KARENA AKU MENCINTAIMU
Karya Iindy
Aku ingin melepasmu kali ini..
Bukan tak cinta,,
Tapi justru sangat cinta..
Karena disana ada dia untukmu,,
Sebagai pengganti aku,,
Pilihanmu..
“kak,,udah mau berangkat,?” sapa gadis itu padaku. Aku begitu enggan untuk bertemu apalagi berbicara padanya. pagi ini,esok,atau kapan pun. Argh..
“ya..” jawabku singkat,itupun tanpa memandang wajahnya.Aku masih menatap cermin,berpura-pura menata rambutku,yang jelas-jelas sudah rapi sejak gadis itu berdiri di belakangku. Dia pergi setelah mungkin merasa aku sama sekali tak memperhatikannya. Baguslah,batinku.
Beberapa menit setelah kepergiannya,aku pun melangkah meninggalkan tempatku bercermin. Kini ku ayunkan langkah demi langkahku dengan perasaan tak menentu. Benci. Marah. Sebal. Sedih. Argh. .semuanya beradu satu di otakku.
Aku ingin melepasmu kali ini..
Bukan tak cinta,,
Tapi justru sangat cinta..
Karena disana ada dia untukmu,,
Sebagai pengganti aku,,
Pilihanmu..
“kak,,udah mau berangkat,?” sapa gadis itu padaku. Aku begitu enggan untuk bertemu apalagi berbicara padanya. pagi ini,esok,atau kapan pun. Argh..
“ya..” jawabku singkat,itupun tanpa memandang wajahnya.Aku masih menatap cermin,berpura-pura menata rambutku,yang jelas-jelas sudah rapi sejak gadis itu berdiri di belakangku. Dia pergi setelah mungkin merasa aku sama sekali tak memperhatikannya. Baguslah,batinku.
Beberapa menit setelah kepergiannya,aku pun melangkah meninggalkan tempatku bercermin. Kini ku ayunkan langkah demi langkahku dengan perasaan tak menentu. Benci. Marah. Sebal. Sedih. Argh. .semuanya beradu satu di otakku.
Aku tiba. Di tempat dimana gadis putih abu berkumpul. Semuanya biasa,hanya malas yang menyelimutiku hari ini. Mungkin karena pertemuanku dengan gadis itu pagi tadi.
“Shell,,kamu kenapa sich,,? Dari tadi diem mulu.. lagi puasa ngomong ya..?” Tanya seseorang yang duduk bersebelahan denganku.
“nggak apa-apa kok,Ran.. “ jawabku singkat. Rania yang merasa tak puas dengan jawabanku terus memandangku. Aku jadi keki sendiri dipandang begitu. “hei..aku nggak apa-apa.. jangan memandangku begitu”,protesku padanya.
“ketemu Tya,ya pagi ini,,?” Tanya Rania asal. Tapi memeng benar. Aku sangat merasa tak nyaman setelah bertemu gadis itu pagi tadi. Aku terdiam.. ku putuskan untuk tak menjawab pertanyaan Rania,karena dia pasti tahu jawaban dariku.
Tya,ya.. itulah namanya. Dia sahabatku. Bukan,,dia adikku. Bukan,,tepatnya keluarga terdekatku. Walau sebenarnya tak ada ikatan darah mengalir sama dalam diriku dan Tya. Dia sangat mengerti aku, diriku, hidupku, keluargaku,segalanya tentangku. Dia bisa mengambil hatiku hanya dalam satu minggu setelah perkenalan pertamaku dengannya.
***
“aku Shella.. kelas XII SMA Bhakti. Salam kenal ya..” ujarku sore itu. setelah sebelumnya ku lihat ada seorang gadis duduk di depan kamar kostku. Ya..dia yang diceritakan ibu kost. Yang nantinya akan satu kamar denganku.
“iya kak,,aku Tya.. baru kelas X. salam kenal juga ya,kak..” jawabnya manis. Lalu ku tunjukkan kamarku,bagai seorang tour guide yang sedang menjelaskan sejarah candi Borobudur pada turis mancanegara. Ku tunjukkan dimana kasur dan almarinya. Dia mendengarkan dengan antusias.
“aku keluar dulu,,ntar aku kenalin anak-anak sini.. kamu istirahat aja,,Ok..” ujarku kemudian, setelah rampung menunjukkan kamarku,kamar kami nantinya.
“iya,kak.. makasih..” jawabnya pelan. Aku hanya mengangguk kecil dan segera keluar kamar.
Malamnya,ku penuhi janjiku pada Tya,mengenalkannya pada penghuni kost yang lain. Renny, Nania, Dhina, Lynda, dan Lolla. Semuanya menjabat Tya satu per satu. Mereka mulai mengintrogasi Tya,mulai dari alamat rumahnya, alasan kost, dan yang paling utama adalah member itahu jadwal piket. Maklum,Tya penghuni baru.
“jadi gitu,dhe’.. disini ada jawal piket. Jadi kita nggak perlu nyapu tiap hari.. setuju kah sama jadwalnya,,?” Tanya Lolla yang memang pelopor dari jadwal itu.
“iya kak..aku setuju aja..” ujarnya. Kami lalu mengobrol hingga larut. Bercerita tentang SMA Bhakti, kost, hingga Lyndha curhat tentang pacarnya. Semuanya membuat malam perkenalan itu menjadi hangat bagi Tya,terlihat dia nyaman dengan kami.
Malam semakin larut. Bulan pun mulai merambah naik. Ku ajak Tya kembali ke kamar untuk beristirahat. Menjemput sang dewa mimpi kami dalam lelap. Ku rebahkan badanku di peraduan. Ku biarkan anganku melayang sejenak,menembus ruang,menghampiri seorang di sana. Seorang yang mungkin kini telah terbuai dalam mimpinya. Ku lihat Tya sudah terlelap. Aku pun mulai dihampiri rasa kantuk. Hingga sang mimpi membuka tirai bunga tidurku perlahan.
***
Aku dan Tya semakin dekat. Dimana ada aku, tak jarang di situ turut serta Tya. Aku bahkan bias merasa bahwa aku menyayanginya,seperti adik kandungku. Dia juga menganggapku sebagai kakaknya. Mungkin semuanya bisa berjalan begitu cepat karena kebanyakan sifatku dan Tya sama. Supel. Care. Komunikatif. Dan jayyus. Ya..setidaknya itulah yang membuat kami langsung cocok dan akrab.
Aku mulai jauh mengenal Tya dan kehidupannya. Tentang keluarganya, sahabatnya, hingga mantan kekasihnya pun aku tahu. Tya menceritakannya padaku tanpa sungkan. Seakan kami sudah mengenal sejak lama. Begitupun aku,ku ceritakan hidupku padanya. Juga tentang seseorang yang sangat ku cinta.
“siapa sich,kak.. aku penasarn nich..”
“ntar dech kapan-kapan aku kenalin ke dia..” janjiku padanya.
Aku tak berfikir negative sedikitpun saat mengenalkan Tya pada kekasihku,Rangga. Mereka cepat akrab,mungkin karena Tya bisa mengimbangi Rangga seperti aku. Padahal Rangga bukan tipe orang yang mudah untuk di ajak bicara,apalagi pada orang yang baru dikenalnya. Syukurlah,batinku.
Mereka mungkin semakin dekat,atau sebaliknya. Aku tak tahu,juga tak mencari tahu. Karena aku percaya pada kekasihku. Tapi semuanya berubah ketika suatu pagi ku buka message di ponsel Rangga.
Kami sedang bersama pagi ini. setelah jogging, Rangga mengajakku mampir ke café. Dia lalu pamit ke belakang,kebelet cuci muka,ujarnya.setelah kepergian Rangga, tiba-tiba ponselnya bergetar. Seperti biasa,ku raih dan ku buka message itu.
‘.istirahat donk ayy,kalo cape.. hehe..’
ayy,,? Si pengirim ini memanggil kekasiku dengan sebutan ‘ayy’,,? Siapa sich dia.. selingkuhannya Rangga,,? Tapi masa’ iya Rangga selingkuh,,?
Berbagai pertanyaan berputar di otakku. tunggu, sepertinya aku kenal text message seperti ini. Tapi siapa ya.. ku putar otakku semakin cepat. Hingga ponselku berdering. Ada message..
‘.kak..aku pulang dulu.. mau dibawain oleh2 apa,,? Hehe..’
Tya,,ya.. pesannya sama dengan text message milik Tya. Ku pastikan dugaanku. Aku melihat number si pengirim dengan number Tya,dan ternyata, COCOK..
“Ayy..kenapa bengong,,?” ujar Rangga dari belakangku. Aku tak menjawabnya. Rasanya darahku berhenti di ubun-ubun. Badanku lemas. Serasa tak ada tulang yang merekat di ragaku. Suhu tubuhku naik. Serasa terbakar. Inikah rasanya sakit hati,,? Cemburu,,? Beginikah rasanya di khianati,,? Oh..aku tak pernah mebayangkannya.
“ayyank..Shella.. kenapa sich,,? Rangga tampak panic melihat perubahan mimik wajahku.
“nggak.. kamu dicari Tya,nich..” ujarku sembari menyodorkan ponsel itu pada Rangga. Lalu melangkah pergi meninggalkannya. Entah bagaimana wajahnya saat itu,yang pasti dia mencoba mengejarku. Tapi aku tak perduli,ku suruh supir taxi ini pergi. Sesegera mungkin. Sebelum aku tak mampu lagi berkata apa pun.
***
Aku tak melakukan apa pun,Kecuali terbaring lemas di ranjangku. Aku tak memikirkan apa pun, otakku serasa tak mau berputar. aku tak menatap apa pun, mataku tertutup buliran bening yang tak kunjung berhenti mengalir. Beberapa kali ku dengar Lolla mengetuk pintu kamarku. Mencoba membukanya,namun tak bisa.
“Shell,,kamu kenapa sich,,? Dari tadi diem mulu.. lagi puasa ngomong ya..?” Tanya seseorang yang duduk bersebelahan denganku.
“nggak apa-apa kok,Ran.. “ jawabku singkat. Rania yang merasa tak puas dengan jawabanku terus memandangku. Aku jadi keki sendiri dipandang begitu. “hei..aku nggak apa-apa.. jangan memandangku begitu”,protesku padanya.
“ketemu Tya,ya pagi ini,,?” Tanya Rania asal. Tapi memeng benar. Aku sangat merasa tak nyaman setelah bertemu gadis itu pagi tadi. Aku terdiam.. ku putuskan untuk tak menjawab pertanyaan Rania,karena dia pasti tahu jawaban dariku.
Tya,ya.. itulah namanya. Dia sahabatku. Bukan,,dia adikku. Bukan,,tepatnya keluarga terdekatku. Walau sebenarnya tak ada ikatan darah mengalir sama dalam diriku dan Tya. Dia sangat mengerti aku, diriku, hidupku, keluargaku,segalanya tentangku. Dia bisa mengambil hatiku hanya dalam satu minggu setelah perkenalan pertamaku dengannya.
***
“aku Shella.. kelas XII SMA Bhakti. Salam kenal ya..” ujarku sore itu. setelah sebelumnya ku lihat ada seorang gadis duduk di depan kamar kostku. Ya..dia yang diceritakan ibu kost. Yang nantinya akan satu kamar denganku.
“iya kak,,aku Tya.. baru kelas X. salam kenal juga ya,kak..” jawabnya manis. Lalu ku tunjukkan kamarku,bagai seorang tour guide yang sedang menjelaskan sejarah candi Borobudur pada turis mancanegara. Ku tunjukkan dimana kasur dan almarinya. Dia mendengarkan dengan antusias.
“aku keluar dulu,,ntar aku kenalin anak-anak sini.. kamu istirahat aja,,Ok..” ujarku kemudian, setelah rampung menunjukkan kamarku,kamar kami nantinya.
“iya,kak.. makasih..” jawabnya pelan. Aku hanya mengangguk kecil dan segera keluar kamar.
Malamnya,ku penuhi janjiku pada Tya,mengenalkannya pada penghuni kost yang lain. Renny, Nania, Dhina, Lynda, dan Lolla. Semuanya menjabat Tya satu per satu. Mereka mulai mengintrogasi Tya,mulai dari alamat rumahnya, alasan kost, dan yang paling utama adalah member itahu jadwal piket. Maklum,Tya penghuni baru.
“jadi gitu,dhe’.. disini ada jawal piket. Jadi kita nggak perlu nyapu tiap hari.. setuju kah sama jadwalnya,,?” Tanya Lolla yang memang pelopor dari jadwal itu.
“iya kak..aku setuju aja..” ujarnya. Kami lalu mengobrol hingga larut. Bercerita tentang SMA Bhakti, kost, hingga Lyndha curhat tentang pacarnya. Semuanya membuat malam perkenalan itu menjadi hangat bagi Tya,terlihat dia nyaman dengan kami.
Malam semakin larut. Bulan pun mulai merambah naik. Ku ajak Tya kembali ke kamar untuk beristirahat. Menjemput sang dewa mimpi kami dalam lelap. Ku rebahkan badanku di peraduan. Ku biarkan anganku melayang sejenak,menembus ruang,menghampiri seorang di sana. Seorang yang mungkin kini telah terbuai dalam mimpinya. Ku lihat Tya sudah terlelap. Aku pun mulai dihampiri rasa kantuk. Hingga sang mimpi membuka tirai bunga tidurku perlahan.
***
Aku dan Tya semakin dekat. Dimana ada aku, tak jarang di situ turut serta Tya. Aku bahkan bias merasa bahwa aku menyayanginya,seperti adik kandungku. Dia juga menganggapku sebagai kakaknya. Mungkin semuanya bisa berjalan begitu cepat karena kebanyakan sifatku dan Tya sama. Supel. Care. Komunikatif. Dan jayyus. Ya..setidaknya itulah yang membuat kami langsung cocok dan akrab.
Aku mulai jauh mengenal Tya dan kehidupannya. Tentang keluarganya, sahabatnya, hingga mantan kekasihnya pun aku tahu. Tya menceritakannya padaku tanpa sungkan. Seakan kami sudah mengenal sejak lama. Begitupun aku,ku ceritakan hidupku padanya. Juga tentang seseorang yang sangat ku cinta.
“siapa sich,kak.. aku penasarn nich..”
“ntar dech kapan-kapan aku kenalin ke dia..” janjiku padanya.
Aku tak berfikir negative sedikitpun saat mengenalkan Tya pada kekasihku,Rangga. Mereka cepat akrab,mungkin karena Tya bisa mengimbangi Rangga seperti aku. Padahal Rangga bukan tipe orang yang mudah untuk di ajak bicara,apalagi pada orang yang baru dikenalnya. Syukurlah,batinku.
Mereka mungkin semakin dekat,atau sebaliknya. Aku tak tahu,juga tak mencari tahu. Karena aku percaya pada kekasihku. Tapi semuanya berubah ketika suatu pagi ku buka message di ponsel Rangga.
Kami sedang bersama pagi ini. setelah jogging, Rangga mengajakku mampir ke café. Dia lalu pamit ke belakang,kebelet cuci muka,ujarnya.setelah kepergian Rangga, tiba-tiba ponselnya bergetar. Seperti biasa,ku raih dan ku buka message itu.
‘.istirahat donk ayy,kalo cape.. hehe..’
ayy,,? Si pengirim ini memanggil kekasiku dengan sebutan ‘ayy’,,? Siapa sich dia.. selingkuhannya Rangga,,? Tapi masa’ iya Rangga selingkuh,,?
Berbagai pertanyaan berputar di otakku. tunggu, sepertinya aku kenal text message seperti ini. Tapi siapa ya.. ku putar otakku semakin cepat. Hingga ponselku berdering. Ada message..
‘.kak..aku pulang dulu.. mau dibawain oleh2 apa,,? Hehe..’
Tya,,ya.. pesannya sama dengan text message milik Tya. Ku pastikan dugaanku. Aku melihat number si pengirim dengan number Tya,dan ternyata, COCOK..
“Ayy..kenapa bengong,,?” ujar Rangga dari belakangku. Aku tak menjawabnya. Rasanya darahku berhenti di ubun-ubun. Badanku lemas. Serasa tak ada tulang yang merekat di ragaku. Suhu tubuhku naik. Serasa terbakar. Inikah rasanya sakit hati,,? Cemburu,,? Beginikah rasanya di khianati,,? Oh..aku tak pernah mebayangkannya.
“ayyank..Shella.. kenapa sich,,? Rangga tampak panic melihat perubahan mimik wajahku.
“nggak.. kamu dicari Tya,nich..” ujarku sembari menyodorkan ponsel itu pada Rangga. Lalu melangkah pergi meninggalkannya. Entah bagaimana wajahnya saat itu,yang pasti dia mencoba mengejarku. Tapi aku tak perduli,ku suruh supir taxi ini pergi. Sesegera mungkin. Sebelum aku tak mampu lagi berkata apa pun.
***
Aku tak melakukan apa pun,Kecuali terbaring lemas di ranjangku. Aku tak memikirkan apa pun, otakku serasa tak mau berputar. aku tak menatap apa pun, mataku tertutup buliran bening yang tak kunjung berhenti mengalir. Beberapa kali ku dengar Lolla mengetuk pintu kamarku. Mencoba membukanya,namun tak bisa.
Aku menguncinya. Aku ingin sendiri.
Perlahan otakku mulai bekerja. Menampilkan ribuan gambar tentang aku dan Rangga. Tiba-tiba disana terselip gambar Tya. Argh..membuatku kembali menangis. Aku mencoba memahami semua ini. Mencari arti tentang kejadian gila ini. Aku yakin semuanya tak begitu saja terjadi. Tak lama,aku menemukan jawanbannya. Rangga pernah bercerita padaku bahwa dia menyukai seorang gadis yang sifatnya sama denganku. Aku tak menganggapnya serius,toh Rangga masih bersamaku, fikirku.
Aku baru sadar bahwa yang disukai Rangga adalah Tya,adikku. Oh.. 3 bulan aku seperti orang bodoh dalam permainan mereka. Menganggap aku-lah yang dicintai Rangga. Padahal disana,jelas ada Tya. Aku tersadar bahwa aku sakit dengan kenyataan ini. Aku tak bisa terima. Airmataku mengalir lebih deras. Kini kepalaku terasa berat. Badanku lebih lemas dari sebelumnya. Hingga aku tak ingat apa yang selanjutnya terjadi. Aku pingsan.
***
Aku terbangun esok paginya. Itupun karena alarmku berbunyi. Aku masih lemas. Pelan ku coba bangkit dari kasurku. Kuraih ponselku dari meja belajarku. Banyak message.. dari Rangga,,isinya permintaan maaf. Ahh..aku sudah cukup mengerti. Ku abaikan pesannya. Ada juga message dari Tya,,isinya sama, permintaan maaf. Hmm..aku ingin menyelesaikannya hari ini.
Ku dial number Rangga.
“aku tunggu di café jam 9..” ujarku singkat tanpa menunggu jawaban dari Rangga. Selanjutnya ku dial number Tya.
“kak..” ujarnya semangat. Tapi segera ku potong cepat.
“aku tunggu di café 66 jam 9..” lalu ku putusan hubungan tepon kami.
Aku segera bersiap pergi. Ku siapkan energy dan mentalku. Aku tak ingin menangis di hadapan mereka nanti. Pukul 08.50 aku tiba di café 66. Tak berapa lama Rangga datang dan mengambil duduk tepat di hadapanku.
“udah lama,,?” tanyanya yang tak ku jawab,
“ayy..maaf,, aku tau aku salah. Tapi aku suka juga gara-gara dia mirip sama kamu. Juga karena kamu nggak ada waktu itu. Padahal aku butuh kamu. Dan malah dia yang ada buat aku. Tapi jujur aku Cuma cinta sama kamu,ayy..” ujarnya sambil menggenggam tanganku.
“aku tau ini salah aku juga yang nggak bisa ada buat kamu. Nggak apa-apa kok, aku udah ngerti arti semua ini. Semaleman suntuk aku mikir ini. Dan akhirnya aku temuin jawabannya. Bahwa..” kata-kataku terpotong saat Tya datang.
“kak..” ujarnya pelan
“eh..iya. duduk..” jawabku. Lalu ku lanjutkan kata-kataku. “aku akhirnya ngerti bahwa kalian emang saling cinta. Aku yang egois. Nggak mau ngerti dengan perasaan kalian. Rangga,,aku cinta sama kamu. Makasih udah ada di hidup aku satu tahun ini, tapi setelah ini aku akan jalani hari aku tanpa kamu,kok..’
“Shell..aku..”
“ssttt…aku belum selesai. Tya,, aku sayang kamu. Makasih udah ngajarin aku tentang arti saudara yang sebenernya. Makasih udah ngerti aku selama ini. Aku ngerti kamu cinta sama Rangga. Dan sekarang aku mau berbagi bahagia sama seseorang yang pantas bahagia,kamu..” aku mengakhiri kata-kataku dan pergi meninggalkan mereka.
***
Begitulah semuanya terjadi. Itu pertama kalinya aku merasa sakit. Rapuh. Bodoh. Gila. Di khianati. Di bohongi. Arghh.. aku ingin melupakan semua itu. Karena bagiku mengingatnya sama saja membuka lukaku kembali. Kini bagiku melihat Rangga bahagia adalah lebih dari cukup. Bagiku melihat Tya mendapatkan apa yang dia mau sudah cukup. Walau aku yang harus terluka,tak apa. karena begitulah sayangku pada Tya. Juga karena cintaku pada Rangga yang membuatku bisa merelakannya. Bagiku inilah bahagia yang sesungguhnya. Meski tak kupungkiri, aku tak bisa seperti dulu pada Tya.
Maaf Tya,tapi butuh waktu untuk mengenalmu lagi..
Rangga,cinta itu memang egois dan tak mau di bagi. Aku tau itu dari kamu..
makasih ya,mentariku..
Perlahan otakku mulai bekerja. Menampilkan ribuan gambar tentang aku dan Rangga. Tiba-tiba disana terselip gambar Tya. Argh..membuatku kembali menangis. Aku mencoba memahami semua ini. Mencari arti tentang kejadian gila ini. Aku yakin semuanya tak begitu saja terjadi. Tak lama,aku menemukan jawanbannya. Rangga pernah bercerita padaku bahwa dia menyukai seorang gadis yang sifatnya sama denganku. Aku tak menganggapnya serius,toh Rangga masih bersamaku, fikirku.
Aku baru sadar bahwa yang disukai Rangga adalah Tya,adikku. Oh.. 3 bulan aku seperti orang bodoh dalam permainan mereka. Menganggap aku-lah yang dicintai Rangga. Padahal disana,jelas ada Tya. Aku tersadar bahwa aku sakit dengan kenyataan ini. Aku tak bisa terima. Airmataku mengalir lebih deras. Kini kepalaku terasa berat. Badanku lebih lemas dari sebelumnya. Hingga aku tak ingat apa yang selanjutnya terjadi. Aku pingsan.
***
Aku terbangun esok paginya. Itupun karena alarmku berbunyi. Aku masih lemas. Pelan ku coba bangkit dari kasurku. Kuraih ponselku dari meja belajarku. Banyak message.. dari Rangga,,isinya permintaan maaf. Ahh..aku sudah cukup mengerti. Ku abaikan pesannya. Ada juga message dari Tya,,isinya sama, permintaan maaf. Hmm..aku ingin menyelesaikannya hari ini.
Ku dial number Rangga.
“aku tunggu di café jam 9..” ujarku singkat tanpa menunggu jawaban dari Rangga. Selanjutnya ku dial number Tya.
“kak..” ujarnya semangat. Tapi segera ku potong cepat.
“aku tunggu di café 66 jam 9..” lalu ku putusan hubungan tepon kami.
Aku segera bersiap pergi. Ku siapkan energy dan mentalku. Aku tak ingin menangis di hadapan mereka nanti. Pukul 08.50 aku tiba di café 66. Tak berapa lama Rangga datang dan mengambil duduk tepat di hadapanku.
“udah lama,,?” tanyanya yang tak ku jawab,
“ayy..maaf,, aku tau aku salah. Tapi aku suka juga gara-gara dia mirip sama kamu. Juga karena kamu nggak ada waktu itu. Padahal aku butuh kamu. Dan malah dia yang ada buat aku. Tapi jujur aku Cuma cinta sama kamu,ayy..” ujarnya sambil menggenggam tanganku.
“aku tau ini salah aku juga yang nggak bisa ada buat kamu. Nggak apa-apa kok, aku udah ngerti arti semua ini. Semaleman suntuk aku mikir ini. Dan akhirnya aku temuin jawabannya. Bahwa..” kata-kataku terpotong saat Tya datang.
“kak..” ujarnya pelan
“eh..iya. duduk..” jawabku. Lalu ku lanjutkan kata-kataku. “aku akhirnya ngerti bahwa kalian emang saling cinta. Aku yang egois. Nggak mau ngerti dengan perasaan kalian. Rangga,,aku cinta sama kamu. Makasih udah ada di hidup aku satu tahun ini, tapi setelah ini aku akan jalani hari aku tanpa kamu,kok..’
“Shell..aku..”
“ssttt…aku belum selesai. Tya,, aku sayang kamu. Makasih udah ngajarin aku tentang arti saudara yang sebenernya. Makasih udah ngerti aku selama ini. Aku ngerti kamu cinta sama Rangga. Dan sekarang aku mau berbagi bahagia sama seseorang yang pantas bahagia,kamu..” aku mengakhiri kata-kataku dan pergi meninggalkan mereka.
***
Begitulah semuanya terjadi. Itu pertama kalinya aku merasa sakit. Rapuh. Bodoh. Gila. Di khianati. Di bohongi. Arghh.. aku ingin melupakan semua itu. Karena bagiku mengingatnya sama saja membuka lukaku kembali. Kini bagiku melihat Rangga bahagia adalah lebih dari cukup. Bagiku melihat Tya mendapatkan apa yang dia mau sudah cukup. Walau aku yang harus terluka,tak apa. karena begitulah sayangku pada Tya. Juga karena cintaku pada Rangga yang membuatku bisa merelakannya. Bagiku inilah bahagia yang sesungguhnya. Meski tak kupungkiri, aku tak bisa seperti dulu pada Tya.
Maaf Tya,tapi butuh waktu untuk mengenalmu lagi..
Rangga,cinta itu memang egois dan tak mau di bagi. Aku tau itu dari kamu..
makasih ya,mentariku..
PROFIL PENULIS
haii semua..
Nama saya Iindy
tak ada gading yg tak retak..
tak ada maaf tanpa dosa..
dan..no body's perfect..
so,,enjoy your reading guys..
(^_^)
tak ada gading yg tak retak..
tak ada maaf tanpa dosa..
dan..no body's perfect..
so,,enjoy your reading guys..
(^_^)
Baca juga Cerpen Cinta yang lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar