari nanti kita akan mendapatkan tempat sesuai dengan perbuatan dan tindakan yang telah kita lakukan’’,aku berkata seperti guru yang tengah menjelaskan kepada muridnya
‘’aku tak pernah mendengar kata-kata bijak itu dari mulutmu ri’’,raka terbelanga,raka kagum dengan kata-kataku
‘’kita memang nggak sekolah,tapi otak kita nggak kalah’’,aku beranjak
‘’hahahaahahah...kamu bisa bisa aja, kerja lagi yuk’’,raka tertawa terbahak-bahak
‘’yukk’’,kita pun bekerja lagi,memunguti sampah dan nanti di jual
‘’selamat siang,bisa saya bertemu dengan pak andika’’,kata ayah
‘’anda siapa,sebelumnya sudah bikin janji?’’,tanya satpam kantor pak andika
‘’belum,bisa saya menemuinya’’,harap ayah
‘’sebentar anda tunggu saja di sini’’,kata satpam itu pergi ke ruang pak andika,beberapa menit kemudian satpam itu keluar dari ruangan pak andika dan menemui ayah
‘’silahkan anda masuk,ruangan pak andika ada di sebelah sana’’,satpam menunjukan ruangan pak andika, ayah pun menuju ruangan itu
‘’permisi’’,ayah mengetok pintu
‘’iya silahkan masuk’’.kata pak andika‘’silahkan duduk’’,
‘’terimakasih’’.ayah duduk memposisikan dirinya
‘’anda ada keperluan apa ya datang kesini menacari saya,apa saya mengenal anda’’,tanya pak andika memberondong
‘’saya...saya,saya orang yang telah membesarkan anak anda’’,aku ayah
‘’anak saya?’’,apa maksud anda?’’,
‘’anda ingat dengan bayi cacat yang anda buang 18 tahun yang lalu di tempat yang sangat kumuh,dimana hati anda membuang anak kandung anda sendiri,apa anda ini tak memiliki perasaan, dia sangat membutuhkan anda?’’,jelas ayah,pak andika tak segera menjawab,pak andika masih menimbang-nimbang kata-kata ayah, ruangan pun menjadi hening
‘’dimana dia sekarang’’,tanya pak andika menghentikan keheningan
‘’apa anda akan menemuinya?’’,ayah bertanya dengan antusias
‘’iya,maafkan saya,waktu itu ibu saya tidak bisa menerima jika cucu pertamanya cacat,ibu saya berpikir jika kedatangan anak kami hanya akan mencoreng nama baik keluarga,maka dari itu ibu saya menyuruh sopir pribadinya untuk membuang anak saya,saya tidak mengetahui apa-apa karna waktu itu saya berada di luarkota,dan ibu saya mengatakan jika anak kami telah meninggal,istri saya sangat syok,namun,beberapa tahun kemudian ibu saya meninggal,dan ibu saya berkata jika anak kami belum meninggal,ibu saya menceritakan semuanya,ibu saya bilang kami harus mencari anak kami,berhari-hari kami mencari anak kami,namun hasilnya nol,’’,aku pak andika
‘’alhamduliih...saya akan mengantar anda ketempat anak anda selama ini tinggal bersama saya,’’
‘’baik saya akan menghubungi istri saya’’,kata pak andika
‘’baiklah,,,pak,tapi...’’,ayah berkata
‘’iya...ada apa?’’,
‘’jaga tari baik-baik ya pak,bagaimana pun juga dia telah saya anggap seperti anak saya sendiri’’,aku ayah
‘’pasti....trimakasih banyak ya pak, anda telah membesarkan anak saya,sebagai gantinya...’’,kata pak andika terputus
‘’tidak,,,saya tidak perlu apa-apa,saya... saya permisi dulu’’,
‘’baiklah,saya mengucapkan beribu trimakasih kepada anda’’, ucap pak andika,ayah pamit pulang,dan ketika ayah berada di depan kantor pak andika,ada jambret yag sedang di kejar-kejar warga,dan penjambret itu memberikan tas yang di jambretnya kepada ayah,dan warga mengira jika ayah berkomplot dengan penjambret itu, ayah pun di keroyok dan di hakimi orang-orang...
‘’tari...itu ada apa ya,ribut-ribut’’,raka memberitahuku
‘’nggak tau tuh,kita kihat yuk’’,aku dan raka pun segera mendekati orang yang di kroyok itu
‘’ayah...ayah,berhenti-berhenti, berhenti’’,aku mencoba menghentikan amukan warga
‘’berhenti apa yang kalian lakukan terhadap ayahku,kalian nggak punya hak buat memukuli ayahku,apa salah ayahku,’’aku tak terima
‘’dia telah menjambret’’,teriak seorang warga
‘’apa menjambret,berapa ratus juta uang yang ada di dalam tas yang ayah jambret, berapa milyar,ha,berapa banyak,kalian menghakimi ayahku samapi ayahku hampir mati padahal uang ini tidak ada apa-apanya,kenapa kalian melakukan ini kepada ayahku,dan kenapa kalian membiyarkan para koruptor yang yang mengambil uang rakyat dengan jumlah yang begitu banyak hanya untuk kepentingannya sendiri,ha,jawab,’’ aku memangku ayah yang sudah tak berdaya berlumuran darah
‘’hentikan,bukan dia yang bersalah, bukan dia yang menjambret tas saya,’’jelas korban pencopetan,kulihat dia,mengapa aku merasa begitu berbeda menatap perempuan itu,aku merasakan adanya ikatan batin seorang anak kepada ibunya
‘’mama...ada apa ini,pak joko’’,pak andika menghampiri kami,ternyata perempuan itu istri dari pak andika
‘’tari...’’,panggil ayah
‘’ayah,,,iya ayah’’,jawabku
‘’dengarkan ayah,pak andika itu...dia,dia orang tuamu nak’’,kata ayah tebata-bata
‘’apa...’’,ku pandangi pak andika
‘’kamu sekarang udah ketemu dengan orang tua kandungmu nak,kamu jangan sedih lagi ya,ayah sangat sayang sama kamu,pak andika...’’,
‘’iy,,,iya pak’’,
‘’ini tari anak bapak,tolong jaga dia pak’’,
‘’iya pak pasti’’,pak andika memelukku
‘’ayah...ayah jangan ngomong gitu,jangan tinggalin tari yah,’’ aku menangis
‘’tari...mereka orang tuamu,maafin ayah ya nak,ayah nggak bisa jaga kamu lagi,,, lailahaillah’’,ayah menghembuskan napas terakhirnya di pangkuanku
‘’ayah..ayah...ayahhhhhh’’,teriakku
‘’tari....’’,raka mendekatiku
‘’mereka jahat raka,mereka membunuh nyawaku,’’aku menangis tersedu-sedu
‘’tari.....’’,pak andika memelukku
‘’ma...dia,dia putri kita ma,dia putri kita yang slama ini kita cari-cari’’,kata pak andika kepada istrinya
‘’jadi kamu....’’,mama memelukku
‘’mama...papa’’,aku memeluk mama dan papa,keesokan harinya jenazah ayah di makamkan di pemakaman umum, kutaburkan bunga-bunga nan harum dan cantik dimakam ayah
‘’ayah....karnamu aku bisa hidup hingga sekarang,karnamu aku bisa tetap semangat menjalani hidup,kau adalah napasku,kau adalah nyawaku,tapi dunia kita telah berbeda ayah,tapi ingatlah aku tetap putri kesayanganmu’’,aku mencium nisan ayah
‘’sayang...kita pulang yuk,biarkan pak joko tenang disana’’,mama memelukku, kita pun pulang kerumah,mama dan papa mendirikan panti asuhan untuk anak-anak jalanan yang selama ini di rawat ayah dan raka...dia di beri tanggung jawab juga untuk mengurus anak-anak....
‘’ayah....’’,aku pun sampai digubuk tempatku tinggal bersama ayah angkatku‘’ini minum dulu yah...’’,aku menuangkan segelas air dari teko ke gelas
‘’makasih nak’’,
‘’ayah ini apa-apaan sih,apa ayah yang menjadi kejar-kejaran warga tadi’’, tanyaku,tapi ayah tak menjawab pertanyaanku,nafasnya masih ngos-ngosan
‘’tari...biarkan ayahmu tenang dulu’’,kata raka
‘’maafkan ayah ri,ayah terpaksa nglakuin ini,Cuma ini pekerjaan yang bisa ayah lakuin untuk memberi makan adik-adikmu itu,ayah terpaksa ri,memang hanya ini pekerjaan ayah’’,aku ayah, dengan napas yang tersenggal-senggal dengan gelas digenggamannya
‘’tapi ini membahayakan nyawa ayah,coba kalau ayah tadi tertangkap dan di keroyok satu kampung’’,kataku, ya...slama ini ayah mencari uang dengan cara yang tidak halal,mencuri atau mencopet,tapi uang itu di gunakan ayah untuk menghidupiku dan memberi makan anak-anak jalanan ataupun di sumbangkan ke panti asuhan,meskipun jumlahnya tak seberapa,,,
‘’sudahlah nak,yakinlah,ayah melakukan ini juga bukan untuk ayah sendiri kan’’,ayah beranjak dari tempat duduknya dan pergi ke bilik kamarnya, rumah yang kami tempati sangat sederhana,hanya terbuat dari kardus, mentari tlah mengistirahatkan sinarnya, kini bukan matahari lagi yang menjadi penerang bumi,melainkan cahaya rembulan,ku intip ayah dari celah-celah kardus rumah kami,ayah sedang melaksanaka shalat maghrib,ku langkahkan kakiku menuju luar rumah...
‘’sudah shalat ri’’,ayah menghampiriku
‘’sudah yah,’’jawabku duduk di antara tumpukan koran-koran
‘’kamu ini kenapa,kok kelihatannya lagi ada masalah gitu’’,tanya ayah meneguk kopi dan duduk di kursi yang sudah reot
‘’tari...tari,hmmmm....siapa sebenarnya orang tua kandung tari yah, mengapa mereka tega membuang tari di tempat seperti ini sendirian,apa mereka tak punya hati’’,kataku dengan derai air mata
‘’kamu ini ngomong apa,tari itu anak ayah, nggak ada yang membuang tari ataupun menyia-nyiakan kamu,nak’’,kata yah dengan santai,meneguk lagi kopinya
‘’ayah....’’.
‘’tari....’’,
‘’aku hanya ingin tau saja apa alasan mereka membuangku yah,karna aku cacat????’’,
‘’mereka bodoh,sangat-sangat bodoh, mereka ,meninggalkan anak sebaik dan secantik kamu di tempat kotor seperti ini’’,
‘’itu tak menjawab pertanyaanku’’, aku memalingkan muka,ayah menghela napas panjang, masuk ke dalam rumah dan mengambil sesuatu...
‘’ini....’’,ayah mengulurkan kartu nama kepadaku
‘’andika...siapa ini yah?’’,tanyaku menatap ayah dengan tatapan tajam
‘’ayah menemukan itu ketika ayah mengambilmu di tempat kamu di tinggal orang tua kandungmu nak,ayah yakin jika itu kartu nama orang tuamu’’,jelas ayah,ku lihat kartu nama itu,jln mawar n0 5,ini bukannya perumahan tempat orang-orang elit,jadi aku anak....nggak aku bukan anak orang kaya itu,aku anak ayah
‘’jika kamu benar-beanar ingin menemui orang tua kandungmu,temuilah’’,ujar ayah dengan raut muka sedih
‘’nggak yah,buat apa,mereka terlalu asing di mataku,aku ini anak ayah bukan’’,aku mendekati ayah
‘’tapi kamu berhak ikut merasakan kebahagiaan yang mereka rasakan,nak’’,kata ayah
‘’kebahagiaan tari adalah melihat ayah tersenyum’’,ujarku memeluk ayah
‘’cuma kamu harta ayah satu-satunya tari’’,ayah menyambut pelukanku...
‘’aih aih...ini anak sama bapak kok lagi tangis tangisan gini kenapa’’,raka datang membawa singkong rebus
‘’raka..’’,segera ku hapus air mataku
‘’ini aku bawain singkong rebus,yah, walaupun hanya singkong rebus tapi rasanya nggak kalah kok sama pizza’’, raka promosi
‘’kebetulan,sini sini,pakde sangat laper ini’’,kata ayah
‘’tari juga mau’’,
‘’eh eh...senyum dulu dong’’,kata raka, akupun tersenyum,kita pun memakan singkong rebus dan menghabiskan malam itu di bawah cahaya rembulan yang kurasa tengah tersenyum pada kami...
‘’tari...sudah siap,berangkat yukkk’’,raka sudah siap dengan perlengkapan memulung
‘’sudah kok,yuk’’,
‘’yukk,,’’,
‘’eh ayah’’,langkahku terhenti ketika ku dapati ayah tengah bersiap-siap untuk pergi
‘’ayah mau kemana’’,tanyaku melihat penampilan ayah dari ujung kaki hingga kepala
‘’ayah mau pergi sebentar’’.jawab ayah mengancingkan bajunya
‘’pergi kemana yah?jangan bilang ayah mau....’’,kataku teputus
‘’nggak tari,ayah udah mutusin untuk tidak mencopet atau sebagainya,ayah janji nggak akan begitu lagi,ayah Cuma mau pergi sebentar,ayah ada urusan, ayah pergi dulu ya,jaga dirimu baik-baik,raka jaga dia’’,ayah menepuk pundakku dan berlalu dari hadapanku,mau kemana ayah,tak biasanya ayah rapi seperrti itu
‘’tari....ri’’,raka membuyarkan lamunanku‘’ayo,,,’’
‘’oh...iya-iya’’,ku pakai topi untuk mengurangi panas yang begitu menyengat kepalaku,hari ini begitu panas,mulai kita berjalan menyusuri jalan-jalan memunguti sampah
‘’panas banget ya,ka’’,kataku menyeka keringatku
‘’iya nih,ni minum dulu’’,raka memberiku sebotol minuman
‘’ayah tadi pergi kemana ya’’,
‘’mungkin benar kata ayahmu jika ayahmu masih ada urusan yang harus di selesaikan’’,raka menenangkan aku
‘’tapi,tak biasanya ayah berpakaian rapi seperti itu’’,ujarku
‘’kamu juga tak biasanya begitu menyemaskan ayahmu’’,raka menatapku
‘’aku juga nggak tau,perasaanku hari ni nggak menentu,kacau,aku takut terjadi sesuatu dengan ayah,aku takut kehilangan ayah,Cuma dia orang yang aku punya di dunia ini,ayah adalah nyawaku’’akuku
‘’kamu ini ngomong apa sih,aku???’’,
‘’dan kau ragaku’’,
‘’oiya????kau masih punya aku ri,kita udah sahabatan dari kecil,bahkan aku udah nganggap kamu itu adikku sendiri, kamu masih beruntung memiliki ayah yang sangat menyayangimu,sedangkan aku,bahkan aku saja tak tau siapa yang melahirkan aku’’,raka menunduk
‘’kau masih punya aku raka’’,
‘’benarkah???’’.
‘’iya,nasib kita sama,kita harus jalani ini semua bersama-sama ka,dengan berjuta beban yang ada di pundak kita,kita diharuskan untuk selalu berjalan dengan tegaknya tanpa membungkuk,berjalan lurus tanpa berbelok,berharap dunia yang begitu kejam dapat kita genggam,hanya orang berdasi yang berkuasa,jangan harap jika kita nanti akan sukses tanpa adanya setetes keringat pun yang mengucur dari tubuh kita,dan aku yakin jika suatu hari nanti kita akan mendapatkan tempat sesuai dengan perbuatan dan tindakan yang telah kita lakukan’’,aku berkata seperti guru yang tengah menjelaskan kepada muridnya
‘’aku tak pernah mendengar kata-kata bijak itu dari mulutmu ri’’,raka terbelanga,raka kagum dengan kata-kataku
‘’kita memang nggak sekolah,tapi otak kita nggak kalah’’,aku beranjak
‘’hahahaahahah...kamu bisa bisa aja, kerja lagi yuk’’,raka tertawa terbahak-bahak
‘’yukk’’,kita pun bekerja lagi,memunguti sampah dan nanti di jual
‘’selamat siang,bisa saya bertemu dengan pak andika’’,kata ayah
‘’anda siapa,sebelumnya sudah bikin janji?’’,tanya satpam kantor pak andika
‘’belum,bisa saya menemuinya’’,harap ayah
‘’sebentar anda tunggu saja di sini’’,kata satpam itu pergi ke ruang pak andika,beberapa menit kemudian satpam itu keluar dari ruangan pak andika dan menemui ayah
‘’silahkan anda masuk,ruangan pak andika ada di sebelah sana’’,satpam menunjukan ruangan pak andika, ayah pun menuju ruangan itu
‘’permisi’’,ayah mengetok pintu
‘’iya silahkan masuk’’.kata pak andika‘’silahkan duduk’’,
‘’terimakasih’’.ayah duduk memposisikan dirinya
‘’anda ada keperluan apa ya datang kesini menacari saya,apa saya mengenal anda’’,tanya pak andika memberondong
‘’saya...saya,saya orang yang telah membesarkan anak anda’’,aku ayah
‘’anak saya?’’,apa maksud anda?’’,
‘’anda ingat dengan bayi cacat yang anda buang 18 tahun yang lalu di tempat yang sangat kumuh,dimana hati anda membuang anak kandung anda sendiri,apa anda ini tak memiliki perasaan, dia sangat membutuhkan anda?’’,jelas ayah,pak andika tak segera menjawab,pak andika masih menimbang-nimbang kata-kata ayah, ruangan pun menjadi hening
‘’dimana dia sekarang’’,tanya pak andika menghentikan keheningan
‘’apa anda akan menemuinya?’’,ayah bertanya dengan antusias
‘’iya,maafkan saya,waktu itu ibu saya tidak bisa menerima jika cucu pertamanya cacat,ibu saya berpikir jika kedatangan anak kami hanya akan mencoreng nama baik keluarga,maka dari itu ibu saya menyuruh sopir pribadinya untuk membuang anak saya,saya tidak mengetahui apa-apa karna waktu itu saya berada di luarkota,dan ibu saya mengatakan jika anak kami telah meninggal,istri saya sangat syok,namun,beberapa tahun kemudian ibu saya meninggal,dan ibu saya berkata jika anak kami belum meninggal,ibu saya menceritakan semuanya,ibu saya bilang kami harus mencari anak kami,berhari-hari kami mencari anak kami,namun hasilnya nol,’’,aku pak andika
‘’alhamduliih...saya akan mengantar anda ketempat anak anda selama ini tinggal bersama saya,’’
‘’baik saya akan menghubungi istri saya’’,kata pak andika
‘’baiklah,,,pak,tapi...’’,ayah berkata
‘’iya...ada apa?’’,
‘’jaga tari baik-baik ya pak,bagaimana pun juga dia telah saya anggap seperti anak saya sendiri’’,aku ayah
‘’pasti....trimakasih banyak ya pak, anda telah membesarkan anak saya,sebagai gantinya...’’,kata pak andika terputus
‘’tidak,,,saya tidak perlu apa-apa,saya... saya permisi dulu’’,
‘’baiklah,saya mengucapkan beribu trimakasih kepada anda’’, ucap pak andika,ayah pamit pulang,dan ketika ayah berada di depan kantor pak andika,ada jambret yag sedang di kejar-kejar warga,dan penjambret itu memberikan tas yang di jambretnya kepada ayah,dan warga mengira jika ayah berkomplot dengan penjambret itu, ayah pun di keroyok dan di hakimi orang-orang...
‘’tari...itu ada apa ya,ribut-ribut’’,raka memberitahuku
‘’nggak tau tuh,kita kihat yuk’’,aku dan raka pun segera mendekati orang yang di kroyok itu
‘’ayah...ayah,berhenti-berhenti, berhenti’’,aku mencoba menghentikan amukan warga
‘’berhenti apa yang kalian lakukan terhadap ayahku,kalian nggak punya hak buat memukuli ayahku,apa salah ayahku,’’aku tak terima
‘’dia telah menjambret’’,teriak seorang warga
‘’apa menjambret,berapa ratus juta uang yang ada di dalam tas yang ayah jambret, berapa milyar,ha,berapa banyak,kalian menghakimi ayahku samapi ayahku hampir mati padahal uang ini tidak ada apa-apanya,kenapa kalian melakukan ini kepada ayahku,dan kenapa kalian membiyarkan para koruptor yang yang mengambil uang rakyat dengan jumlah yang begitu banyak hanya untuk kepentingannya sendiri,ha,jawab,’’ aku memangku ayah yang sudah tak berdaya berlumuran darah
‘’hentikan,bukan dia yang bersalah, bukan dia yang menjambret tas saya,’’jelas korban pencopetan,kulihat dia,mengapa aku merasa begitu berbeda menatap perempuan itu,aku merasakan adanya ikatan batin seorang anak kepada ibunya
‘’mama...ada apa ini,pak joko’’,pak andika menghampiri kami,ternyata perempuan itu istri dari pak andika
‘’tari...’’,panggil ayah
‘’ayah,,,iya ayah’’,jawabku
‘’dengarkan ayah,pak andika itu...dia,dia orang tuamu nak’’,kata ayah tebata-bata
‘’apa...’’,ku pandangi pak andika
‘’kamu sekarang udah ketemu dengan orang tua kandungmu nak,kamu jangan sedih lagi ya,ayah sangat sayang sama kamu,pak andika...’’,
‘’iy,,,iya pak’’,
‘’ini tari anak bapak,tolong jaga dia pak’’,
‘’iya pak pasti’’,pak andika memelukku
‘’ayah...ayah jangan ngomong gitu,jangan tinggalin tari yah,’’ aku menangis
‘’tari...mereka orang tuamu,maafin ayah ya nak,ayah nggak bisa jaga kamu lagi,,, lailahaillah’’,ayah menghembuskan napas terakhirnya di pangkuanku
‘’ayah..ayah...ayahhhhhh’’,teriakku
‘’tari....’’,raka mendekatiku
‘’mereka jahat raka,mereka membunuh nyawaku,’’aku menangis tersedu-sedu
‘’tari.....’’,pak andika memelukku
‘’ma...dia,dia putri kita ma,dia putri kita yang slama ini kita cari-cari’’,kata pak andika kepada istrinya
‘’jadi kamu....’’,mama memelukku
‘’mama...papa’’,aku memeluk mama dan papa,keesokan harinya jenazah ayah di makamkan di pemakaman umum, kutaburkan bunga-bunga nan harum dan cantik dimakam ayah
‘’ayah....karnamu aku bisa hidup hingga sekarang,karnamu aku bisa tetap semangat menjalani hidup,kau adalah napasku,kau adalah nyawaku,tapi dunia kita telah berbeda ayah,tapi ingatlah aku tetap putri kesayanganmu’’,aku mencium nisan ayah
‘’sayang...kita pulang yuk,biarkan pak joko tenang disana’’,mama memelukku, kita pun pulang kerumah,mama dan papa mendirikan panti asuhan untuk anak-anak jalanan yang selama ini di rawat ayah dan raka...dia di beri tanggung jawab juga untuk mengurus anak-anak....
Ayah....kau memang bukan orang yang melahirkanku,kau memang bukan orang yang membuatku berada didunia ini,tapi karnamu...aku bisa tetap bertahan hidup hingga sekarang,kau merawatku dan membesarkan aku dengan kasih sayangmu,kau begitu tegar, aku masih ingat dengan kata-kata ayah, ayah berharap jika ayah dapat menggenggam dunia yang kejam ini dan merubahnya menjadi sayur bayam...aku berhasil ayah,kebahagiaan ada di depan mata,masa depanku tlah berada di genggamanku...selamat jalan ayah, namamu akan selalu terukir di hatiku, doa kami selalu menyertaimu....
THE END.........................
Tidak ada komentar:
Posting Komentar