IZANAMI
Karya Martha Friska Sirait
Sebuah kebahagiaan akan terasa sempurna ketika semua keinginan dapat terpenuhi, layaknya seperti bola dunia yang telah tergenggam oleh telapak tangan, begitu terlihat mudah karena seluruh dunia bisa tergapai dengan sekali genggam. Itulah benak hati yang selalu dirasakan oleh Tasya melalui imajinasi yang tak terbilangkan dengan semua keinginan yang selalu menghantui fikirannya.
“ Andai aku dapat melakukan semua itu, hufh...”
Keluh kesahpun keluar dari bibirnya dan sesaat itu juga Ia meninggalkan taman dan kembali pulang kerumah. Aku merasa jenuh dengan semua ini, tak ada satupun yang membuat hidupku berarti. Semua terlihat semu bagiku dan tak ada satupun perasaan bahagia menghampiriku. Bisikan itu terus terlintas didalam benaknya, semua penuh dengan keluhan yang selalu menghampiri dirinya.
“ Hari terus berganti, namun hidupku terus seperti ini, oh Tuhan adilkah ini ?”
Sebuah kebahagiaan akan terasa sempurna ketika semua keinginan dapat terpenuhi, layaknya seperti bola dunia yang telah tergenggam oleh telapak tangan, begitu terlihat mudah karena seluruh dunia bisa tergapai dengan sekali genggam. Itulah benak hati yang selalu dirasakan oleh Tasya melalui imajinasi yang tak terbilangkan dengan semua keinginan yang selalu menghantui fikirannya.
“ Andai aku dapat melakukan semua itu, hufh...”
Keluh kesahpun keluar dari bibirnya dan sesaat itu juga Ia meninggalkan taman dan kembali pulang kerumah. Aku merasa jenuh dengan semua ini, tak ada satupun yang membuat hidupku berarti. Semua terlihat semu bagiku dan tak ada satupun perasaan bahagia menghampiriku. Bisikan itu terus terlintas didalam benaknya, semua penuh dengan keluhan yang selalu menghampiri dirinya.
“ Hari terus berganti, namun hidupku terus seperti ini, oh Tuhan adilkah ini ?”
Tanpa sebuah jejak, tiba-tiba seorang pria menghampirinya dan meletakkan tangannya kepundak Tasya dan dengan bisikan lembut Ia berkata
“ Hanya itukah yang kamu fikirkan?”
Dengan perasaan terkejut Tasya menoleh kearah pria itu dan memandangnya dengan seksama
“ Siapa kamu, dan mengapa kamu ada di sini ?”
“ Aku bukan siapa-siapa, aku hanya merasa bosan dengan semua yang engkau katakan. Adakah sesuatu yang bisa aku lakukan agar engkau tidak mengeluh lagi ?”
Tasya sedikit terkejut dengan kata-kata pria itu, terlebih lagi Ia seakan-akan bisa mengabulkan semua keinginannya dengan penuh percaya diri.
“ Apakah kamu serius ?” sambil mengerutkan jidatnya.
“ Ya, Aku pemilik semuanya. Apa yang engkau inginkan bisa aku penuhi”
“ Dasar pria kaya sombong, lalu apa yang harus aku lakukan agar engkau memenuhi semua keinginanku ?”
“ Mintalah apa yang bisa membuatmu bahagia, tetapi fikirkan terlebih dahulu apa yang menjadi kebutuhanmu”
Tiba-tiba handphone Tasya berdering, lalu Ia memasukkan tangan kirinya kedalam kantung celananya dan mengambil handphonenya. Karena Ia tidak mau pembicaraannya terdengar oleh pria itu, maka Ia pergi ke dapur untuk mengangkat handphonenya.
“Baik Pak, semuanya akan saya bayar. Beri Saya waktu untuk membayarnya”
Selesai menutup pembicaraan tadi, Tasya kembali ke depan untuk menemui pria tersebut. Namun Ia heran karena pria itu sudah tidak ada lagi di ruang tamu. Dan Ia melihat bahwa pintu depan rumahnya telah terbuka.
“ Ternyata sudah pergi”
Siang telah berlalu dan sang rembulan kini menggantikan tempat sang mentari untuk menemani malam di bumi. Dan waktu itu sangat dipergunakan dengan baik oleh Tasya, Ia langsung merebahkan tubuhnya di kasur. Sesaat Ia teringat dengan perkataan pria tadi dan mulai menutup mata sambil mengucapkan sesuatu.
“ Aku bosan dengan kehidupanku, aku ingin merasa bahagia seumur hidupku tanpa ada rasa sedih, gelisah, tanpa ada rasa yang lain, yang ada hanya kebahagiaan”
Mentari mulai menampakkan sinarnya dan kewajibanpun harus dilaksanakan. Dengan menjadi seorang sales kosmetik, tidak banyak kebutuhan yang dapat Ia penuhi. Namun hari itu sangat berbeda, dengan secara tiba-tiba Tasya menemukan sebuah koper yang sangat besar dan berat di antara semak-semak persimpangan rumahnya. Sesaat Ia ragu untuk membuka koper itu, namun karena diliputi rasa penasaran, Ia pun akhirnya membuka koper itu.
“ Astaga ....”
Dengan tangan yang gemetar, Tasya membawa koper itu kedalam rumahnya. Tasya bingung dengan tindakan yang akan Ia lakukan, hati berkata untuk membawa benda itu ke kantor polisi, namun fikirannya terlalu kuat menentangnya. Ia membutuhkan sesuatu untuk menolong hidupnya dan benda yang ada di dalam koper itu bisa melakukannya.
“ Pak, ini hutang-hutang saya. Dan sekarang urusan kita sudah tidak ada lagi”
Semua terjadi begitu cepat, setelah Ia menggunakan beberapa isi dari dalam koper tersebut, Ia memulai hari dengan penuh semangat. Keceriaan terpancar jelas di wajahnya ketika mulai melangkahkan kaki ketempat yang Ia inginkan.
“ Aku akan membeli semua yang aku inginkan, tenyata dunia itu memang penuh kejutan”
Dengan langkah perlahan Ia memulai langkahnya dengan senyum memukau dari bibirnya dan diakhir perjalanannya senyum itu juga masih melekat dibibirnya. Tidak ada yang berubah kecuali benda-benda yang dipegangnya erat-erat diseluruh ujung jarinya. Keinginan yang tidak bisa Ia dapatkan dulu kini berada diujung jarinya.
Tasya menikmati semua hari-hari yang Ia lalui, tidak ada rasa sedih, kecewa, keluhan dan sebagainya yang dulu selalu ada menemaninya. Kini Ia terus tersenyum dan itu menandakan Ia selalu senang. Hingga suatu ketika dimana saat pagi tidak berubah, udara serta suhu yang selalu sama dan hal-hal yang selalu dilihatnya tidak pernah sedikitpun berubah. Hal itu sangat janggal menurutnya, terlebih lagi dengan kejadian-kejadian yang tabu olehnya.
“ Kemana perginya semua orang-orang disini , dan mengapa tidak ada seorangpun yang terlihat olehku ?” Tasya bingung dengan hal itu. Namun karena tidak ingin diliputi rasa penasaran akhirnya Ia pergi ketempat dimana semua kebahagiaan itu ada. Sesampainya dirumah, Tasya merasakan sesuatu yang janggal. Dengan cepat Ia langsung membuka semua barang-barang belanjaannya.
“ Apa yang terjadi, bukannya barang-barang ini sudah aku beli ?” sesaat Ia mencoba mengingat sesuatu dan akhirnya Ia pergi ke kamar dan membuka lemari pakaiannya.
“ Tidak ada ! , kemana semua pakaian dan gaun-gaun yang telah aku beli salama ini ?” saat itu juga Ia membuka seluruh lemari tempat penyimpanan perhiasan yang selama ini Ia beli.
“ Tidak ada juga !, apa yang telah terjadi, mengapa semua benda itu tidak ada disini. Apa jangan-jangan ada pencuri ?”
Tasya langsung menoleh kearah koper itu dan berlari mendekatinya. Setelah Ia membuka isi koper tersebut, Ia merasa aneh. Tidak sedikitpun isi dalam koper itu berkurang atau habis. Kemudian Ia tidur di atas kasur tempat tidurnya dan mencoba untuk tidak terlalu memikirkannya. Beberapa hari setelah itu Tasya mengalami hari dan kejadian yang sama, tidak ada seorangpun yang Ia jumpa. Bahkan Ia juga pergi ketempat perbelanjaan yang sama dan membeli semua barang-barang yang sama seperti hari kemarin dan sebelumnya.
“ Apa yang terjadi, bukannya barang-barang ini sudah aku beli ?”
Seperti halnya kemarin dan sebelumnya, Tasya pergi ke kamar dan membuka lemari pakaiannya.
‘ Tidak ada !, kemana semua pakaian dan gaun-gaun yang telah aku beli selama ini ?”
Dan seperti hari-hari kemarin, Ia juga membuka seluruh lemari penyimpanan perhiasannya.
“ Tidak ada juga!, apa yang telah terjadi, mengapa semua benda itu tidak ada disini. Apa jangan-jangan ada pencuri ?”
Tasya langsung menoleh kearah koper itu dan berlari mendekatinya. Dan hasilnya sama dengan hari-hari sebelumnya, bahwa isi dalam koper tersebut tidak berkurang atau habis. Kejadian itu terus berlanjut dari hari ke hari. Tidak ada perubahan yang terjadi, semua terjadi dengan kejadian yang sama. Sedikit demi sedikit akhirnya Tasya menyadari keanehan yang terjadi kepadanya, hingga saat setelah Ia kembali dari tempat perbelanjaan dan melewati kejadian yang sama, Ia mencoba untuk tidak tidur saat itu. Tasya hanya duduk termenung dan membisu. Dengan sesaat Ia menutup matanya.
“ Aku bosan dengan semua ini. Aku..., aku ingin kembali seperti yang dulu” air matanya pun menetes jatuh kepipinya.
Entah mengapa Ia bisa teringat dengan kehidupannya yang dulu jauh sebelum kejadian itu terjadi. Ia bisa mengingat semua peristiwa yang telah Ia lalui sebagai sales kosmetik. Kepedihan, kesedihan, kerja keras serta duka yang dulu pernah Ia alami. Dan ketika matanya terbuka, Ia tetap berada di tempat yang sama serta udara dan cuaca yang sama juga. Tapi sesuatu ada yang berbeda.
“ Tasya .. tasya...” seseorang memanggil namanya.
Tasya tersentak dari tempat tidurnya. Kemudian Ia membuka pintu rumahnya dan melihat Ruth, yang tak lain adalah tetangganya sendiri yang sedang menyodorkan sesuatu kepadanya.
“ Ini hutangku yang aku pinjam dulu, terima kasih”
“ Tunggu, kemana saja kalian selama ini ?”
“ Kalian ?”
“ Ya, kalian. Maksud aku semua orang-orang disini !”
“ Kami tidak kemana-mana, memangnya ada apa Sya ?”
“ Aneh, aku... aku selama seminggu ini mengalami hal-hal yang aneh. Dan selama seminggu itu aku tidak pernah melihat kalian !”
“ Seminggu.. kamu itu ngawur ya, semalam kita pergi ke taman untuk melihat artis yang datang ke daerah kita, masa kamu lupa ?”
“ Entahlah, kejadian itu sungguh nyata buatku”
“ Mungkin kamu hanya bermimpi, baiklah aku pergi dulu”
Tasya kembali ke dalam kamarnya, dan Ia melihat sesuatu yang Ia kenal. Koper. Yah, koper itu ada di dalam kamarnya. Dan setelah Ia membuka koper itu, seluruh uang yang ada di dalamnya masih utuh dan belum tersentuh sedikitpun. Karena Ia tidak mau terjadi apa-apa pada dirinya, maka koper itu Ia serahkan kepada pihak yang berwajib.
“ Aku tahu bahwa kejadian itu bukan mimpi, tapi yang pasti aku tak ingin kejadian itu terjadi lagi kepadaku. Aku menyukai kehidupanku, dan saat ini aku akan menghargai semuanya. Kemarin adalah kenangan, hari esok adalah misteri dan sekarang adalah anugrah” itulah kata yang akhirnya terucap olehnya.
Tasya tidak tahu pasti apa yang telah Ia alami, namun yang Ia sadari bahwa dirinya mengalami suatu kejadian yang sulit untuk diterima oleh akal sehat. Izanami, hanya itu yang dapat Ia simpulkan atas kejadian yang menimpanya. Dan Izanami itu sendiri berasal dari bahasa jepang yang berarti Perulangan.
“ Hanya itukah yang kamu fikirkan?”
Dengan perasaan terkejut Tasya menoleh kearah pria itu dan memandangnya dengan seksama
“ Siapa kamu, dan mengapa kamu ada di sini ?”
“ Aku bukan siapa-siapa, aku hanya merasa bosan dengan semua yang engkau katakan. Adakah sesuatu yang bisa aku lakukan agar engkau tidak mengeluh lagi ?”
Tasya sedikit terkejut dengan kata-kata pria itu, terlebih lagi Ia seakan-akan bisa mengabulkan semua keinginannya dengan penuh percaya diri.
“ Apakah kamu serius ?” sambil mengerutkan jidatnya.
“ Ya, Aku pemilik semuanya. Apa yang engkau inginkan bisa aku penuhi”
“ Dasar pria kaya sombong, lalu apa yang harus aku lakukan agar engkau memenuhi semua keinginanku ?”
“ Mintalah apa yang bisa membuatmu bahagia, tetapi fikirkan terlebih dahulu apa yang menjadi kebutuhanmu”
Tiba-tiba handphone Tasya berdering, lalu Ia memasukkan tangan kirinya kedalam kantung celananya dan mengambil handphonenya. Karena Ia tidak mau pembicaraannya terdengar oleh pria itu, maka Ia pergi ke dapur untuk mengangkat handphonenya.
“Baik Pak, semuanya akan saya bayar. Beri Saya waktu untuk membayarnya”
Selesai menutup pembicaraan tadi, Tasya kembali ke depan untuk menemui pria tersebut. Namun Ia heran karena pria itu sudah tidak ada lagi di ruang tamu. Dan Ia melihat bahwa pintu depan rumahnya telah terbuka.
“ Ternyata sudah pergi”
Siang telah berlalu dan sang rembulan kini menggantikan tempat sang mentari untuk menemani malam di bumi. Dan waktu itu sangat dipergunakan dengan baik oleh Tasya, Ia langsung merebahkan tubuhnya di kasur. Sesaat Ia teringat dengan perkataan pria tadi dan mulai menutup mata sambil mengucapkan sesuatu.
“ Aku bosan dengan kehidupanku, aku ingin merasa bahagia seumur hidupku tanpa ada rasa sedih, gelisah, tanpa ada rasa yang lain, yang ada hanya kebahagiaan”
Mentari mulai menampakkan sinarnya dan kewajibanpun harus dilaksanakan. Dengan menjadi seorang sales kosmetik, tidak banyak kebutuhan yang dapat Ia penuhi. Namun hari itu sangat berbeda, dengan secara tiba-tiba Tasya menemukan sebuah koper yang sangat besar dan berat di antara semak-semak persimpangan rumahnya. Sesaat Ia ragu untuk membuka koper itu, namun karena diliputi rasa penasaran, Ia pun akhirnya membuka koper itu.
“ Astaga ....”
Dengan tangan yang gemetar, Tasya membawa koper itu kedalam rumahnya. Tasya bingung dengan tindakan yang akan Ia lakukan, hati berkata untuk membawa benda itu ke kantor polisi, namun fikirannya terlalu kuat menentangnya. Ia membutuhkan sesuatu untuk menolong hidupnya dan benda yang ada di dalam koper itu bisa melakukannya.
“ Pak, ini hutang-hutang saya. Dan sekarang urusan kita sudah tidak ada lagi”
Semua terjadi begitu cepat, setelah Ia menggunakan beberapa isi dari dalam koper tersebut, Ia memulai hari dengan penuh semangat. Keceriaan terpancar jelas di wajahnya ketika mulai melangkahkan kaki ketempat yang Ia inginkan.
“ Aku akan membeli semua yang aku inginkan, tenyata dunia itu memang penuh kejutan”
Dengan langkah perlahan Ia memulai langkahnya dengan senyum memukau dari bibirnya dan diakhir perjalanannya senyum itu juga masih melekat dibibirnya. Tidak ada yang berubah kecuali benda-benda yang dipegangnya erat-erat diseluruh ujung jarinya. Keinginan yang tidak bisa Ia dapatkan dulu kini berada diujung jarinya.
Tasya menikmati semua hari-hari yang Ia lalui, tidak ada rasa sedih, kecewa, keluhan dan sebagainya yang dulu selalu ada menemaninya. Kini Ia terus tersenyum dan itu menandakan Ia selalu senang. Hingga suatu ketika dimana saat pagi tidak berubah, udara serta suhu yang selalu sama dan hal-hal yang selalu dilihatnya tidak pernah sedikitpun berubah. Hal itu sangat janggal menurutnya, terlebih lagi dengan kejadian-kejadian yang tabu olehnya.
“ Kemana perginya semua orang-orang disini , dan mengapa tidak ada seorangpun yang terlihat olehku ?” Tasya bingung dengan hal itu. Namun karena tidak ingin diliputi rasa penasaran akhirnya Ia pergi ketempat dimana semua kebahagiaan itu ada. Sesampainya dirumah, Tasya merasakan sesuatu yang janggal. Dengan cepat Ia langsung membuka semua barang-barang belanjaannya.
“ Apa yang terjadi, bukannya barang-barang ini sudah aku beli ?” sesaat Ia mencoba mengingat sesuatu dan akhirnya Ia pergi ke kamar dan membuka lemari pakaiannya.
“ Tidak ada ! , kemana semua pakaian dan gaun-gaun yang telah aku beli salama ini ?” saat itu juga Ia membuka seluruh lemari tempat penyimpanan perhiasan yang selama ini Ia beli.
“ Tidak ada juga !, apa yang telah terjadi, mengapa semua benda itu tidak ada disini. Apa jangan-jangan ada pencuri ?”
Tasya langsung menoleh kearah koper itu dan berlari mendekatinya. Setelah Ia membuka isi koper tersebut, Ia merasa aneh. Tidak sedikitpun isi dalam koper itu berkurang atau habis. Kemudian Ia tidur di atas kasur tempat tidurnya dan mencoba untuk tidak terlalu memikirkannya. Beberapa hari setelah itu Tasya mengalami hari dan kejadian yang sama, tidak ada seorangpun yang Ia jumpa. Bahkan Ia juga pergi ketempat perbelanjaan yang sama dan membeli semua barang-barang yang sama seperti hari kemarin dan sebelumnya.
“ Apa yang terjadi, bukannya barang-barang ini sudah aku beli ?”
Seperti halnya kemarin dan sebelumnya, Tasya pergi ke kamar dan membuka lemari pakaiannya.
‘ Tidak ada !, kemana semua pakaian dan gaun-gaun yang telah aku beli selama ini ?”
Dan seperti hari-hari kemarin, Ia juga membuka seluruh lemari penyimpanan perhiasannya.
“ Tidak ada juga!, apa yang telah terjadi, mengapa semua benda itu tidak ada disini. Apa jangan-jangan ada pencuri ?”
Tasya langsung menoleh kearah koper itu dan berlari mendekatinya. Dan hasilnya sama dengan hari-hari sebelumnya, bahwa isi dalam koper tersebut tidak berkurang atau habis. Kejadian itu terus berlanjut dari hari ke hari. Tidak ada perubahan yang terjadi, semua terjadi dengan kejadian yang sama. Sedikit demi sedikit akhirnya Tasya menyadari keanehan yang terjadi kepadanya, hingga saat setelah Ia kembali dari tempat perbelanjaan dan melewati kejadian yang sama, Ia mencoba untuk tidak tidur saat itu. Tasya hanya duduk termenung dan membisu. Dengan sesaat Ia menutup matanya.
“ Aku bosan dengan semua ini. Aku..., aku ingin kembali seperti yang dulu” air matanya pun menetes jatuh kepipinya.
Entah mengapa Ia bisa teringat dengan kehidupannya yang dulu jauh sebelum kejadian itu terjadi. Ia bisa mengingat semua peristiwa yang telah Ia lalui sebagai sales kosmetik. Kepedihan, kesedihan, kerja keras serta duka yang dulu pernah Ia alami. Dan ketika matanya terbuka, Ia tetap berada di tempat yang sama serta udara dan cuaca yang sama juga. Tapi sesuatu ada yang berbeda.
“ Tasya .. tasya...” seseorang memanggil namanya.
Tasya tersentak dari tempat tidurnya. Kemudian Ia membuka pintu rumahnya dan melihat Ruth, yang tak lain adalah tetangganya sendiri yang sedang menyodorkan sesuatu kepadanya.
“ Ini hutangku yang aku pinjam dulu, terima kasih”
“ Tunggu, kemana saja kalian selama ini ?”
“ Kalian ?”
“ Ya, kalian. Maksud aku semua orang-orang disini !”
“ Kami tidak kemana-mana, memangnya ada apa Sya ?”
“ Aneh, aku... aku selama seminggu ini mengalami hal-hal yang aneh. Dan selama seminggu itu aku tidak pernah melihat kalian !”
“ Seminggu.. kamu itu ngawur ya, semalam kita pergi ke taman untuk melihat artis yang datang ke daerah kita, masa kamu lupa ?”
“ Entahlah, kejadian itu sungguh nyata buatku”
“ Mungkin kamu hanya bermimpi, baiklah aku pergi dulu”
Tasya kembali ke dalam kamarnya, dan Ia melihat sesuatu yang Ia kenal. Koper. Yah, koper itu ada di dalam kamarnya. Dan setelah Ia membuka koper itu, seluruh uang yang ada di dalamnya masih utuh dan belum tersentuh sedikitpun. Karena Ia tidak mau terjadi apa-apa pada dirinya, maka koper itu Ia serahkan kepada pihak yang berwajib.
“ Aku tahu bahwa kejadian itu bukan mimpi, tapi yang pasti aku tak ingin kejadian itu terjadi lagi kepadaku. Aku menyukai kehidupanku, dan saat ini aku akan menghargai semuanya. Kemarin adalah kenangan, hari esok adalah misteri dan sekarang adalah anugrah” itulah kata yang akhirnya terucap olehnya.
Tasya tidak tahu pasti apa yang telah Ia alami, namun yang Ia sadari bahwa dirinya mengalami suatu kejadian yang sulit untuk diterima oleh akal sehat. Izanami, hanya itu yang dapat Ia simpulkan atas kejadian yang menimpanya. Dan Izanami itu sendiri berasal dari bahasa jepang yang berarti Perulangan.
Baca juga Cerpen Motivasi yang lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar