Senin, 02 Juli 2012

Cerpen Persahabatan Remaja - Best Friend?

BEST FRIEND??
Karya Dewi Rosita

Deraian angin sejuk pagi itu, mengantarkan dimas dan vena menuju ke sekolah. Mereka sengaja untuk bersama datang ke sekolah. Mereka sudah bersahabat sejak awal mereka SMA, tak hanya dengan dimas, vena juga bersahabat dengan rani. Sekarang mereka duduk di bangku kelas 2 sma negeri 81 jakarta pusat.

Sesampainya di tempat parkir, vena segera turun dari mobil dimas.
''ven, ntar siang jangan lupa ya buat rapat osis, buat ngebahas camping anak kelas 10'' ucap dimas yang juga baru saja keluar dari mobilnya. ''sip'' jawab vena mengedipkan matanya.

Vena pun melanjutkan langkahnya menuju kekelas. Tidak diikuti oleh dimas, karena kelas mereka berbeda.

Vena menelusuri lorong demi lorong sekolah, dan menaiki tangga demi tangga untuk menuju kekelasnya yang berada di lantai Tiga sekolah elit itu. Tiba-tiba vena terhenti di lantai kedua, dan segera mengambil BBnya yang bergetar di kantong bajunya. Vena pun membaca BBM dari rani yang menyatakan bahwa ia, sedang bersama dimas di kelas dimas.
''ngapain dikelas dimas?'' tanya vena dalam hati dan ia lalu melanjutkan langkahnya.

Dari arah berlawanan terlihat ada seorang lelaki berlari kecil menuruni tangga dan tidak sengaja menabrak vena. BB yang ada di tangan vena pun terjatuh dan pecah.
''sorry kak'' kata lelaki itu menunduk, seolah takut dengan keganasan kakak kelas.

Vena terdiam dan segera mengambil BBnya.
''maaf kak, aku gak sengaja, bener deh!'' ucap lelaki itu terus memohon.
''iya gak papa'' jawab vena tersenyum manis.

Lelaki yang semula panik itu, kini berubah ekspresi. Bibirnya melongo dan heran melihat jawaban yang baru saja keluar dari mulut vena. ''kakak gak marah?'' tanya lelaki itu.
''enggak, enggak papa kok'' tambah vena.

Lelaki itu semakin heran dan terus memandangi vena dengan rasa penuh penasaran. Vena hanya tersenyum dan melanjutkan langkahnya.
''waaah... Gila, itu cewek apa malaikat, udah cantik, baik, sabar lagi... Ohhh'' ucap iqbaal, cowok kelaa 10 yang baru saja menabrak vena. Iqbaale semakin penasaran dengan vena, dan diam-diam iqbaal menyimpan rasa kagum terhadap vena.
~~~

Setelah meletakan tasnya di kelas, vena segera menemui rani di kelas dimas. Letak kelas dimas berada di lantai dua, dan lumayan jauh dari kelas vena. Vena pun segera menemui dimas dan rani yang sedang terduduk didalam kelas.
''BB kamu, kamu matiin ya?'' tanya dimas kepada vena yang baru saja Bergabung.
''BB aku rusak, tadi pas aku mau kekelas, tiba-tiba aja jatoh'' jawab vena.
''hah? Kok bisa?'' tanya rani.
''tadi aku gak hati-hati megangnya, makanya jatoh'' jawab vena lagi.
''udah dong ran, kok kamu malah ngintrogasi vena gitu sih, kita disini kan mau ngebahas tentang camping kelas 10'' ucap dimas menjadi penengah.
''loh, bukannya mau kita bahas ntar pas pulang sekolah ya?'' tanya vena.
''iya ven, ada beberapa hal yang mau aku omongin'' jawab rani.
''tentang apa?'' tanya vena.
''gini loh, kan acara camping ngebutuhin sesuatu biar gak keliatan ngebosenin, nah gue punya usul, buat nambah pentas seni ke daftar kegiatan kita. Tapi, kalian pada setuju gak?'' tanya rani.
''ya aku secara pribadi sih, suka sama ide kamu, tapi, alat-alat bandnnya kan kita harus pinjem sama sekolahan'' ucap vena.
''nah itu dia, kalo masalah itu, aku bisa kok minta izin kekepala sekolah, cuman yang jadi masalah, kita gak boleh nyetujuin ini secara sepihak, kan masih ada panitia-panitia lain yang harus tau usul kamu ran'' saran dimas. Dimas memang lelaki bijak yang pintar menyelesaikan masalah, dan dimas mempunya sifat yang dewasa. Pantas saja dia terpilih menjadi ketua osis dan ketua panitia camping untuk kelas 10 itu.

Vena dan rani pun menuruti saran dari dimas. Mereka memutuskan untuk membicarakan masalah ini kepada panitia-panitia lain.

^^

Pada saat istirahat.
Rani menemui vena di kelasnya. Vena terlihat sedang asyik berbincang dengan teman-teman sekelasnya yang lain.
''ven, anterin aku yuk'' ajak rani.
''kemana ran?'' tanya vena.
''kekantin, aku laper banget nih, dari tadi pagi belum sarapan, mana ntar ada rapat osis lagi'' pinta rani dengan berbagai alasan.
''iya udah, temen-temen aku kekantin dulu ya'' ucap vena kepada teman-teman yang lain.

Setibanya di kantin vena dan rani memilih meja untuk mereka tempati, namun tak terlihat ada meja yang sedang kosong.
''aduh, semua meja penuh ran'' kaluh vena.
''kita gabung sama, mereka aja'' saran rani sembari menunju meja yang di tempati oleh iqbaal dan temannya.

Vena pun melihat ke arah meja itu.
''itu kan adek kelas yang tadi pagi nabrak aku'' ucap vena dalam hati.

Rani dengan segera menarik tangan vena untuk menuju ke meja tersebut.
''kita boleh duduk sini gak?'' tanya rani kepada iqbaal, yang memiliki badan kurus itu.

Iqbaal yang sedari tadi asik menikmati makannya kini menoleh ke arah vena dan rani. Iqbaal kaget melihat vena. Dan kini jantungnya berdetak tidak jelas.
''boleh kok kak'' jawab ryan, teman iqbaal.

Vena pun terduduk di samping iqbaal dan rani terduduk di samping ryan.

Mengetahui jika vena berada di sampingnya, iqbaale tak berani menoleh ke arah vena. Dan jantungnya berdetak semakin cepat, darahnya pun seperti berhenti, entah itu rasa takut atau rasa cinta yang mulai muncul dari diri iqbaal kepada vena.
''kalian anak kelas 10 kan?'' tanya rani.
''iya kak'' jawab ryan.

Vena tersenyum manis mendengar jawaban dari ryan. Dan apa yang terjadi?

Ryan terpesona melihat senyum manis yang keluar dari mulut vena.
''nama kalian siapa?'' tanya rani.
''kenalin, nama aku ryan'' jawab ryan dengan bersemangat menyodorkan tangannya ke arah vena untuk bersalaman.

vena pun membalasnya.
''nama aku vena'' jawab vena singkat.
''gimana sih!! Yang tanya nama kan aku, kenapa kamu jawabnya ke vena'' ucap rani sebal.

Vena hanya tersenyum.
''kenalin kak, aku ryan'' sapa ryan menyodorkan tangannya ke arah rani.

Rani pun tersenyum dan membalas pertanyaan ryan.
''hai, kamu cowok yang tadi pagi kan?'' tanya vena kepada iqbaal.

Iqbaal tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
''nama kamu siapa?'' tanya vena.
''iqbaal kak'' jawab iqbaal singkat.
''kalian semua ikut ke camping yang di adain osis 2 minggu lagi kan?'' tanya rani.
''emhh... Ikut dong kak, kita kan mau ngeliat wajah-wajah cantik kaka'' jawab ryan.
''ihh.. Adek kelas, berani banget ngegombalin kakak kelas'' bisik rani.

Rani pun melanjutkan menyantap makanan yang ada di hadapannya. Dan iqbaal memberanikan diri untuk berbicara dengan vena yang sedang sibuk mengaduk-aduk jus dihadapannya.
''kak aku minta maaf ya atas kejadian tadi pagi'' ucap iqbaal.
''iya gak papa, lupain aja'' jawab vena tersenyum manis.
''makasih kak'' tutup iqbaal.
~~~

Siang hari setelah rapat osis usai, vena dan dimas keluar bersama untuk menuju ke parkiran sekolah.
''rani udah pulang kan?'' tanya dimas.
''udah, tadi dia buru2'' jawab vena singkat.
''kita pulang bareng yuk'' ajak dimas.
''em.. Enggak usah dim, em aku hari ini di jemput sama kak rio'' kata vena menolak permintaan dimas.
''kak rio udah pulang ya?'' tanya dimas.
''udah'' jawab vena singkat.

Sesampainya di tempat parkir, dimas berpisah dengan vena. Dimas segera meluncur pulang dengan mobilnya, sedangkan vena menunggu kakaknya di depan sekolah.

Detik demi detik berlalu, kaka vena yang menjanjikan akan menjemput vena siang itu belum juga tiba. Vena terus melihat detakan jarum di jamnya. Dan sesekali dia melihat ke arah gerbang sekolah yang sudah sepi itu. Tapi di saat vena menengok ke arah gerbang, vena melihat sesok lelaki mengenakan jaket coklat sedang keluar dari sekolah.
''itu kan iqbaal'' ucap vena dalam hati dan terus memandang ke arah iqbaal.

Iqbaal yang baru akan melangkahkan kakinya keluar sekolah tiba-tiba terhenti setelah melihat vena ada di depan. Lagi-lagi jantung iqbaal berdetak kencang dan kakinya seolah tak ingin di langkahkan.

Tatapan itu tajam ke arah iqbaal. Kemudian vena tersenyum. Iqbaal terbelalak melihat senyuman vena. Vena melambaikan tangannya, seolah memanggil iqbaal untuk mendekat.

Iqbaal pun melangkahkan kakinya dan menuju ke arah vena.
''hai'' sapa vena.
''hai kak, btw kakak ngapain ada disini?'' tanya iqbaal.
''lagi nunggu jemputan'' jawab vena singkat.

Iqbaal tersenyum dan menggaruk kepalanya, padahal tidak ada rasa gatal sedikit pun di kulit kepalanya.
''kamu, kenapa baru keluar? Bukannya jam pulang udah dari tadi ya?'' tanya vena.
''eem.. Iya kak, tadi ada kerja kelompok dulu sama yang laen, tapi nyokap udah nyuruh cepet pulang, ya udah deh aku pulang duluan'' jawab iqbaal.
''kamu mau pulang ke arah mana?'' tanya vena.
''ke arah utara kak'' jawab iqbaal.
''waah.. Kebetulan rumah ku juga ke arah sana, gimana kalo kita pulang bareng aja'' ajak vena.

Iqbaal kaget mendengar ajakan vena.
''emm.. Iya deh kak'' jawab iqbaal dengan nada yang gugup.
''owh ya, kamu kalo bisa manggil aku jangan pakek kak, soalnya aku jadi ngerasa tua, kamu panggil aku vena aja'' tambah vena.
''oke kak'' jawab vena.
''kok kak lagi?'' tanya vena.
''oopsss lupa'' kata iqbaal menutup mulutnya. Vena hanya tersenyum melihat tingkah iqbaal.

Sejenak suasana hening dan jalanan sudah sepi, vena menengokan mukanya ke arah selatan, dan kini dia melihat mobil kak rio sedang melaju menuju arahnya.
''itu mobil kakak aku, yukk'' ajak vena menggandeng iqbaal.

Iqbaal yang semula sedang melamun, kaget melihat tangannya yang sudah di genggam oleh vena.

Iqbaal dan vena pun segera masuk kedalam mobil kak rio. Kak rio adalah kakak kandung vena, kak rio berprofesi sebagai artis sinetron papan atas.
''sory, telat, lokasi syuting agak jauh dari sini soalnya'' ucap kak rio.

Lagi-lagi iqbaal terkaget melihat kakak vena.
''iya kak, gak papa, kalo jauh kan kaka bisa sms, terus biar aku pulang bareng dimas'' ucap vena.
''ya ampun ven, kaka tu kangen sama kamu, lagian kakak udah selesai kok syutingnya'' jawab kak rio dengan pandangan vokus kedepan.
''ven, dia kakak kamu?'' tanya iqbaal.
''iya'' jawab vena tersenyum.
''dia kan artis terkenal'' bisik iqbaal.
''kak kenalin ini adek kelas aku, namanya iqbaal'' ucap vena memperkenalkan iqbaal kepada kakaknya.

Iqbaal tersenyum walau di fikirannya masih terselip rasa kaget yang menggila.

Di perempatan jalan, mobil yang dikemudi rio berhenti dan iqbaal turun dari mobil tersebut.
''thanks ya ven'' ucap iqbaal.

Lalu mobil itu melaju lagi menuju ke rumah vena.
~~~

Dimalam yang sangat sunyi, iqbaal terduduk di balkon kamarnya. Ditemani dengan bintang-bintang yang bergelapan malam itu.

Seperti biasa iqbaal selalu menyempatkan diri berbincang dengan bintang sebelum dia tidur.

Malam itu, malam minggu. Tidak seperti remaja laki pada umumnya, iqbaal memilih untuk menghabiskan malamnya sendiri dirumah.
''gue kayaknya beneran jatuh cinta sama kak vena. Udah baik, ramah, cantik, pinter. Cewek sempurna banget, tapi ? Apa iya gw bisa ngedapetin kak vena'' sejenak iqbaale terbawa dalam lamunan bersama bintang.
''wooyy'' suara itu mengagetkan iqbaal.

Iqbaale pun menengok kearah sumber suara itu. Dia menundukan kepala ke arah bawah balkon.

''ngapain loe disitu?'' tanya iqbaale kepada ryan yang masih bertengger di atas motornya.
''justru gue yang harus tanya, ngapain loe disitu,hey boy, ini malem minggu, tapi loe masih aja nongkrong disitu, ayolah keluar nyari tempat yang asik'' ajak ryan.
''duh, gue gak minat buat kayak gituan'' teriak iqbaal dari arah atas.
''wah.. Payah loe'' balasan teriak dari ryan.
''mendingan loe naik deh, gak enak di denger sama tetangga kalo kita teriak-teriak'' ajak iqbaal.

Ryan pun dengan segera masuk kerumah iqbaal dan menuju ke balkon tempat iqbaal merenung tadi.
''pantesan ya loe gak pernah dapet cewek, orang kerjaan loe tiap malem cuman ngalamun di balkon'' ucap ryan yang duduk di samping iqbaal.
''siapa yang ngalamun, orang gue lagi mikirin seseorang kok'' jawab iqbaal dengan santainya.
''heem, kayaknya temen gue lagi jatuh cinta nih'' sindir ryan.

Iqbaale hanya diam dan terus menatap bintang dilangit.
'' udahlah bro, cerita sama gue'' tambah ryan.
''gue ngerasa aneh setiap kali deket sama kak vena, kayaknya gue suka deh sama dia'' ucap iqbaale.
''setiap kali deket kak vena? Bukannya loe baru kenal kak vena tadi pagi yah??'' tanya ryan.
''tadi aku pulang bareng dia, dan ternyata dia punya kakak laki-laki artis terkenal'' cerita iqbaale.
''terus? Gara2 kak vena punya kakak artis, kamu suka gitu sama dia'' tanya ryan.
''bukan karena itu yan, tadi pagi gue tu liat matanya, dan hati gue itu rasanya tu dag dig dug'' ucap iqbaale sembari memaju-mundurkan dadanya.
''gaya loe,'' ucap ryan yang medorong pundak iqbaale, lalu masuk kedalam kamar iqbaale.

Iqbaale pun mengikuti langkah ryan. Lalu ryan menidurkan badannya di tempat tidur ryan. Tetapi ryan tak sengaja menyenggol benda di meja samping tempat tidur ryan.

Dreeekk....Suara benda jatuh itu.
''apaan nih bal?'' tanya ryan mengambil beberapa obat yang jatuh itu.
''obat gue'' jawab iqbaale dengan tergesa-gesa segera mengambili obat itu juga.
''emang loe sakit apa?'' tanya ryan cemas.
''ini cuman vitamin buat kecapean doang kok'' jawab iqbaal singkat.

Ryan pun menatap iqbaale yang sedang sibuk mengambili obat-obat itu. Sepertinya ada sesuatu aneh yang sedang di sembunyikan iqbaal.

Sepulang dari rumah iqbaale, ryan terus memikirkan tentang iqbaale yang jatuh cinta dengan vena, sang kakak kelas yang manis, baik dan juga rajin itu. Tidak dapat membohongi perasaannya, ryan terus menatap foto-foto vena di handponennya. Ternyata ryan sudah mengagumi sosok kak vena, jauh sebelum iqbaale mengenal vena.
***

Pagi hari yang cerah itu. Iqbaale berjalan menelusuri bangunan-bangunan di sekolahnya. Dia berjalan menuju kekelas vena. Tetapi belum baru saja dia akann menaiki tangga, tiba-tiba iqbaale melihat sosok itu sedang berdiri di depan mading dekat tangga sekolah.
''kak ven'' panggil iqbaale dengan riang.
''hai, kok manggilnya kak vena lagi?'' tanya vena.
''habis gimana ya kak, kayaknya kurang pas, kalo aku manggilnya cuman vena, kesannya kayak kurang ajar gitu'' jawab iqbaale yang terus mengeluarkan senyum.
''btw, kenapa nih, pagi-pagi udah manggil? Bukannya kemarin masih malu-malu ya setiap kali ketemu aku?'' tanya vena yang masih sibuk menempel beberapa kertas di mading itu.
''ya, itu kan kemarin kak, sekarang udah enggak'' jawab iqbaale.
''kak, aku kesini mau tanya soal camping yang osis adain buat anak kelas 10'' tambah iqbaale.
''mau tanya tentang apa?'' tanya vena menolehkan pandangannya ke arah iqbaale.

Dan iqbaale menatap mata itu lagi. Iqbaale tak dapat berbicara, jantungnya berdetak lebih kencang dari biasanya.
''hey,,,, mau tanya apa?'' tanya vena mengagetkan iqbaale.
''emmm.... Mau tanya tentang....'' belum sempat iqbaale melanjutkan bicaranya, tiba-tiba dimas datang.
''ven, ternyata kamu disini, aku cari-cari kamu di ruang osis, dikelas, kantin dan perpus, ternyata kamu disini'' ucap dimas dengan nada yang terengah-engah.
''kenapa kamu nyariin aku?'' tanya vena, yang kembali sibuk memasang kertas-kertas di mading.
''nanti malem kamu ada acara gak?'' tanya dimas.
''em... Kayaknya sih enggak ada'' jawab vena dengan nada yang sedikit agak panjang.
''ya udah, nanti malem aku jemput kamu jam 7, kamu harus cantik ya nanti malem'' pinta dimas.
''hah? Emangnya kamu mau ajak aku kemana?'' tanya vena dengan nada penuh penasaran.

Iqbaale yang belum menyingkir dari tempatnya berdiri, merasa cemburu melihat kedekatan vena dengan dimas. Tak sadar ternyata jari-jari iqbaale mengepal, seolah siap untuk melancarkan satu tonjokan di pipi dimas. Tapi iqbaale mencoba menahan diri, karena dimas itu adalah kaka kelas dia disekolah. Dia tidak ingin mencari masalah dengan siswa lain disekolah yang baru dia tempati beberapa bulan yang lalu.
''pokoknya kesuatu tempat'' ucap dimas yang langsung pergi meninggalkan vena.

Vena pun memancarkan senyum diraut mukanya.
''owh ya bal, kamu mau ngomong apa?'' tanya vena mengalihkan pandangan kearah iqbaale.
''kak, data siswa yang ikut kemping, kapan harus dikumpulin?'' tanya iqbaale mencoba untuk tidak emosi
''kalo bisa sih secepatnya, soalnya besok, kita udah mau pesen tempat dan tenda'' jawab kak vena.
''owh, oke kak, kalo gitu, nanti istirahat kedua, aku bakal nyerahin daftar kelas aku yang mau ikut kemping'' ucap iqbaale dengan girang.
''owh oke, aku tunggu yah'' ucap kak vena.
''sipp'' kata iqbaale sembari mengacungkan jempolnya.
''ya udah, aku kekelas dulu ya'' pamit vena, yang langsung meninggalkan tempat.

Iqbaale pun tersemun riang. Lalu dia melangkahkan kakinya menuju ke ruang kelasnya.

Sesampainya diruang, iqbaale menghampiri sahabatnya yang sedang terduduk sendiri di bangku urutan kedua.
''heh'' ucap sembari mengeluarkan senyum lebarnya tanpa henti.
''napa loe, pagi-pagi udah senyum-senyum gak jelas'' tanya ryan.
''gue habis ketemu sama kak vena'' ucap iqbaale salah tingkah.
''tiap hari ketemu kali, heran deh, loe baru tau ya kalo disekolah kita ada kakak kelas secantik kak vena'' tanya ryan heran.
''ya bukan gitu sih yan, cuman dulu gue gak begitu ngeh soal muka-muka kakak kelas'' jawabnya.

Iqbaale terus mengeluarkan senyum dan ryan baru pertama kalinya melihat iqbaale tersenyum karena cinta. Ingin rasanya dia menyingkirkan iqbaale saat itu juga, karena, ryan tidak ingin sahabatnya itu menjadi saingnya sendiri. Rasa cinta ryan ke vena juga tidak dapat di sembunyikan.

Sejenak ryan berpikir dan dia menemukan ide cemerlang untuk menjauhkan iqbaale dengan vena. Ryan tidak ingin iqbaale benar-benar jatuh cinta dengan vena.
''bal, gue mau ngasih tau sesuatu ke loe, tapi gue takut ngomong ke loe'' ucap ryan dengan perasaan takut.

Ryan berniat untuk mempengaruhi Pikiran iqbaale.
''mau ngasih tau apa?'' tanya iqbaale yang sibuk dengan buku matematinya yang dia keluarkan baru saja.
''sebenernya... Emm.. Sebenernya... Kak.. Kak... vena itu.. Em.. Letsbi'' ucap Ryan.

Iqbaale terdiam dan kaget mendengar apa yang diucapkan ryan. Mulutnya tak mampu berkata-kata lagi. Dan kini dia merasakan jika aliran darahnya berhenti.

Begitu juga dengan ryan, rasa takut didalam dirinya makin bertambah. Dia takut kebohongannya itu dapat membawa mala petaka bagi dirinya sendiri. Dan didalam hati ryan terselip rasa menyesal karena baru pertama kali ini dia membohongi sahabat dekatnya sendiri hanya karena cinta.
''loe gak usah ngada-ngada deh. Cerita loe itu basi'' ucap iqbaale marah.
''gue gak bohong bal, loe tau kak rani kan, temen deketnya kak vena, nah denger-denger mereka itu pernah pacaran'' ucap ryan, terus mempengaruhi iqbaale.

Iqbaale melamunkan fikirannya, dia masih tidak percaya dengan apa yang diucapkan ryan.
''terserah deh, loe mau percaya atau enggak sama gue, yang jelas gue sahabat loe, jadi gue pengen ngasih yang terbaik buat loe bal'' tambah ryan, yang langsung pergi meninggalkan iqbaale.

Iqbaale terdiam, kini dia terus memikirkan apa yang diucapkan ryan. Walaupun dentangan bel masuk sudah berbunyi dan guru sudah mulai memberikan materi, tetap saja iqbaale tidak bisa konsentrasi dengan pelajaran hari ini. Dia tidak menyangka jika vena, kakak kelas yang dia idolakan ternyata penyuka sesama jenis. Lantas, apakah iqbaale akan berhenti mendekati kak vena, atau iqbaale akan mengambil tindakan untuk mengobati kak vena?

Pada saat istirahat ke dua. Vena duduk di bangku kantin dengan rani sahabatnya. Siang itu, dia ada janji dengan iqbaale di kantin. Sembari menunggu kedatangan iqbaale, vena pun bersendai gurai dengan rani.

Tetapi berbeda dengan iqbaale, kelas iqbaale belum diperbolehkan keluar dengan guru mapel saat itu. Dan iqbaale nampak gelisah.
''kenapa loe bal?'' bisik ryan kepada iqbaale.
''gue ada janji sama kak vena mau nyerah data siswa yang ikut camping'' jawab iqbaale juga dengan nada berbisik.
''hah? Loe mau ketemu sama kak vena??'' tanya ryan, kaget.
''mendingan loe gak usah ketemu sama kak vena deh, gue takut, nanti kalo loe sering ketemu sama kak vena, perasaan loe sama dia malah tambah dalem, mendingan ntar gue aja yang ngasih data itu'' saran ryan.
''tapi kan gue cuman mau ngasij kertas ini aja'' bantah iqbaale.
''duh, bal, gue tu cuman pengen bantu loe biar cepet ngelupain kak vena, inget dia bakal susah nerima loe, gue gak mau loe sakit hati'' bujuk ryan.

Belum sempat iqbaale menjawab perkataan ryan, tiba-tiba guru yang mengajar kelas mereka menutup pembelajaran.
''baiklah, pembelajaran ekonomi, saya akhiri sampai disini, iqbaale, tolong bawakan buku saya keruangan saya, dan ada suatu hal yang ingin saya bicarakan'' ucap guru itu sembari berdiri tegap di depan kelas.
''hah? Saya bu?'' tanya iqbaale kaget.

Guru itu hanya mengagukkan kepalanya dan pergi menuju keruang guru.
''ya udah deh, yan, tolong kasihin ini ke kak vena ya'' ucap iqbaale kepada ryan sembari mengeluarkan sesobek kertas yang berisi daftar nama murid yang ikut camping minggu depan.
''okey'' jawab ryan mengedipkan matanya.

Lantas iqbaale berjalan mengikuti langkah guru ekonominya ke ruang guru.

Setibanya didepan pintu ruang guru, langkah iqbaal terhenti, dia merasakan ada sesuatu dikepala, entah apa yang terjadi, tiba-tiba buku-buku yang ada di tangan iqbaale terjatuh dan semua berserakan dilantai, sedangkan iqbaale terus memegang kepalanya yang terasa sangat sakit siang itu.

Matanya kini berkunang-kunang, badannya senggoyongan dan kini tubuh iqbaale terjatuh di atas lantai.

Semua guru yang ada diruang itu sangat terkejut. Dan iqbaale segera di bawa menuju ke UKS.

Sedangkan di kantin, ryan segera menuju ke tempat duduk vena dan rani.
''hai, kakak vena'' ucap ryan sembari menduduki kursi.

Senyum lebar menempel di wajah ryan siang itu.
''hai, ngapain kamu disini?'' tanya rani.
''iqbaale mana?'' tanya vena.

Ryan menghentikan senyuman dan berkata, ''iqbaale, lagi diruang guru kak, biasalah, ada sedikit urusan sama guru, makanya dia nitip ini buat kakak'' menyodorkan beberapa lembar kertas.
''ini data-data murid itu yah?'' tanya rani.
''iya kak'' jawab ryan.

Beberapa kata muncul dari mulut ryan dan rani, tetapi vena nampak gelisah menunggu iqbaale. ''kak vena, habis ini ada yang perlu aku bantuin gak buat acara camping minggu depan?'' tanya ryan.
''enggak usah, semuanya udah diurusin sama panitia kok'' jawab vena dengan nada gelisah.
''kenapa kak? Kok kayak bingung gitu?'' tanya ryan.
''enggak papa, owh ya, aku ke kamar mandi dulu yah'' ucap vena yang langsung pergi meninggalkan tempat.

Ternyata vena berbohong. Dia pergi untuk menuju ke ruang guru. Tapi vena terlambat.

Sejak iqbaale jatuh pingsan, dia segera di bawa ke UKS.
Vena nampak melihat isi ruang guru dari jendela, dan guru olahraga memergokinya.
''vena, ada apa kamu didepan ruang guru?'' tanya pak roni(guru olahraga).
''emhh,, enggak ppapa kok pak!! Vena cuman lagi nyari seseorang'' jawab vena dengan nada yang gagap.
''siapa? Masuk sajalah, jangan mengidap-idap disitu, nanti kamu dikira mata-mata'' ledek pak roni.
''saya lagi nyari iqbaale pak'' jawab vena.
''wah, kalo itu bapak gak tau, soalnya bapak habis dari lapangan'' jawab pak roni.

Bel masuk berdentang. Vena pun berpamitan kepada pak roni untuk kembali kekelas.

Pada saat itu juga iqbaale terbangun dari pingsan. Dan dia segera menuju kekelas. Tapi setiba di depan pintu UKS, iqbaale berpapasan dengan vena.

Iqbaal pun terkejut. Dia pun segera menundukan mukanya sembari memegang kepalanya yang masih terasa sedikit pusing itu.

Dengan segera vena menarik tangan iqbaale. Ia pun terhenti.
''iqbaale, ngapain kamu dari uks?'' tanya vena.
''gak papa kok kak'' jawab iqbaale yang langsung pergi meninggalkan tempat.
''kok, sikap iqbaale aneh gitu sih? Biasanya dia ceria, kalo ketemu sama aku'' ucap vena dalam hati.
***

Sepulang sekolah.
Seperti biasa, iqbaale pulang bersama ryan. Dan tidak sengaja ryan melihat kak vena yang berjalan menuju ke arah mereka.
''bale, loe balik dulu gih, gue ada yang ketinggalan didalem'' ucap ryan.
''serius loe gue tinggal?'' tanya iqbaale.
''iya serius, udah sana balik dulu'' suruh ryan. Iqbaale pun melanjutkan langkahnya.

Sedangkan ryan, mencoba menghalangan langkah vena.
''hai, kak, kok buru-buru? Mau kemana nih?'' tanya ryan.
''iqbaale, mana? Dia udah pulang?'' tanya vena.
''iya kak, iqbaale baru aja keluar dari gerbang, tp dia tadi udah langsung di jemput sama nyokapnya'' jawab ryan.
''ya udah deh, berhubung iqbaale dah pulang, aku boleh gak minta bantuan ke kamu'' pinta vena. Dan dengan senang hati ryan menerimanya, baginya ini adalah kesempatan yang bagus untuk mempengaruhi vena.
''minta tolong apa kak?'' tanya ryan.
''2harilagi, panitia camping, mau Ngadain gladi resik di tempat camping, nah terus hari ini, pada mau Ninjau disana, dan kita butuh anak kelas 10 untuk ikut peninjauan, berhubung kakak ketemu cuman kamu, jadi kamu yang kita ajak ke tempat camping sekarang'' ucap vena menjelaskan semuanya.
''oh oke kak, dengan senang hati, aku bakal bantuin kakak'' jawab ryan dengan nada yang penuh semangat.
''ya udah, yuk kita keruang osis'' ucap vena mengajak ryan menuju keruang osis.

Ryan pun mengikuti langkah vena yang menuju ke ruang osis. Dan mereka segera menuju ketempat yang akan digunakan untuk acara camping.

Sekitar pukul 5 sore, iqbaale menghubungi ryan. Dan iqbaale berencana untuk mengajak ryan pergi ketoko buku, untuk membeli buku matematika yang sedang ia butuhkan. Tetapi ryan menolak ajakan iqbaale dengan alasan sibuk menemani mamanya berbelanja. Iqbaale pun akhirnya mengurungkan niatnya ketoko buku. Dan dia kini kembali merenung di balkon kamarnya.

Angin sore itu membawa iqbaale dalam ketenangan. Sejenak terdengar suara mobil mamanya yang baru saja pulang dari kantor, dan tak lama kemudian mama iqbaale sudah mengetuk kamar iqbaale.
''masuk aja ma'' seru iqbaale.

Mama iqbaale pun membuka pintu kamar iqbaale, dan mendekat ke arah iqbaale. Lalu berkata.
''kebiasaan kamu dari dulu memang gak pernah berubah ya bal, sejak kecil kamu seneng banget merenung di balkon kamar'' ucapnya tersenyum.
''iya, mah, tempat ini, bener-bener bisa iqbaale jadiian sebagai penenang pikiran, apalagi mikirin hari-hari iqbaale yang penuh dengan kesuntukan'' jawab iqbaale.

Mama iqbaale mangakat tangannya dan mengelus lembut rambut anaknya. Kemudian keduanya saling menatap. Lalu tersenyum.
''mama apaan sih, ngeliatin iqbaale sampe gitu banget'' ucap iqbaale tersipu malu.

Kemudian kedua saling tertawa riang.
''emangnya gak boleh ya, mama mandangin anak mama yang super ganteng ini''
''hehehe... Ya boleh sih ma'' jawab iqbaale.
''ya udah, papa udah nunggu kita di meja makan, yuk kita makan bareng'' ajak mama iqbaale, beranjak dari tempat ia duduk semula. ''oke'' Ucap iqbaale dengan nada yang bersemangat.

Ia pun beranjak dan Segera menuju kemeja makan bersama mamanya. Tetapi, tiba-tiba, setibanya di pintu kamar iqbaale, iqbaale merasakan sakit itu lagi. Dan kini kepalanya benar-benar merasa tidak dapat menahan sakit yang begitu menusuk.
''aduh,, mah, kepala iqbaale sakit banget'' ucap iqbaale merintih.

Mama iqbaale pun sangat panik dengan keadaan iqbaale, padahal, ini bukan pertama kali mama iqbaale menangani anaknya yang tiba-tiba sakit kepala.

Mama iqbaale pun segera membawa iqbaale menuju ke ranjangnya.
''kamu udah minum obatkan?'' tanya mamanya.
''udah ma, tapi kepala iqbaale sakit banget'' rintih iqbaale yang terus kesakitan.
''tenang, mama telepon dokter dulu'' ucap mama iqbaale masih dengan nada panik dan mengambil telepon genggam yang ada di sakunya.
****

Beberapa menit kemudian dokter itu datangm dan segera memberi obat penenang kepada iqbaale. Iqbaale pun tertidur.
''gimana dok, sama keadaan anak saya??'' tanya mama iqbaale.
''penyakit anak ibu, saya rasa sudah semakin parah, memang iqbaale terkadang terlihat sehat seperti orang-orang biasanya, tetapi sebenarnya organ-organ tubuh dalam iqbaale merasakan sakit yang luar biasa, jadi terkadang iqbaale sering merasa sakit kepala dan tiba-tiba pingsan,dan mungkin usianya tidak dapat bertahan lama lagi'' ucap dokter panjang lebar.

Perkataan dokter tersebut sentak membuat mama iqbaale terkaget, bibirnya tidak mampu bergerak, dan kini air matanya berlahan menetes dari matanya.

Dokter pun memutuskan untuk pulang. Dan iqbaale masih tertidur, akibat obat penenang yang diberikan dokter tadi.
***

Pagi harinya, iqbaale terbangun dan langit sudah bercahaya terang. Berlahan dia membuka matanya, terlihat olehnya, seorang lelaki muda terduduk di kursi belajarnya.

''kakak'' panggil iqbaale.

Ternyata itu adalah kakak iqbaale yang baru saja pulang dari amerika, namanya kak frans. Kak frans mengambil study lanjutan di amerika selama 2thn, dan dia mengambil cuti untuk pergi ke indonesia untuk melihat keadaan iqbaale.
''eh, udah bangun loe'' sapa frans.
''jam berapa nih kak?'' tanya iqbaale, terbangun kaget dari ranjangnya.
''baru jam 6 pagi'' jawab frans singkat.
''hah? Jam enam, gawat, bisa-bisa gue telat'' ucap iqbaale. Dia pun dengan segera turun dari tempat tidurnya, lalu masuk kekamar mandi.
''loe mau berangkat sekolah? Yakin kamu dah sembuh?'' tanya frans.
''yakin'' jawab iqbaale singkat.

30 menit kemudian iqbaale keluar dari kamar dan menuju kemeja makan untuk sarapan.
''iqbaale? Kamu mau sekolah?'' tanya mamanya heran.
''iya ma, memangnya kenapa?'' tanya iqbaale yang menatap wajahnya mamanya dengan penuh keheranan.
''udah sembuh?'' tanya mamanya.
''udah, papa mana?'' tanya iqbaale sembari memandangi menu sarapan yang tersedia di meja.
''udah berangkat barusan'' jawab mamanya.
''ya udah ma, iqbaale berangkat dulu ya'' ucap iqbaale berpamitan.
''loh kamu gak sarapan?'' tanya mama iqbaale khawatir.
''gak usah deh ma'' jawab iqbaale dan mencoba untuk beranjak dari tempat duduknya. Tetapi iqbaale merasa ada seseorang yang menarik tas nya dari belakang.
''aduh kak, apalagi, lepasin tas iqbaale. Ntar iqbaale telat'' keluh iqbaale.
''kalo loe gak sarapan, gue gak bakalan ngelepas tas loe'' ancam frans.
''iya-iya gue sarapan'' jawab iqbaale dengan nada terpaksa, lalu mengambil secuel roti dan memberinya selai strowberry.

Kemudian frans beranjak dari tempat duduknya, dan langsung mengambil tas iqbaale.
''loh kak, tas gue mau diapain?'' tanya iqbaale.
''gue anterin loe kesekolah'' jawab frans singkat.
''gak usah'' sentak iqbaale yang beranjak dari kursinya dan menarik tasnya.
''diem lu ahh,, udah sana makannya cepetan, gue tunggu di mobil'' jawab frans yang mencoba melepaskan genggaman iqbaale yang menyentuh tasnya.

Ya, seperti itulah, frans adalah kakak yang keras kepala. Dia begitu sayang dengan iqbaale. Dan sejak dulu iqbaale tidak pernah berhasil membantah apa yang dinginkan frans.

Tak lama kemudian iqbaale keluar dan menuju kemobil. Akhirnya dia pergi kesekolah bersama kakaKnya.

Sesammpainya di sekolah.
Iqbaale masuk kedalam pintu gerbang, mata nya tiba2 tertuju pada mobil silver yang baru saja masuk, dan terhenti tak jauh dari iqbaale berdiri.

Vena keluar dari mobil itu dan menghampiri iqbaale.
''iqbaale'' panggil vena dan melambaikan tanganyaa.

Iqbaale tidak menjawab dan menolehkan wajahnya. Kini dia bimbang, dan berrfikir ''akankah aku terus melangkah atau terhenti di sini'' setelah itu iqbaale melanjutkan langkahnya dan menghindari vena.

Melihat kejadian itu, vena segera mencari ryan untuk mencari tahu penyebab hal itu. Vena merasa aneh, kenapa sikap iqbaale berubah.
''kenapa sih, sikap iqbaale berubah?'' tanya vena kepada ryan yang sedang asik menyantap bakso di kantin sekolahnya. Sedangkan vena berdiri di belakang ryan.

Mendengar pertanyaan itu, ryan tersedak.
''ehh.. Kenapa kamu?'' tanya vena, panik.
''enggak papa kak, cuman aku kaget aja sama pertanyaan kakak'' jawab ryan.
''udah deh, mendingan kamu jawab sejujur-jujurnya'' suruh vena sembari duduk di samping ryan.
''heeem'' ryan menghela nafas dan berkata ''mungkin sikap iqbaale berubah itu, gara-gara dia udah nyebarin berita kalo kaka itu letsby''
''husss,,, kamu bilang apa sih? Aku tanya serius'' bentak vena.
''iya kakak sayang, aku jawabnya juga serius. iqbaale itu nyebarin gosip kalo kak vena itu penyuka sesama jenis, makanya itu temen2 sekelas udah pada tahu. Yang mungkin iqbaale takut kali sama kaka, gara2 dia nyebarin gosip kayak gitu'' ucap ryan.

Vena pun tak dapat menahan emosinya. ''bruuukk'' suara meja yang di tinju oleh vena.

Vena pun beranjak dari kursinya dan menuju kekelas untuk menceritakan hal tersebut kepada rani dan dimas.

Tak lama setelah vena pergi. Iqbaale datang menghampiri ryan.
''gue cari2 ternyata loe ada disini'' seru iqbaale dan duduk di bekas bangku yang diduduki vena.
''eh.. Iya'' jawab ryan gugup.
''kenapa sih loe kayak orang takut gitu?'' tanya iqbaale.
''enggak papa kok'' jawab ryan.
''eh, gue mau tanya sesuatu ke loe'' ucap iqbaale.
'' tanya apa?'' tanya ryan.
''yan, gue sayang banget sama kak vena. Gue pengen banget nyatain perasaan gue ke dia, kira-kira dia mau nerima cinta gue gak ya?'' tanya iqbaale dengan nada yang sangat polos.
''what !! Loe mau nembak kak vena'' ucap ryan terkejut. Matanya terbelalak lebar dan bibirnya melongo.
''iya, gue pengen tau gimana perasaan dia kegue'' lanjut iqbaale.
''yang jelas kalo dia tau loe suka sama dia, kak vena bakal ilfeel sama loe, secara, kak vena itu sukanya sama sejenis'' ucap ryan dengan nada yang sangat pelan.
''iya sih, tp mau gimana lagi, gue gak bisa mendem rasa ini. Gue bakal terima keputusan kok, kalo misal kak vena nolak gua'' ucap iqbaale panjang lebar.
''em.. Gini aja deh, gimana kalo ntar gue aja yang bilang ke kak vena kalo loe suka sama dia'' tanya ryan.
''loe mau jadi perantara cinta gue sama kak vena?'' tanya iqbaale.
''iya, bisa dibilang begitu'' jawab ryan.
''serius, thanks ya, loe emang sahabat gue yang paling baik,sekarang aku nitip surat ini ke kak ve'' ucap iqbaale, sembari memberikan surat kepada ryan.

Dan sentak perkataan iqbaale tadi membuat hati ryan tersayat. Dan hati ryan berkata ''loe salah baal kalo ngagep gue sahabat loe, gue udah ngefitnah loe demi gue ngedapetin cewek idaman gue, soryy bale, mungkin akhir dari cerita ini, kamu gak bakalan maafin gue''

Pada saat istirahat.

Ryan menemui vena dan rani dikelasnya. Ia memberanikan diri untuk memasuki ruang kelas 11. Sedangkan iqbaale memutuskan untuk tetap dikelas, karena kondisinya yang down lagi, kini ia tidak berani banyak tingkah, iqbaale takut jika penyakitnya tiba-tiba kambuh di sekolah.
''hai kak'' sapa ryan.
''ryan? Ada apa kamu kesini?'' tanya vena yang masih sibuk membereskan buku pelajarannya yang berada di meja.
''eh, ngapain sih loe kesini, sana mendingan loe balik sama temen loe yang suka ngefitnah orang sembarangan itu'' ucap rani dengan nada emosi.
''eh, udahlah ran, yang salahkan iqbaale, kenapa kamu malah marahin ryan?'' tanya vena.
''maaf, kak ! Aku kesini mau ngasih pesen yang dititipin iqbaale buat kak vena'' ucap ryan.
''pesen apa? Kalo dia mau minta maaf, udah aku maafin kok'' jawab vena.
''eem.... Bukan itu kak.... Em... Tadi..... Tadi.... Iqbaale nitip... Emmm...'' ucap ryan dengan nada yang gugup.
''lot tu ngomongnya yang bener dong, iqbaale nitip apa?'' bentak rani.
''em, iqbaale nitip surat ini kekakak, dan tadi aku gak sengaja buka surat ini, ternyata isinya bilang kalo iqbaale bakal nyebarin gosip tentang kak ve yang lestby'' ucap ryan, sembari menyerahkan surat itu kepada vena.

Dan lagi-lagi ryan berbohong. Ryan sudah menukar surat buatan iqbaale dengan buatanya sendiri yang isinya pun berbeda dengan yang asli.
''gak mungkin dia kayak gitu, aku tu gak gay, dan iqbaale gak mungkin ngefitnah orang tanpa sebab, sekarang aku mau minta penjelasan ke iqbaale, kenapa kok dia bisa ngefitnah aku kayak gitu'' ucap vena yang beranjak dari tempat duduknya.
''duh kak jangan, mendingan kakak liat aja deh di mading, iqbaale udah nempel berita tentang kakak di mading'' ucap ryan. Ternyata sebelum kekelas vena dan rani, ryan menyempatkan diri untuk menempelkan secarik kertas di mading yang berisi berita jika vena adalah penyuka sesama jenis. Dan ryan membuat seolah-olah bahwa iqbaale lah yang menempelkan berita itu.

Vena merasa jengkel dengan tingkah iqbaale, dan ryan tersenyum licik melihat kekesalan vena.

Setelah melihat apa yang dimading vena segera menemui iqbaale dikelasnya.

Dikelas iqbaale.
''bale, ngapain loe dari tadi duduk dikelas biasanya loekan sama ryan, loe lagi sakit ya, muka loe pucet gitu?'' tanya salah satu teman sekelas iqbaale.
''enggak kok, gue cuman lagi pengen dikelas aja'' jawab iqbaale.

Selesai berucap iqbaale terkejut setelah vena menggebrak mejanya 'brraaaakkkkk' dan ternyata baru kali ini vena berbuat brutal dengan memukul meja sekeras itu.
''kak ve?'' ucap iqbaale terkejut.
''mulai sekarang, aku gak mau kenal sama kamu, udah cukup ya kamu ngelakuin ini ke aku, dan aku kira kamu ini orangnya yang bisa enak diajak sahabat, tapi ternyata kamu malah ngelakuin hal kayak gitu'' ucap vena marah.
''maksud kakak apa?'' tanya iqbaale.
''udah deh, gak usah berlagak bodoh dan gak tau apa-apa'' ucap rani.
''ini ada apa sih?'' tanya iqbaale yang memandangn ryan sahabatnya.

Ryan hanya menggeleng.
''aku kecewa sama kamu bal'' ucap vena dan langsung pergi meninggalkan tempat.

Semua kericuhan berakhir, dan iqbaale masih bingung dengan apa yang terjadi baru saja.

Ryan mendekat ke arah iqbaale dan menjelaskan semuanya.
''tu kan, kak vena marah, tadi aku habis ngasih surat itu ke kak vena, tapi dia langsung marah kayak gitu'' ucap ryan.
''gak mungkin kak vena marah cuman gara2 aku suka sama dia, dia gak mungkin kayak gitu yan'' ucap iqbaale dengan muka yang sudah sangat seperti orang streez.

Sejanak suasan hening.

Iqbaale menundukan wajahnya. Ryan berlahan-lahan menaikan wajah iqbaale.
''iqbaale loe nangis?'' tanya ryan.
''enggak kok'' jawab iqbaale singkat.

Iqbaale pun memutuskan untuk keluar dari kelas dan membersihan air mata yang sempat menetes di pipinya yang mulus itu.

Baru beberapa langkah dia meninggalkan kelasnya, tiba-tiba iqbaale berjalan sengoyongan, matanya tiba-tiba berkunang-kunang. Ia menyandarkan dirinya pada tembok sekolah, dan mengusap hidungnya sejenak dengan jarinya. Terlihat darah segar menetes dari hidungnya. Iqbaale segera menuju kekamar mandi.

Usai dari kamar mandi, iqbaale tidak sengaja melihat vena dan rani sedang terduduk di bangku kantin. Dia berhenti sejenak dan memandang ke arah vena dan rani.
''gue gak nyangka kalo jalan hidup orang yang aku sayang itu gak normal, ya tuhan aku ingin engkau bisa segera menyadarkannya, aku sangat menyayanginya dan aku ingin dia bisa menerimaku,walau aku gak akan bisa dapetin kamu kak, tp rasa cinta aku kekamu gak akan berubah'' ucap iqbaale dlm hati.

Sepulang sekolah.

Frans sudah menunggu iqbaale didepan gerbang sekolah, ia berdiri sembari memutar-mutar kunci mobil dijarinya, dan bergaya sok cool didepan anak-anak SMA.

Iqbaale pun mendekat ke arah kakaknya itu.

Krinccinnggg.... Bunyi kunci mobil yang terjatuh di depan iqbaale berdiri. Iqbaale segera mengambilnya.
''kakak ngapain sih berdiri disini, kan nunggunya bisa mobil'' ucap iqbaale yang siang itu terasa bad mood.
''di mobilkan panas, ya udah kakak nunggunya disini, mana kunci nya'' pinta frans.
''mobil gue yang bawa'' ucap iqbaale yang langsung berjalan menuju mobil kakaknya yang terparkir di depan sekolah.
''eh gak bisa'' ucap frans menghadang iqbaale.

Tak sengaja pandangan iqbaale tertuju dengan sepasang siswa yang baru saja keluar dari sekolah dengan berboncengan motor, dan ternyata itu vena dan dimas. Iqbaale terdiam dan raut mukanya tiba-tiba berubah. Lalu iqbaale menyerahkan kunci mobilnya ke frans.
''nih, kakak aja deh yang nyetir, aku agak sedikit pusing siang ini'' ucap iqbaale yang lalu masuk ke mobil.
''loe pusing, tapi loe gak papa kan?'' tanya frans panik.
''enggak papa, udah cepet masuk'' ajak iqbaale yang sudah bertengger di atas mobil.

Dimobil.
''loe kenapa,kok muka ditekuk gitu?'' tanya frans.
''enggak papa'' jawab iqbaale singkat.
''em... Pasti loe lagi galau ya?'' tanya frans.
''wajar kali kalo remaja itu galau, apalagi kalo masalah cinta'' ucap iqbaale.
''jadi, adek gue lagi jatuh cinta gitu? Sama siapa? Baru kali ini gue denger adek gue jatuh cinta hahahah'' ledek frans.
''dia kakak kelas, namanya vena. Dia baik banget, manis, kalo di sekolah dia itu termasuk aktifis, tapi....'' ucap iqbaale tidak melanjutkan bicaranya.
''tapi apa?'' tanya frans yang masih fokus dengan setir mobilnya.

Iqbaale hanya terdiam, dan mobil terus melaju stabil menuju ke rumah mereka.
***

Sore harinya sekitar pukul 7, rani dan vena sedang menikmati santapan di cafe salah satu moll.

''ini kalung dikasih sama dimas?'' tanya rani terkejut setelah vena mengeluarkan kotak kecil yang berisi kalung cantik.
''iya'' jawab vena tersenyum cerah.
''eem... Kok sampe segitunya? Jangan-jangan kalian...'' ucap rani tidak melanjutkan bicaranya.

Vena hanya tertawa lebar. Dan rani masih meran menatap wajah vena.

Disaat yang sama, iqbaale dan frans sedang bertandang juga di moll tersebut, iqbaale terhenti setelah melihat vena dan rani sedang asik tertawa.
''ngapain loe berhenti?'' tanya frans.
''kak, gue laper nih, makan dulu yuk'' ajak iqbaale.
''hah? Kamu ngajak aku makan? Gak salah! Bukannya kamu itu paling gak hobi ya makan di cafe moll kayak gini?'' tanya frans panjang lebar.
''aah,, udah, cuman duduk-duduk aja kok'' ucap iqbaale yang lalu menarik tangan frans.

Mereka terduduk di bangku tak jauh dari tempat vena dan rani duduk. Iqbaale diam-diam mengintai gelagat vena dan rani.
''loe udah jadian ya sama dimas?'' tanya rani terkejut.
''emm... Bisa di bilang begitu'' jawab vena yang masih belum menghentikan tawanya.
''hah? Serius kamu, selamat ya... Kapan nih jadiannya! Kok gak ngomong-ngomong sih sama gue'' ucap rani terkejut dan juga mengeluarkan senyumnya. Lalu mereka berpelukan.

Iqbaale yang mengintai mereka pun kaget melihat rani dan vena berpelukan.
''eh, bal, ngapain sih kita disini, gak jelas banget'' ucap frans kesal.
''duh kak bentar dong, kakak boleh deh pesen makanan apa aja, ntar gue yang bayar'' ucap iqbaale.
''serius nih?'' tanya frans.
''iyee,'' ucap iqbaale meyakinkan frans.

Dan iqbaale kembali melakukan pengintaian itu.

Iqbaale melihat rani sedang memakaikan kalung di leher vena. Iqbaale semakin terkejut, dia mengirai bahwa yang memberikan kalung itu adalah rani, padahal itu kalung pemberian dimas.
''ternyata bener kata ryan, kak vena sama kak rani ada hubungan something. Kayaknya mereka nyembunyiin ini dari sekolah deh, soalnya mereka gak pernah mesra-mesraan kayak gini di sekolah'' ucap iqbaale dalam hati.

Betapa sakitnya hati iqbaale melihat pujaan hatinya bermesra-mesraan dengan sesama jenis.

Tak lama kemudian, vena beranjak dari kursinya, sepertinya dia akan menuju kekamar mandi. Dengan berani iqbaale mengikuti langkah kaki vena.
''ternyata bener ya, kalo kak vena itu penyuka sesama jenis'' ucap iqbaale, mengagetkan vena yang sedang berjalan didepannya.

Vena menoleh ke arah iqbaale.
''kamu!'' ucap vena terkejut.
''sempet gak percaya kalo kak vena punya sifat kayak gitu, tapi itu semua udah terbukti'' sambung iqbaale.
''ini gak seperti apa yang kamu pikirin ya bale, aku sama rani itu cuman sahabatan, dan kamu salah kalo ngira aku punya hubungan sama rani. Aku itu udah punya cowok'' bela vena, yang terus membalas perkataan iqbaale.
''udahdeh kak, kakak gak usah ngelak lagi, tenang, aku gak akan nyebarin berita ini'' ucap iqbaale lembut.

Dengan wajah yang sudah emosi vena menampar iqbaale.

''ada satu hal yang perlu kamu tau, elo, iqbaale diafakhri adalah orang yang paling gue benci didunia ini, camkan itu bale'' ucap vena meneteskan air mata. Vena lalu mengurungkan niatnya untuk kekamar mandi, ia kembali untuk mengajak rani segera meninggalkan cafe tersebut.

Sedangkan iqbaale berkaca didepan kaca kamar mandi cafe. Dan lagi-lagi iqbaale melihat darah yang keluar dari hidungnya.
''aaarrgghhh'' teriak iqbaale jengkel.
''vena gue sayang sama loe, gue cinta sama loe, walaupun loe benci gue, tapi gue akan akan pernah bisa ngelupain loe, dan asal loe tau aja ven, gue sayang sama loe melebihi apapun'' ucap iqbaale didepan kaca.

Iya pun segera mencuci mukanya dan menghilangkan darah yang tadi keluar dari hidungnya. kemudian ia kembali kemeja cafe.
''kita pulang sekarang kak'' ajak iqbaale dihadapan kakanya.
''hah? Pulang sekarang, tp kan ini makannya belum habis'' jawab frans tanpa menengok ke arah iqbaale.
''ayolah kak, iqbaale capek, mau pulang'' keluh iqbaale.

Frans memalingkan wajahnya ke iqbaale.
''loe kenapa, kok pucet sih? Kamu gak papa kan?'' tanya frans cemas.
''enggak papa'' jawab iqbaale singkat.
''ya udah, yuk kita pulang sekarang'' ucap frans beranjak dari tempat duduknya.

Sesampainya dirumah iqbaale.
'jedaaaaaar' suara pintu kamar yang di banting iqbaale.

Iqbale segera menuju ke balkon kamarnya.
''vena gue sayang sama loe, gue gak sanggup kalo orang yang gue sayang malah benci sama gue'' teriak iqbaale.

Iqbaale mengacak-acak rambutnya. Ia pun memutuskan untuk masuk kekamarnya. Kini ia terduduk di meja belajarnya. Iqbaale membuka salah satu buku pelajarannya yang ada di atas meja. Tepat dihalaman 108 ia menemukan foto kak vena yang memang selalu dia simpan di bukunya tersebut.

sembari memandang foto kak vena, iqbaale terbawa suasana dan menulis sebuah puisi di atas selebar kertas.
''mungkin memang kamu tak pernah aku miliki. Tapi, aku sangat mengagumi apa yang kamu milik, senyummu, sinar matamu selalu menghiasi hari-hariku. Kamu selalu memancarkan pesona cinta dihatiku. Walau kita saling tersakiti, tapi aku yakin kamu adalah cinta sejatiku, dan aku akan selalu mencintamu hingga ujung hidupku yang mungkin tak akan lama lagi''

Satu tetesan darah yang mengalir dari hidung iqbaale menghiasi lembaran kertas itu, iqbaale segera mengambil tisue dan mengusap di hidungnya. Berlahan iqbaale melipat kertas itu dan menyimpannya di bawah bingkai fotonya bersama ryan.
***

Keesokan harinya.

Tepatnya di koridor lantai 2 sekolah, vena sedang berjalan bersama dimas, kekasihnya.

Pandangan tajam dari siswa-siswa mengarah ke arah vena. Vena terheran dengan sikap murid-murid.
''kok mereka pada ngeliatin aku aneh gitu sih?'' tanya vena.
''gak tau, aneh banget ya mereka'' jawab dimas.
''liat deh, sekarang dia pura-pura jalan sama cowok, padahal kalo diluar, dia suka mesra-mesraan sama cewek'' bisik salah satu murid kepada temannya.
''ven'' panggil rani dari arah kejaauhan dan menghampiri vena.
''vena, loe dah, liat gosip di mading belum?'' tanya rani dengan nafas terengah-engah.
''gosip apaan sih? Gue sama dimas baru aja dateng'' jawab vena.
''pokoknya loe harus liat mading sekarang'' saran rani.
''oke'' ucap vena yang langsung berlari kearah mading.
''diam-diam diluar sekolah, vena sang aktifis sering bermesra-mesraan dengan sesama jenis'' judul mading yang dibaca oleh vena.

Vena terkaget setelah melihat foto-fotonya di cafe semalem, saat vena sedang tertawa lepas dengan rani, dan saat rani memasangkan kalung dileher vena.
''siapa sih yang ngepost kayak ginian?'' tanya vena dengan nada emosi, dengan segera vena melepas kertas itu dari mading.
''udah ven, kamu tenang dulu, baru nanti kita cari tau ,siapa yang masang kertas itu dimading'' saran dimas menenangkan vena.
''gue tau siapa yang masang kertas ini'' ucap vena.

Dengan segera vena meneju kekelas iqbaale yang ada di lantai 3. Dengan perasaan yang sudah memanas.

Ssesampainya di tangga, vena sudah melihat sosok iqbaale. Dengan segera vena menarik tas iqbaale. Iqbaale terdorong kebelakang dan hampir terjatuh.
''maksud kamu apa nempel kayak gini dimading?'' tanya vena dengan nada yang tinggi dan melemparkan kertas itu di wajah iqbaale.
''apa sih kak? Aku gak tau apa-apa, aku baru aja dateng'' ucap iqbaale dengan wajah yang sangat bingung.
''gak usah alesan deh'' tambah rani.
''jadi kamu yang nempel kertas itu di mading'' ucap dimas unjuk bicara.
''daaag'' suara badan iqbaale yang terjatuh dilantai karena tonjokan keras dari dimas.

Dan dimas bertubi-tubi memukuli wajah iqbaale. Iqbaale terkapai lemah dan vena mencoba menahan tangan dimas yang akan menonjok iqbaale lagi.
''udahlah, percuma kamu mukulin iqbaale sampe kayak gitu, paling juga seluruh sekolah udah ngecap gue jelek'' ucap vena yang lalu meneteskan air matanya.

Dengan segera, vena menarik tangan dimas dan mengajaknya pergi.

Vena mengajak rani dan dimas ke taman belakang sekolah, sedangkan iqbaale dibawa ryan ke uks.
''udah ven, kamu yg sabar, pasti temen2 pada tau kok mana yg salah dan mana yang bener'' nasehat rani.

Vena terus menangis di pundak dimas. Dan vena seperti menemukan kehangatan dan kedamaian di pundak dimas kekasihnya.
''iya ven, nanti gue coba kelarifikasi masalah ini deh'' ucap dimas yang juga meyakinkan vena.

Di UKS.

Iqbaale tertidur lemas di kasur UKS yang keras. Dan ryan dengan sabar mengobati luka-luka iqbaale.
''yan, loe jangan cerita masalah ini ke nyokap gue ya'' pinta iqbaale.
''trus gue harus bilang apa sama nyokap loe?'' tanya ryan.
''bilang aja gue habis jatuh atau ada kecelakaan, please jangan cerita yang sebenernya ke nyokap gue sama ke kakak gue'' pinta iqbaale terus memohon.
''oke deh'' jawab ryan dengan terpaksa.

Melihat keadaan iqbaale, ryan semakin merasa bersalah, dia tidak tega untuk melanjutkan semua permainan konyolnya itu. Dia tidak ingin melihat sahabatnya menderita hanya karna keegoisannya ingin mendapatkan hati vena.
**

Jam demi jam berlalu, tiba saatnya ryan, iqbaale dan yang lainnya pulang dan kembali ke rumah masing2.

Iqbaale, yang menghabiskan waktu sekolahnya hari itu di UKS pun sudah menunggu ryan digerbang sekolah.

Tak lama kemudian ryan keluar, dengan menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal itu.
''yuukk,, balik'' ajak iqbaale.
''eeem,,, loe nungguin gue ya?'' tanya ryan.
''ya iyalah'' jawab iqbaale singkat.
''kitakan udah lama gak pulang sekolah bareng'' sambung iqbaale.
''tapi siang ini gue gak langsung pulang'' ucap ryan.

Ternyata siang itu ryan berjanji akan membantu panitia kemping untuk berbelanja kebutuhan panitia selama kemping berlangsung.
''loe mau kemana?'' tanya iqbaale kecewa.
''gue,, emm.. Gue,, gue mau belanja beberapa kebutuhan gue buat kemping 2hari lagi'' jawab ryan dengan gugup.
''hah? Loe belanja? Emang loe mau beli apa aja sih, bukannya loe paling gak pernah ya, nyiapin2 buat acara kayak beginian, biasanya kan loe paling cuek?'' tanya iqbaale, heran.
''itu dia bale, gini ya gue jelasin ke loe. Gue di mintai tolong sama panitia kemping buat belanja beberapa kebutuhan mereka selama kemping, nih gue udah dikasih duit sama daftar belanjaannya, dan gue harus ngasih ke mereka hari ini'' jelas ryan panjang lebar.

Sentak iqbaale menaruh curiga terhadap ryan.
''panitia kemping? Pasti kamu mau bantu kayak begini demi kak vena ya?'' tanya iqbaale yang tiba-tiba meluncurkan pertanyaan aneh itu kepada ryan.

Ryan kaget dan terdiam.
''enggak lah.. Emangnya panitia kemping cuman kak vena doang?'' tanya ryan.
''enggak sih??'' jawab iqbaale singkat.
''ya udah, sekarang loe mau ikut gue atau mau langsung pulang?'' tanya ryan.
''gue ikut loe deh'' jawab iqbaale.

Mereka pun segera menuju ke supermarket di sekitar sekolah. Mereka menggunakan angkutan umum untuk menuju ke supermarket itu. Tetapi pada saat mereka turun, ternyata doompet didalam kantong ryan di copet orang. Tetapi ryan tidak menyadarinya.

Sesampainya di supermarket, mereka sibuk mencari barang-barang yang tertera di selembar kertas itu.
''gila banyak banget sih'' keluh iqbaale yang juga membantu ryan membawa barang-barang tersebut.
''iya inikan semua barang yang ketulis disitu''
''ya dah ug, kekasir sekarang'' ajak iqbaale.

Sesampainya dikasir, petugas kasir pun menghitung semua barang-barang itu.

Ryan pun bersiap membayar dan mencari dompetnya.
''nyari apaan sih lo?'' tanya iqbaale.
''dombet gue gak ada baale'' jawab ryan panik.
''hah? Serius loe, yang bener, coba deh loe inget-inget lagi'' perintah iqbaale.
''totalnya 578 ribu'' ucap petugas kasir.
''ya udah deh, pakek ATM gue dulu aja'' ucap iqbaale yang langsung mengeluarkan dombet didalam tasnya.
''thanks ya bal'' ucap ryan memandang iqbaale dalam. Dia sanggat merasa bersalah karena selama ini sudah memfitnah iqbaale.

Detik demi detik berlalu. Iqbaale dan ryan kembali kesekolahan untuk memberikan barang-barang itu kepada petugas OSIS.

Diruang osis.
Semua anggota sedang membicarakan acara kemping beberapa hari lagi.
''terus siapa yang beli alat-alat kita nanti'' tanya salah seorang petugas osis.
''tenang, gue udah nyuruh anak kelas 10 buat belanja semuanya'' jawab dimas.
''jangan bilang kalo loe nyuruh iqbaale?'' tanya rani.
''enggak kok, gue nyuruh ryan, daari awalkan dia udah ikhlas banget tu bantuin kita'' jawab dimas.
''eemm,, guys, rapatnya kalian lanjutin dulu ya, gue mau kekamar mandi dulu'' pamit dimas.

Dimas pun segera menuju kekamar mandi.

Pada saat akan masuk kekamar mandi, dia melihat sosok iqbaale dan ryan yang akan berjalan menuju ke ruang osis dengan membawa beberapa tas belanja. Dimas mendengar seperti mereka sedang membicarakan sesuatu, dimas pun segera masuk kekamar mandi dan menguping pembicaraan ryan dan iqbaale.
''terus gue harus bilang gimana dong?'' tanya ryan kepada iqbaale.

Iqbaale berhenti didepan pintu kamar mandi, sehingga, dimas dapat jelas melihatnya.
''ya loe bilang apa adanya aja, tp loe jangan bilang kalo duitnya ilang, terus jangan bilang juga kalo ini semua gue yang bayarin'' suruh iqbaale.
''tp bale, mereka kan cuman ngasih gue 250rb, sedangkan ini totalnya lebih dari 500rb'' keluh ryan.
''udahlah gak papa, kalo mereka nambahin duitnya loe jangan terima'' nasehat iqbaale.

''tapi kan itu duit dari ATM loe, kalo misal ntar mama loe nge chek gimana?'' tanya ryan.
''udahlah yan, loe tu banyak tapi-tapian ya, sana loe bawa barang-barang ini ke osis, gue mau kekamar mandi dulu'' ucap iqbaale.

Mendengar itu, dimas segera menuju ke depan kaca kamar mandi dan berpura-pura sedang mencuci mukanya, sehingga iqbaale tidak curiga kepada dimas.

Iqbaale kaget melihat dimas ada didalam kamar mandi, dia takut dimas mendengar perbincangannya dengan ryan.

Iqbaale pun segera masuk kesalah satu bilik kamar mandi tanpa menghiraukan dimas.

Dimas pun memutuskan untuk keluar dari kamar mandi. Tetapi dia seperti mendengar suara batuk keras dari bilik kamae mandi yang di masuki iqbaale.

Dimas pun panik dan segera mengetuk pintu bilik.
''bale, loe kenapa didalem?'' tanyadimas.
''enggak papa kok kak'' jawab iqbaale dengan suara yang paruh.

Saat itu dada iqbaale tiba-tiba sesak, nafasnya seperti tidak lancar, dan lagi-lagi dia mengeluarkan darah dari hidungnya. Tak mampu berdiri lagi, iqbaale terduduk lemas dilantai kamar mandi.
''bale'' teriak dimas.

Dengan pelan, iqbaale membuka kuncinya dari dalam. Pintu terbuka dan dimas kaget melihat iqbaale terduduk lemas di lantai kamar mandi.
''loe kenapa?'' tanya dimas.

Iqbaale tidak menjawab, dimas pun membantu iqbaale untuk bangun.
''enggak papa kak'' jawab nya.
''gak papa gimana ? hidung loe mimisan tu'' ucap dimas.
''gak papa kak, mungkin cuman kecapean'' jawab iqbaale.
''tapi itu bukan karena tadi pagi gue nonjokin loe kan?'' tanya dimas.
''enggak kak, santai aja, aku emang udah sering kayak gini kok'' jawab iqbaale tersenyum dan segera keluar dari kamar mandi.

Dimas terheran mendengar jawaban iqbaale.

Iqbaale pun segera keluar dari kamar mandi dan pulang bersama ryan.
***

Setibanya dirumah iqbaale.

Iqbaale membuka gerbang dengan pelan, berharap tidak ada suara yang muncul, ketika ia membukanya.

Setibanya dikamar, iqbaale segera membersihkan luka tonjokan dimas dengan sebungkus es yang ia lapisi handuk.
''auu'' rintih iqbaale.
''perasaan tadi udah dikasih obat deh, tp kok masih sakit ya'' lanjut iqbaale.

Setelah membersihkan lukanya, iqbaale memutuskan untuk mandi. Dirumahnya saat itu sepi, kedua orang tua iqbaale masih disibukkan dengan pekerjaan di kantor, dan frans sedang mengada acara reuni dengan teman-teman SMAnya.
***

Semilir angin malam yang sejuk menemani rani, vena dan dimas yang sedang terduduk di taman rumah vena.
''perasaan gue gak enak nih sama iqbaale'' ucap dimas mengawali pembicaraan.
''enggak enak gimana maksudnya?'' tanya rani.

Vena hanya terdiam mendengar perkataan dimas, dia terus membuka-buka tabloid di tangannya.
''ya gak enak aja, gue ngerasa bersalah sama dia, gue takut dia kenapa-kenapa'' jawab dimas.
''maksud kamu apaan sih? Aku makin gak ngerti deh'' tanya rani.
''gue tadi mergokin iqbaale mimisan dikamar mandi pas pulang sekolah'' jawab dimas.
''ya ampun, cuman mimisan!'' seru rani.
''gak cuman itu ran, dia itu juga sampe lemes di dalem kamar mandi, untung aja ada gue disitu, kalo enggak siapa coba yang nolongin iqbaale'' cerita dimas.
''emangnya dia sakit apa?'' tanya vena singkat dan kemudian menutup tabloidnya.
''gak tau sih, pas gue tanya ke dia -apa itu sakit gara2 gue tonjokin tadi pagi- terus dia jawabnya malah gini, -gak papa kok, mungkin cuman kecapen, lagian aku udah biasa kayak gini kok kak- gitu'' ucap dimas menjelaskan kepada rani dan vena.
''terus loe mau ngapain?'' tanya rani sadis.
''ya setidaknya gue mau minta maaf sama dia'' jawab dimas polos.
''hah minta maaf!'' seru vena yang lalu membanting tabloid di tangannya.
''owh, jadi loe lebih ngebelain iqbaale dari pada pacar loe sendiri?'' tanya rani dengan nada tinggi.
''eeh,, bukan gitu maksud gue'' jawab dimas bingung.
''terus! Gue gak ngelarang niat baik loe kok, cuman, apa pantes loe minta maaf sama dia, secara dia gak ada niat buat minta maaf ke gue'' ucap vena.
''ven, gue yakin kalo ini semua bukan iqbaale yang ngelakuin'' bella dimas.
''jadi loe lebih percaya sama iqbaale daripada sama gue?'' tanya vena.
''eh.. Udah dong, kalian kok jadi berantem sih'' lerai rani menghentikan perdebatan antara vena dan dimas.
''gue bakal ngebuktiin kekalian kalau bukan iqbaale ngelakuin ini semua'' ucap dimas yang kemudian beranjak dari tempat ia duduk.
''loe mau kemana?'' tanya rani.
''nyelesain masalah ini'' jawab dimas singkat dan langsung melanjutkan langkahnya.
***

''ting tong...'' bunyi bel rumah iqbaale yang di pencet oleh dimas.

Tak lama kemudian pembantu rumah iqbaale keluar membukakan pintu.
''maaf akang teh nyari siapa?'' tanya pembantu itu.
''iqbaalenya ada bi?'' tanya dimas.
''owh, bentar saya panggilkan den iqbaale-nya'' jawab pembantu itu dan kemudian menuju kekamar iqbaale dilantai dua.

Lagi-lagi iqbaale sedang merenung sendiri di balkon kamarnya, sampai malam itu juga kedua orang tua dan kaka iqbaale belum pulang.
''den ada temen den iqbaale nunggu di bawah'' ucap bibi.
''siapa bi? Ryan? Suruh dia masuk kesini aja'' suruh iqbaale tampa menengok ke arah bibinya.
''bukan den, dia sebelumnya belum...'' belum sempat bibi menyelesaikan ucapnya, tiba-tiba dipotong oleh iqbaale.
''udahlah bi, biasanyakan kalo temen iqbaale maennnya langsung masuk kekamar iqbaale, jadi suruh dia masuk aja'' ucap iqbaale lembut.

Bibi pun kembali kebawah dan mengantarkan dimas ke depan kamar iqbaale.

Dimas pun membuka pintu kamar iqbaale dengan pelan. Pandangan dimas langsung tertuju pada iqbaale yang sedang terduduk di balkon.

Iq pun segera melangkah ke arah iqbaale. Tapi, dimas terkejut ketika melihat foto-foto didinding kamar iqbaale dan bingkai isi foto yang terletak dimeja belajar iqbaale. Foto-foto itu belum dipasang lama oleh iqbaale, baru sekitar 2hari yang lalu, dan mamanya tidak mengetahui jika terdapat foto itu.

Dimas melongo dan tidak melanjutkan langkahnya.
''yan, kenapa loe, gak langsung masuk kamar gue aja, biasanyakan loe langsung masuk, bahkan ke rumah gue pun loe sering tanpa ngetuk pintu kan'' celoteh iqbaale yang terus memandang ke arah bintang-bintang.

Dimas terdiam. Iqbaale nampak aneh karena tak mendengar suara ryan yang biasanya selalu menjawab celotehannnya.

Iqbaale membalikan badannya, dan terkaget melihat bahwa sosok yang masuk kedalam kamarnya adalah dimas.
''elo'' ucap iqbaale kaget dan panik.
''sori , kalo gue lancang masuk kamar loe, tapi gue disuruh penbantu loe buat masuk sini'' jawab dimas gugup.

Iqbaale bingung akan berkata apa, dia tidak menyangka jika dimas tiba-tiba datang kekamarnya.
''kakak ngapain kesini?'' tanya iqbaale, seperti orang ketakutan.

Dimas tidak menjawab, dia terus memandangi foto-foto pacarnya yang di pasang iqbaale di didinding kamarnya.

Raut wajah dimas berubah, seperti dia ingin membentak iqbaale.

Iqbaale menundukan kepalanya.
''kak, maafin aku, aku beneran gak tau apa-apa masalah tadi pagi, aku gak tau siapa yang nempel foto-foto itu dimading'' ucap iqbaale ketakutan.
''loe suka sama vena ya?'' tanya dimas, dengan wajah yang masih melongo memandang dinding kamar iqbaale.
''foto itu baru aku tempel beberapa hari yang lalu kok kak beneran, aku janji bakal copot foto-foto itu besok'' jawab iqbaale,. Raut wajah iqbaale masih terlihat seperti orang ketakutan.
''loe kenapa sih kayak takut gitu?'' tanya dimas.
''em.. Kakak ngapain kesini?'' tanya iqbaale lagi.
''gue kesini mau liat keadaan loe aja'' jawab dimas.
''keadaan? Emangnya gue kenapa??'' tanya iqbaale.
''gue mau tanya sama loe, bener gak sih kalo loe yang nyebarin berita kalo vena itu letsby?'' tanya dimas mengalihkan pembicaraan.
''enggak lah, gue gak tau apa-apa tentang masalah ini, tiba-tiba malah kak vena ngira kalo aku yang nyebarin gosip itu'' jawab iqbaale.
''pertama loe dapet gosip itu dari mana?'' tanya dimas dengan nada yang serius.
''ryan ! Dia yang ngasih tau ke gue kalo kak vena itu lestby, dan dia minta ke gue, supayaa gue ngejauhin kakve'' jawab iqbaale.
''loe kok jadi tanya-tanya tentang masalah ini'' lanjut iqbaale balik bertanya.
''eeeeemm.. Gak papa, gue cuman pengen tau aja'' ucap dimas yang melangkah kakinya ke meja belajar iqbaale, dimas melihat ada selember kertas yang dilipat rapi oleh iqbaale dan diatasnya terdapat foto vena yang tersenyum manis.
''ternyata kamu diem-diem suka ngefoto-foto ve ya ?'' tanya dimas.
''ee, aku sih ngefotonya diem-diem pakek camera handpone, soalnya kalo aku minta foto dia langsung pasti dia bakal marah dan ngebentak-bentak gue gak jelas'' ucap iqbaale panjang lebar.
''ngebentak gimana maksudnya?'' tanya dimas.
''gak taudeh, waktu itu aku kasih surat cinta ke dia, tp dia langsung marah-marah dan bahkan gak mau kenal sama gue lagi'' jawab iqbaale.
''surat cinta? Kapan kamu ngasih surat ke ve? Perasaan dia gak pernah terima surat dari loe deh'' ucap dimas.

Iqbaale terkaget mendengar ucapan dimas.
''ya mungkin dia gak cerita sama loe'' jawab iqbaale.
''gak mungkin, dia itu cuman pernah dapet surat surat dari loe, tp isinya itu bilang kalo loe bakal nyebarin berita kalo ve lestby'' ucap dimas.

Iqbaale terdiam.
''tapi aku gak pernah kasih surat kayak gitu ke kak ve'' ucap iqbaale yang mendudukan dirinya di tempat tidur.
''jadi, bukan kamu yang ngasih surat itu'' tanya dimas.

Iqbaale hanya mengagukAn kepalanya.
''loe ngasih surat cinta itu ke langsung atau lewat perantara?'' tanya dimas lagi

Entah apa yang dicari dimas, dia hanya ingin mnyelediki tentang kebenaran tentang siapa yang menyebarkan fitnah tentang vena.
''ryan'' jawab iqbaale singkat.

Sejanak dimas terdiam dan iqbaale masih terduduk di ranjang kamarnya.

Suara detak jam menghiasi sunyinya malam itu dikamar iqbaale.
''ryan lagi, jangan-jangan ini semua kelakuan ryan'' bisik dimas dalam hati.

Rasa sakit itu tiba-tiba datang lagi dikepala iqbaale. Iqbaale tak kuasa menahan sakitnya itu. Tapi dia mencoba menyembunyikannya dari dimas.
''kenapa loe?'' tanya dimas.
''gak papa'' jawab iqbaale singkat.

Raut mukanya kini semakin berubah, dan dimas makin curiga dengan keadaan iqbaale.
''bale, kayaknya gue tau deh siapa yang tega nyebarin gosip kalo ve itu lestby'' ucap dimas mengalihkan pembicaraan.
''siapa kak?'' tanya iqbaale dengan wajah yang meringis karena menahan sakit kepalanya.
''ryan'' jawab dimas singkat.

Iqbaale beranjak dari tempat tidurnya dan berjalan menuju balkon, ia kini memegang kepalanya dengan tangan kirinya.
''gak mungkin,, ryan. Ryan itu sahabat aku, gak mungkin dia ngelakuin itu kak'' ucap iqbaale membela ryan.
''loe kenapa sih, loe sakit?'' tanya dimas mendekati iqbaale dan menepuk pundaknya.

iqbaale terdiam dan lalu masuk kekamarnya lagi.
''gue ganggu loe ya?'' tanya dimas lagi.
''gak kok kak, bener deh, aku malah seneng kakak maen ke rumah. Berarti kakak itu percaya sama aku, kalo bukan aku yang ngefitnah kak ve'' jawab iqbaale.

Suasan hening kembali, dan dimas lagi-lagi menengok foto-foto vena.

Tiba-tiba pintu kamar iqbaale terbuka. Ternyata itu mama iqbaale yang baru saja pulang bekerja.

Iqbaale terkejut dan mencoba melarang mamanya untuk melihat kamarnya yang kini penuh dengan foto vena.
''iqbaale kamu udah minum obat'' tanya mamanya sembari membuka pintu.
''hah'' jawab iqbale kaget dan segera berdiri.

Mamanya kini tercengang melihat foto-foto didinding kamar.
''foto siapa itu'' tanya mamanya.

Iqbaale benar-benar sudah tidak kuat menahan sakit dikepalanya.

Ia merintih, dan mamanya panik setangah mati.
''iqbaale'' sentak mamanya.
''iqbaale kenapa tante?''tanya dimas, yang juga panik.
''aaarrrgghh, sakit ma'' rintih iqbaale.
''kamu dah minum obat?'' tanya mamanya.

Dimas pun membantu iqbaale untuk tidur di ranjangnya.
''belum mah, iqbaale gak kuat, sakit banget'' ucap iqbaale semakin merintih.

Dimas pun panik.
''apa perlu kita panggil dokter tante?'' tannya dimas.
''hari ini dokter specialnya iqbaale lagi keluar negeri, jadi gak bisa dateng kesini'' jawab mama iqbaale.
''dokter special? Maksudnya dokter itu udah sering kesini nanganin iqbaale?'' tanya dimas.

Mama iqbaale hanya menganguk.
Mama iqbaale segera mengambil langkah cepat untuk mengambil obat dilaci. Ia segera meminumkanya kepada iqbaale.

Dan tak lama kemudian ,iqbaale tertidur karena pengaruh obat.

Mama iqbaale pun mengantar dimas keluar rumah, karena dimas berpamitan.
''tante, kalo boleh saya tahu iqbaale itu sakit apa ya?'' tanya dimas.
''iqbaale mengidap penyakit yang langka, dia tiba-tiba bisa sakit dan tiba2 bisa sembuh. penyakitnya selalu berubah-ubah, kadang kepala, kadang mimisan, kadang langsung pingsan'' jawab mama iqbaale.

Tak disangka ternyata mereka sudah tiba didepan gerbang rumah iqbaale.
''ya udah tante, dimas pamit pulang dulu'' ucap dimas yang lalu bersalaman dengan mama iqbaale.
***

Pagi hari yang cerah itu.

Tepat pukul 7.30 rani datang kesekolah. Ia masuk, melewati depan kelas 10, dan ia melihat sosok dimas sedang terduduk di bangku teras depan kelas iqbaale.

Rani pun mendekat kearah dimas.
''hai dim, ngapain loe disini?'' tanya rani.
''nungguin iqbaale'' jawab dimas singkat, dan pandangannya seperti sedang mencari-cari.
''hah! Nungguin iqbaale, sejak kapan loe jadi deket sama iqbaale, bukannya kemarin loe habis gebukin dia ya?'' tanya rani.
''sejak semalem'' jawab dimas.
''jadi, semalem loe pergi kerumah iqbaale'' tanya rani.
''adduh.. Iya ! Kenapa sih loe banyak nanya, dasar nying nying udah sana loe mendingan kekelas aja!'' bentak dimas.
''hah! Enak aja loe bilang gue nying nying'' ucap rani kesal.

Tiba-tiba pandangan dimas tertuju pada lelaki yang akan berjalan mendekat kearah mereka berdiri, dan lelaki itu adalah ryan.
''ryan'' panggil dimas.

Ryan menolehkan wajahnya, dan mengeluarkan senyum khas yang dimilikinya. Ryan pun melangkahkan kakinya mendekat kearah dimas dan rani.
''ada apa kak?'' tanya ryan.
''maksud loe apa bilang ke iqbaale kalo vena lestby, terus loe kemana in surat cinta iqbaale buat vena'' tanya dimas dengan nada serius.
''hah! Kok kakak pagi-pagi udah ngeluncurin pertanyaan gak jelas gitu sih?'' tanya ryan.
''gue tanya serius yan, mendingan loe jawab deh'' bentak dimas.
''kak, gue gak tau apa-apa'' jawab ryan mencari alasan.

Dia kaget kenapa tiba-tiba dimas menanyakan hal tersebut kepadanya. Ryan takut jika dimas mengetahui semua kelakuannya selama ini.
''loe kenapa sih bentak-bentak ryan, kasihan tau dia, yang salahkan iqbaale, bukan dia. Gak inget apa selama ini ryan udah baik sama kita dan team osis lainnya'' ucap rani membela ryan.
''baik? Baik apanya... Dia cuman ngebelaanjain kebutuhan kita selama kemping besok'' ucap dimas.
''tapi kan dia juga udah nambahin uang belanja yang kurang'' sahut rani tak mau kalah.
''hah nambahin dari mana? Orang duitnya tu ilang dibawa sama dia. Terus yang ngebayarin semuanya itu iqbaale'' bentak dimas.

Ryan kaget dengan jawaban dimas. Dan kini ia berfikir, kenapa dimas bisa tahu semuanya.
''kak dimas tau dari mana?'' tanya iqbaale yang tiba-tiba datang.

Iqbaale datang dengan membawa tas samping yang biasa dia pakai. Tubuhnya juga tertutup oleh jaket abu-abu kesayangannya. Wajahnya pagi itu juga terlihat pucat.
''gue denger pembicaraan loe sama ryan pas gue di kamar mandi'' jawab dimas.

Dimas pun mendekat kearah iqbaale. Lalu menepuk pundaknya.
''loe udah sembuh? Maaf ya semalem gue gak pamit sama loe, soalnya loe malah ninggalin gue tidur'' sambung dimas.
''hehe.. Maaf ya kak, ngantuk'' jawab iqbaale.
''hah ngantuk?'' tanya dimas kaget.

Iqbaale tersenyum.
''bukannya loe semalem tidur gara-gara minum.....'' belum sempat dimas melanjutkan bicaraannya tangannya sudah ditarik iqbaale.
''kak, jangan bilang ke yang lain kalo sebenernya aku sakit, cukup kakak aja yang tau. Dan aku mohon soal tadi malem jangan kasih tau ke kak ve, aku gak mau dia marah lagi sama aku'' bisik iqbaale kepada dimas.
''kalian ngomongin apaan sih? Eh dim, loe dicari tuh sama vena. Barusan dia ngeBM gue, katanya loe suruh kekelas dia sekarang'' ucap rani.

Dimas menoleh kearah rani.
''kak aku boleh minta tolong gak?'' bisik iqbaale.
''apa?'' jawab dimas.
''aku nitip surat ini buat kak ve'' ucap iqbaale sembari memberikan selembar kertas yang kemarin terlipat rapi di meja belajarnya.

Iqbaale sengaja menitipkan surat itu kepada dimas. Surat itu adalah surat yang beberapa hari yang lalu ia tulis, dan dikertas itu masih membekas tetesan darah yang keluar dari hidung iqbaale.

Entah apa yang membuat dimas baik kepada iqbaale. Dimas sengaja menyembunyikan hubungannya dengan vena kepada iqbaale. Dia tidak ingin iqbaale sakit hati, jika mengetahui bahwa sebenarnya, dimas dan vena sudah berpacaran.

Dimas pun membalikan badannya dan segera menuju kekelas vena.

Dikelas vena.
''hay ve'' sapa dimas.
''tumben jam segini baru berangkat?'' tanya vena.

Dimas tidak menjawabnya, ia memilih diam dan hanya tersenyum.
''pacar loe tuh udah berangkat dari tadi!! Cumaaaaan... Dia itu nongkrong dulu didepan kelasnya si cowok aneh itu'' jawab rani mewakili dimas.
''siapa?'' tanya vena dengan raut muka yang penuh dengan tanda tanya.
''iqbaale'' jawab rani singkat.

Dimas melongo mendengar jawaban rani, ternyata sahabatnya yang satu itu benar-benar melarang dimas untuk berteman dengan iqbaale.
''owh'' jawab vena singkat dan memalingkan wajahnya yang semula memandang dimas.
''tau gak ve, ternyata semalem dimas itu maen kerumah iqbaale'' sambung rani.

Vena kaget mendengarnya.
''loh terserah gue dong mau maen sama siapa'' jawab dimas.
''termasuk maen sama cowok yang udah ngefitnah cewek loe sendiri?'' tanya rani tegas.
''eh, loe gak bisa ngatur ya gue mau temenan sama siapa aja, lagian gue kerumah iqbaale itu buat ngebuktiin kekalian kalo bukan iqbaale pelaku pemfitnahan ini'' bentak dimas.

Vena dan rani hanya terdiam mendengar jawaban dari dimas. Vena tidak menyangka jika dimas mempunyai keyakinan yang sebesar itu.
''apa sih yang ngebuat loe yakin banget kalo iqbaale bukan pelakunya?'' tanya vena, dengan nada bicara yang lemah lembut, seakan dia tak mampu lagi meredam kekeras kepalaan dimas.
''aku yakin kalo iqbaale bukan pelakunya, karena... Iqbaale ituu......'' ucap dimas tidak melanjutkan bicaranya.
''iqbaale kenapa?'' tanya vena yang menatap tajam kedua mata dimas.
''iqbaale itu suka sama kamu, jadi dia gak mungkin ngefitnah kamu, cinta dia kekamu itu besar banget'' jawab dimas.

Vena melongo mendengar pernyataan dimas.
''gak mungkin, loe bohong kan?'' tanya rani tidak percaya.
''gue gak bohong, nih kalo kalian gak percaya'' ucap dimas sembari memberikan surat dari iqbaale kepada vena.
''apa nih?'' tanya vena.
''surat dari iqbaale, mendingan kamu buka surat ini dirumah aja deh, soalnya kan lebih enak gak ada nying nying satu ini'' ucap dimas memberi saran sembari menunjukan tangannya kearah rani.
''loe kan pacar gue, kenapa loe jadi perantara cintanya iqbaale? Emangnya kamu gak cemburu?'' tanya vena lembut.
''atau ini cuman permainan loe doang? Supaya ve bisa maafin iqbaale?'' bisik rani di telinga dimas.
''kalian mau tahu kenapa gue ngelakuin ini'' tanya dimas.
''karena gue itu mau ngebahagian iqbaale dimasa terakhir hidupnya, asal kalian tahu aja, umur iqbaale gak akan lama lagi'' lanjut dimas dengan nada yang serius.

Rani dan vena juga nampak serius mendengarkan pernyataan dimas.
''maksdunya?'' tanya vena penasaran.
''ntar juga kalian tahu sendiri, udah dulu ya, gue mau kekelas dulu, bentar lagi bel soalnya?'' ucap dimas yang lalu beranjak dari tempat duduknya.

Rani dan vena pun penasaran dengan ucapan yang diucapkan dimas.
***

Malam hari dirumah vena.

Setelah semua barang-barang untuk kemping besok pagi sudah masuk semua kedalam tas ransel, vena segera membuka tas sekolahnya dan mengambil kertas yang berisi surat dari iqbaale.

Dibacanya dengan teliti kata-perkata yang terkandung dalam surat tersebut.
''mungkin memang kamu tak pernah aku miliki. Tapi, aku sangat mengagumi apa yang kamu milik, senyummu, sinar matamu selalu menghiasi hari-hariku. Kamu selalu memancarkan pesona cinta dihatiku. Walau kita saling tersakiti, tapi aku yakin kamu adalah cinta sejatiku, dan aku akan selalu mencintamu hingga ujung hidupku yang mungkin tak akan lama lagi''

Vena heran dan masih bingung dengan kata terakhir di surat tersebut.
''umur iqbaale gak lama lagi?'' bisik vena dalam hati.
''haaaah'' vena terkaget setelah melihat warna merah yang ada dikertas itu. Tangan vena lemas dan kertas itu terjatuh.
''darah'' ucap vena singkat. Wajah nya masih melongo. Dengan segera ia kembali mengambil kertas itu dan menyimpannya.

sedangkan di kamar iqbaale. Ryan sedang berkunjung di rumah iqbaale.
''gimana besok udah siap?'' tanya ryan.
''siap dong! Semua barang udah beres, tinggal berangkat aja'' jawab iqbaale dengan nada semangat.

Iqbaale menghidupkan LCD layar lebar dikamarnya.
''ngegames yuk, gue punya permainan baru nih'' ajak iqbaale.
''boleh'' jawab ryan dengan nada menantang.

Iqbaale pun menyalakan gamesnya.

Dan dengan asiik mereka memainkan games itu. Tak lama kemudian pembantu rumah iqbaale masuk dan membawa dua gelas jus jeruk serta setoples cemilan kesukaan iqbaale.
''makasih ya bi'' ucap iqbaale.

Bibinya itu hanya tersenyum dan kemudian keluar dari kamar iqbaale.

Mereka pun asik memainkan games terbaru yang dimiliki iqbaale.
''yeeesss... Gue menang'' teriak ryan.
''aaahh sial, liat aja, lain kali gua bakal ngalahin loe maen games ini'' ucap iqbaale membanting stick gamesnya.
''sabar sob, gue tunggu tantangan loe selanjutnya'' ucap ryan menepuk pundak iqbaale.

Iqbaale pun beranjak dari tempat ia duduk dan mambaringkan badannya di ranjang. Tangannya di bantangkan lebar,kakinya hanya sebatas lutu yang dia taruh di atas ranjang dan kini ia memandangi langit-langit kamarnya.
''yan'' panggil iqbaale.
''hem'' jawab ryan singkat.

Sejenak suasan hening. Duduk bersila ryan asik menikmati cemilan yang tadi dibawakan pembantu iqbaale.
''yan'' panggil iqbaale lagi.
''ada apa sih bale, dari tadi manggil gue'' jawab ryan sembari memencet handpondnya, seperti sedang membalas sms dari seseorang.
''gue punya utang gak sama loe?'' tanya iqbaale dengan nada serius.
''utang apa?'' tanya ryan menghentikan segala aktifitasnya, kini ia melongo memandang iqbaale yang masih berbaring di ranjangnya.

Iqbaale memejamkan matanya. Dan berkata, ''ya utang, utang uang gitu, atau utang janji''
''elo aneh banget sih bale, tiba-tiba tanya gitu! Loe tu gak punya utang apa-apa sama gue'' jawab ryan dengan nada tertawa.
''owh'' jawab iqbaale singkat.
''btw, habis kemping besok kan kita liburan panjang tu, gimana kalo kita pergi kejogja aja'' ajak ryan. Tetapi iqbaale tidak menjawab.
''ayolah, gue penasaran sama suguhan dikota itu'' ucap ryan dengan nada sedikit memaksa.
''liburan kali ini, gue udah acara sendiri yan, gue mau pergi'' ucap iqbaale dengan mata tak berkkedip dan masih memandang langit-langit dikamarnya.
''pergi kemana loe, bukannya kita kalo liburan selalu pergi bareng ya?'' tanya ryan.
''kali ini gue mau pergi sendiri, jauh! Pokoknya gue mau sendiri'' ucap iqbaale dengan nada datar, seolah iqbaale akan pergi ketempat jauh dan tidak akan kembali lagi.

Ryan bingung, dan mendekat ke arah iqbaale. Ryan terduduk di ranjang iqbaale tepatnya di samping iqbaale membaringkan badannya.
''loe mau nenangi diri loe, karena masalah vena ya? Udahlah loe lupain vena aja, mungkin dia bukan cewek yang cocok buat loe'' nasehat ryan.
''bukan! Emang liburan besok itu jatahnya gue harus pergi'' ucap iqbaale.

Ryan tersentak dan bulu kuduknya kini mulai berdiri semua. Ryan kaget mendengar perkataan iqbaale yang super aneh malam itu.
''loe ngomong apaan sih bale? Aneh-aneh aja! eh gue kekamar mandi dulu ya'' ucap ryan yang langsung masuk kamar mandi.

Iqbaale pun terdiam dan masih memandang langit-langit kamarnya.
''kring,,,, kringg,, kringg'' bunyi handphone ryan yang tertinggal di atas karpet kamar iqbaale.

Iqbaale menghela nafas dan bangun dari tidurnya.
''handphonenya ryan kenapa bunyi terus'' ucap iqbaale yang lalu membuka handphone itu.

Iqbaale kaget melihat sms-sms yang ada di handphone ryan.
''vena sweety?'' ucap iqbaale dalam hati.
''apanih maksdunya'' lanjutnya.

Iqbaale terdiam dan berfikir, apa benar ryan juga suka sama kak ve, dan apa benar yang di ucapin sama kak dimas.

Iqbaale terdiam dan mulai curiga dengan ryan. Tapi dia masih belum percaya jika belum ada bukti yang benar-benar akurat.

Taklama kemudian, Ryan keluar dari kamar mandi dan segera merebut handpone nya yang berada digenggaman iqbaale.
''buka apaan loe?'' tanya ryan berontak.

Iqbaale terdiam, dan bingung apa yang terjadi saat itu.
''loe buka pesan masuk di hanphone gue ya?'' tanya ryan.
''hah'' ucap iqbaale kaget.
''ini sms dari kak vena, tenang, dia cuman minta bantuan dari aku kok buat acara kemping besok'' alasan yang keluar dari mulut ryan.
''ha.. I..iyaa.iyaa'' jawab iqbaale dengan nada gugup.
''ya udah gue balik dulu ya, sampe ketemu besok disekolah'' ucap ryan berpamitan.

Ryan segera pergi meninggalkan rumah iqbaale.
***

Langit yang gelap kini telah berubah menjadi langit biru yang cerah. Ryan menutup tasnya dan memastikan jika tidak ada barang yang tertinggal. Setelah itu ia segera menuju kesekolah, karena pukul 8pagi rombongan kemping sekolahnya akan segera berangkat ketempat kemping.

Disekolah, iqbaale sudah lebih dahulu datang daripada ryan. Iqbaale memutuskan untuk bergabung dengan teman lain dilapangan.

Melihat keberadaan iqbaale dilapangan, dimas segera mendekat kearah iqbaale.
''gimana? Kamu yakin mau ikut kemping? Kalo ntar ditempat kemping kamu sakit gimana?'' tanya dimas.
''tenang kak, aku baik-baik aja. Aku udah bawa obat kok, dan aku janji gak bakalan telat minum obatnya'' jelas iqbaale.
''ya udah, gue gabung sama osis yang laen dulu ya'' ucap dimas dan pergi meninggalkan iqbaale.

Setelah dimas pergi, iqbaale mengambil handpone di saku celananya. Dia segera menghubungi ryan dan menyuruh ryan untuk segera datang, karena rombongan akan segera berangkat.

Disisi lain, dimas bergabung dengan rani dan vena yang sedang terduduk di bangku taman. Dimas nampak aneh melihat vena yang seperti sedang memikirkan sesuatu.
''ven'' panggildimas.
''hem'' jawab vena dengan wajah yang masih melamun.
''ven, kamu kenapa sih? Lagi mikirin sesuatu ya?'' tanya dimas.

Vena memandang dimas dan menarik tangannya. Ia mengajak dimas ketempat yang sepi.
''dim, maksud iqbaale ngasih surat ini tuh apa sih?'' tanya vena sembari menyodorkan surat dari iqbaale.

Dimas pun membuka surat itu, dan membacanya.
''umur iqbaale gak akan bertahan lama'' ucap dimas singkat.
''maksud kamu apa sih dim?'' tanya vena dengan nada cemas dan panik.

Dimas tidak menjawab pertanyaan. Dimas beranjak pergi.
''kamu mau kemana?'' tanya vena.
''mau nyari ryan'' jawab dimas singkat.

Di dalam kerumunan murid kelas 10, dimas mencari keberadaan ryan. Tetapi dimas tidak menemukan sosok itu. Tiba-tiba pandangan dimas tertuju pada gerbang sekolah, dan ia melihat ryan baru saja masuk gerbang dengan menenteng tas ranselnya. Dimas pun berlari mendekati ryan.
''ryan'' panggil dimas.
''ada apa kak?'' tanya ryan bingung.
''gue perlu ngomong sama loe, bentar aja'' pinta dimas.

Ryan kaget dengan pernyataan dimas. Dia mengira bahwa dimas akan memarahinya. Ryan takut jika dimas sudah mengetahui semua permainannya.
''duh, kak gak bisa, bisnya udah mau berangkat kata iqbaale'' ucap ryan menghindar dari dimas.
''udah bentar aja kok, bis gak akan berangkat tanpa gue'' ucap dimas menarik tangan ryan dan membawanya ketempat sepi.
''ada apa sih?'' tanya ryan.
''gue cuman mau tanya ke loe, akhir-akhir ini sikap iqbaale suka aneh gak sama loe?'' tanya dimas.

Ryan terdiam dan seperti memikirkan sesuatu.
''enggak'' jawabnya singkat.
''gue serius nih yan, coba deh loe inget-inget lagi'' pinta dimas.

Ryan pun mengingat kejadian semalam yang sedikit aneh difikirannya.
''gak ada kok, selama ini sikap iqbaale gak berubah apa-apa'' jawab ryan singkat, ia menyembunyikan pertanyaan iqbaale.
***

Didalam bis, semua murid sudah duduk pada tempatnya masing-masing. Dimas dan ryan yang masuk terlambat pun mendapat sorakan dari semua murid yang sudah menunggu didalam bis, namun iqbaale masih terdiam dalam lamunannya.

Melihat tempat duduk samping iqbaale kosong, ryan segera mendekatinya.
''woyy, ngalamun aja loe?'' bentak ryan.

Iqbaale kaget dan menghentikan lamunannya.
''elo, baru dateng ya?'' tanya iqbaale.
''iya nih, tadi ada perlu sebentar sama kak dimas'' jawab ryan.

Perjalan mereka menuju ke tempat kemping lumayan jauh, sekitar 4 jam perjalanan yang harus mereka tempuh.

Baru satu jam perjalanan ryan sudah tertidur pulas di samping iqbaale, padahal suasana bis pagi itu lumayan ramai dengan sorak sorai para murid yang melantunkan beberapa lagu.

Iqbaale membuka tasnya dan mengambil buku kecil yang bertuliskan tulisan arab. Iqbaale membacanya dalam hati. Buku kecil itu ternyata al-quran.

Sejenak ryan terbangun dan membuka sedikit matanya. Ryan terkaget dengan apa yang di baca iqbaale.

Matanya terbelalak lebar. Ryan semakin curiga dengan yang terjadi. Sikap iqbaale begitu aneh akhir-akhir ini.

Ryan memejamkan matanya lagi. Dia membuat seolah-olah tidak tahu apa yang sedang dilakukan iqbaale.
***

4jam sudah perjalanan yang mereka tempuh. Semua murid turun dari bisnya.

Ryan dan iqbaale berjalan bersama menuju tenda yang sudah disediakan. Sejenak pandangan iqbaale tertuju pada gadis manis itu yang bernama vena. Iqbaale tersenyum manis melihat vena, dan vena membalasnya.

Setelah vena berberes semua barang-barangnya. Ia duduk di salah satu dahan besar bekas pohon tumbang. Vena nampak sedang memikirkan sesuatu.
''lagi mikirin iqbaale ya?'' tanya dimas yang tiba-tiba datang.
''aku dah ngira dari awal kalo iqbaale punya perasaan sama aku, tapi aku masih gak percaya kalo iqbaale ngelakuin ini semua'' ucap vena.
''jadi kamu tetep berfikiran kalo iqbaale ngelakuin ini? Inisemua itu belum ada buktinya ven'' ucap dimas meyakinnya vena.
''belum ada bukti gimana, jelas-jelas pas di cafe itu , cuman ada iqbaale yang dari sekolah kita'' jawab vena.
''oke, kalo kamu masih gak percaya, aku bakal nyari bukti kalo bukan iqbaale pelaku ini semua'' ucap dimas, dengan nada tegas.

Ditempat lain. Iqbaale sedang berada didalam tenda bersama ryan.

Iqbaale seperti sedang mencari sesuatu.

''cari apaan loe??'' tanya ryan.
''obat gue'' ucap iqbaale keceplosan.
''obat apa? Loe sakit?''tanya ryan cemas.
''eh, enggak, cuman vitamin kok'' jawab iqbaale berbohong.

Iqbaale sangat panik mencari obatnya yang tertinggal di rumah. Ia tidak tau mengapa obat itu bisa terlupakan.

Iqbaale pun keluar dari tenda dan menuju ketempat yang sunyi.

Langkah kaki iqbaale diikuti oleh ryan. Iqbaale menuju ke bagian hutan yang sedikit dalamdan sepi.

Iqbaale terduduk, diikuti oleh ryan yang duduk disamping iqbaale.
''bale, loe kenapa sih, akhir-akhir ini berubah?'' tanya ryan.
''berubah gimana maksudnya?'' tanya iqbaale tanpa menoleh ke arah ryan disampingnya.
''ya loe aneeh aja'' ucap ryan.

Iqbaale terdiam. Ia memandang langit yang cerah siang itu.
''loe kenapa diem? Lagi ada masalah ya?'' tanya ryan.
''enggak. Gue berubah karena gue takut'' jawab iqbaale.
''takut kenapa?'' tanya ryan.

Iqbaale terdiam. Dia tidak mau menjawab pertanyaan ryan. Ia terbangun dari duduknya dan kembali ke arena perkemahan.
''eh, bale, jangan tinggalin gue dong'' panggil ryan dan lagi-lagi mengikuti langkah kaki iqbaale.

Sesampainya di arena perkemahan, iqbaale mencari keberadaan dimas, ia pun menuju ke pos utama, tempat anak-anak panitia berkumpul.
''kak dimas, aku boleh pinjem pengeras suara gak?'' ucap iqbaale yang baru datang dengan menepuk pundak dimas.

Dimas terkejut dan menjawab.
''buat apa?''
''ntar juga kakak tau''

Dimas pun segera mengambilkan pengeras suara untuk iqbaale.
''nih'' ucapnya sembari menyerahkan pengeras suara itu.

Iqbaale pun segera menuju kelapangan utama, dan mengumpulkan seluruh murid dilapangan itu.
''maaf teman-teman jika saya mengganggung istirahat kalian, tapi dalam kesempatan kali ini, saya akan menyampaikan sesuatu'' ucap iqbaale dengan menggunakan pengeras suara itu.

Vena dan rani punpenasaran dengan yang akan disampaikan iqbaale. Mereka segera berdiri di depan mimbar tempat iqbaale berbicara.
''pertama aku mau minta maaf sama kalian semua,maaf jika selama ini, aku punya salah sama kalian, yang kedua aku mau minta maaf sama kak vena. Maaf kalo selama ini aku udah ngeresahin hidup kak vena. Tapi disini aku mau minta maaf, jika memang benar kak vena mengira aku yang menyebarkan gosip itu. Tapi bener aku gak tau apa-apa. Terserah kak vena mau ngelakuin apa? Yang penting aku gak mau, ada seseorang yang nyimpen benci sama aku. Aku gak mau punya musuh. Tujuan hidupku itu cuman satu, yaitu bersabahat dengan semua orang. Temen-temen, kalo kalian denger gosip tentang kak vena yang lestby itu jangan didengerin. Itu cuman gosip, dan itu semua gak bener.mungkin cukup segini aja yang mau aku sampein. Makasih''

Perkataan iqbaale tersebut membuat semuanya terhanyut. Vena bingung kenapa iqbaale melakukan hal ini.

Iqbaale turun dari mimbar, Iqbaale melontarkan senyum lebar. dan dimas segera menghampirinya.
''kok loe minta maaf sih sama vena, kamu kan gak salah apa-apa sama dia'' ucap dimas.
''udahlah kak, ka ve kan ngiranya kalo aku yang nyebarin gosip itu. Jadi aku harus minta maaf. Dan aku terima kok, kalo misalnya kak vena tetep gak mau maafin aku'' ucap iqbaale yang lalu menyerahkan pengeras suara itu kepada.
''loe tu emang bener-bener orang yang baik'' ucap dimas sembari menepuk pundak iqbaale.

Iqbaale pun tersenyum.

Disiisi lain.

Vena dan rani sedang membicarakan iqbaale.
''tu orang cari sensasi aja sukanya'' ucap rani.
''ran, kenapa ya, dimas selalu ngeyakinin ke aku kalo iqbaale bukan orang yang nyebarin gosip itu?'' tanya vena.
''gue saranin ke loe, supaya loe yakin sama kata hati loe sendiri. Loe pasti bisa kok bedain mana yang salah dan mana yang bener'' naseha rani.
***

Jam demi jam berlalu.

Kini langit menjadi hitam dan penuh dengan bintang. Malam itu sungguh cerah. Murid murid bernyanyi riang didepan api unggun yang menghangatkan mereka malam itu.

Iqbaale duduk disamping ryan yang sedang memainkan gitar. Mereka memilih menyendiri di depan tenda mereka. Begitu juga dengan vena dan dimas yang memilih menikmati malam itu berdua di dahan pohon tumbang dekat tenda utama. Duduk berdua menikmati bintang-bintang malam itu.

''jreeeng,,,'' suara gitar yang di mainkan ryan.
''hei, kamu, hatiku dag dig dug saat aku melihatmu... Terjatuh di hadapanku, membuat aku buru-buru mendekatimu'' alunan lagu itu muncul dari mulut iqbaale.
''ganti deh lagunya, itu kan lagunya anak-anak kecil itu'' ucap ryan.
''ya udah, lagu apa nih sekarang'' ucap iqbaale sembari bermain dengan dahan pohon kecil, yang ada dihadapannya.
''eh, bentar-bentar. Gue kebelet nih. Gue pipis dulu ya'' izin ryan kepada iqbaale.
''iya, cepet ya''

Iqbaale pun terduduk sendiri.

Tiba-tiba matanya tertuju pada camera canon milik ryan yang tertinggal didalam tenda. Iqbaale pun mengambilnya dan melihat-liat beberapa foto yang menjadi objek sahabatnya itu.

''ternyata, ryan bener-bener punya bakat jadi fotografer'' ucap iqbaale dalam hati.

Beberap foto dipandangi oleh iqbaale. Iqbaale tersenyum melihat foto-foto itu. Tapi pada galery foto yang ke 25, tiba-tiba ekspresi iqbaale berubah.

Iqbaale terdiam. Wajahnya berubah menjadi pucat. Jantungnya seperti berhenti berdetak. Tangannya kaku memegang camera ryan. Rasanya iqbaale tidak kuat mengangkat camera itu.

Tak lama kemudian ryan datang dan segera merebutnya cameranya dari iqbaale.
''loe kenapa sih buka-buka camera orang'' bentak ryan.

Iqbaale terdiam. Memandang ryan dengan mata yang dalam.
''Gue gak nyangka kalo loe setega itu sama gue'' ucap iqbaale.
''kenapa? Loe habis liat foto kak ve sama rani pas di cafe?'' tanya ryan dengan nada licik.
''loe tega banget sih ngelakuin itu kegue, salah gue ke loe tu apa?'' tanya iqbaale dengan nada sedikit tinggi.
''loe gak punya sala apa-apa sama gue bale. Loe tu terlalu baik sama gue. TAPI GUE SAYANG SAMA KAK VENA, JAUH SEBELUM MENGENAL KAK VENA'' ucap ryan.
''tapi gak harus gini kan caranya, kalo loe ngomong sama gue, pasti gue bakal ngiklasin kak ve buat loe'' ucap iqbaale.

Ryan terdiam.
''ternyata bener ya, kata kak dimas. Harusnya gue lebih percaya kak dimas dari pada sama loe'' ucap iqbaale membentak.
''GUE GAK BUTUH KEPERCAYAAN DARI LOE'' ucap ryan.
''selama ini gue salah ngangep loe sahabat. LOE TU CUMAN COWOK YANG MUNAFIK DAN HATI LOE TU BUSUK. GUE BENCI SAMA LOE'' ucap iqbaale yang langsung meninggalkan ryan.

Ryan berdiri kaku di depan tenda.

Dia sedikit menyesali perbuatannya selama ini.

Iqbaale pergi dari ryan dan menuju ke pos utama untuk mencari dimas. Tapi iqbaale tidak menemukan dimas.

Keluar dari pos utama, iqbaale menoleh ke arah kananya.

Ia melihat, vena dan dimas sedang duduk berdua dengan mesranya. Tangan dimas di rangkulkan di leher vena.

Iqbaale berjalan pelan mendekat kearah mereka. Iqbaale datang dari arah belakang, sehingga mereka tidak tau, jika iqbaale mengintainya.

Iqbaale semakin dekat dan dekat. Suara dimas dan vena pun tidak terdengar samar lagi. Kini iqbaale dapat mendengar dengan jelas apa yang mereka bicarakan.
''aku tau, kamu ngelakuin ini buat kebaikan aku. Dan aku tau, kamu cuman pengen ngebahagiain iqbaale. aku sayang sama kamu, aku janji aku akan selalu percaya sama kamu'' ucap vena dengan manja.
''gitu dong. Itu baru pacarnya dimas'' ucap dimas membelai mesra rambut vena yang indah itu.
''ternyata semua orang sama aja, semuanya munafik. gak ada yang mau jujur sama gue, percuma gue hidup didunia ini'' ucap iqbaale dalam hati.

Iqbaale pun membalikan badannya karena sudah tidak kuat melihat mereka bermesra-mesraan.

Tapi sayang iqbaale tersandung dahan pohon. Ia terjatuh dan dimas menengok ke arah iqbaale.
''iqbaale! sejak kapan kamu ada disni?'' tanya dimas panik.

Iqbaale segera bangun dari jatuhnya.
''kalian gak perlu tahu sejak kapan gue disini. Yang jelas gue udah tau semuanya. Semuanya tu munafik. Kenapa kakak gak jujur sama aku kalo kakak itu pacarnya kak vena. Dan kenapa kakak malah bantuin aku buat deket sama kak ve'' ucap iqbaale.
''gue...gu.. Gu.. Gue cuman pengen loe bahagia'' jawab dimas.
''jadi itu cara kakak buat ngebahagiain aku. Satu hal yang kakak perlu tau. Aku bakal tenang dan bahagia. Kalo kak vena itu udah maafin aku. itu udah cukup kak buat aku'' ucap iqbaale yang segera berlari pergi.

Dimas dan vena berpandangan dan mereka segera mengejar iqbaale.

Tapi mereka berpapasan dengan ryan yang juga mencari iqbaale.
''kenapa kak dimas lari-lari. Pasti lagi ngejar iqbaale ya?'' tanya ryan.
''iya, loe tau gak iqbaale ada dimana?'' tanya vena.
''gak tau kak, ini aku juga lagi nyari dia'' ucap ryan cemas.

Mereka pun segera mencari keberadaan iqbaale, tapi mereka di halang oleh panitia kemping lainnya.
''eeeehh.. Stop stop...'' ucap panita yang diketahui bernama nino itu.
''ada apa sih no'' bentak dimas.
''loe ryan kak temennya iqbaale?'' tanya nino.
''iya, kenapa kak?'' jawab ryan bersemangat.
''nih, tadi kakaknya kesini, terus nitip ini buat dia'' ucap nino sembari menyerahkan sebotol obat milik iqbaale yang tertinggal dirumah.
''apaan nih?'' tanya ryan setelah menerima obat itu.
''gak tau'' ucap nino yang langsung pergi.

Dimas segera merebut obat itu dari tangan ryan.
''ini kan obatnya iqbaale. Berarti obat ini ketinggalan dong'' ucap dimas.
''woy, ngapain kalian disini?'' tanya rani yang tiba-tiba datang.
''iqbaale ilang'' jawab dimas panik.
''duh, kalian peduli banget sih sama iqbaale'' ucap rani dengan nada angkuh.
''rani, gue mohon sama loe, buat sedikit peduli sama iqbaale. Dia itu sakit parah. Dan dari tadi pagi dia gak minum obat ini. Sekarang dia ilang ran'' ucap dimas.
''ven, gak usah peduli dong sama dia, dia itukan udah nyebarin gosip yang enggak enggak tentang kita. Ngapain juga sih loe masih peduli sama dia'' ucap rani mempengaruhi.

Ryan terkaget dengan ucapan rani. Ingin rasanya ia jujur bahwa bukan iqbaale yang menyebarkan gosip itu. Tapi ryan tidak berani berkata jujur. Ryan pun menundukan kepalanya.
''bukan iqbaale yang nyebarin gosip itu'' bentak dimas.

Rani terdiam dan pandangan dimas tertuju pada ryan.
''yan, kayaknya ada yang mau loe ucapin. Jujur deh kamu mau ngomong apa?'' tannya dimas.
''em.. Enggak kok kak, aku gak mau ngomong apa-apa'' ucap ryan takut.
''ya udah, kita cari iqbaale sekarang'' ajak vena. Mereka pun melanjutkan langkah mereka.

Ryan berjalan pada bagian paling belakang. Beberapa langkah sudah mereka lalui. Hutan semakin gelap, cahaya bulan hanya remang-remang terlihat. Ryan menghentikan langkahnya, dan berkata.
''kak, sebenernya yang nyebarin gosip kalo kak vena itu letsby sebenernya bukan iqbaale''

Dimas menolah badannya.

Begitu juga dengan rani dan vena. Mereka terkejut dengan apa yang diucapkan ryan.
''bukan iqbaale ? Terus siapa?'' tanya vena lembut.
''yang ngelakuin itu semua aku'' ucap ryan memberanikan diri untuk jujur.
''jadi, bukan iqbaale yang nyebarin gosip itu'' ucap vena kaget.
''iya kak, dan yang sering nempel berita tentang kak vena yang lestby itu semua aku yang ngelakuin'' ucap ryan.

Dimas emosi, ia meluncurkan tonjokan di pipi kiri ryan.
''tega ya loe, ngefitnah sahabat loe sendiri'' bentak dimas.
''tapi kak, aku ngelakuin ini karena aku sayang sama kak vena'' ucap ryan yang terkapar jatuh di tanah.
''gak sepantesnya loe saingan sama iqbaale dengan cara yang kayak gitu. Dan satu hal yang perlu loe tau. PERCUMA LOE NGELAKUIN INI, TOH VENA GAK AKAN MUNGKIN JADI MILIK LOE. VENA TU PACAR GUE'' ucap dimas.

Ryan kaget mendengar pernyataan dimas. Ryan memandangan vena. Ia tidak menyangka jika semuanya akan terjadi seperti ini.
''udah gak penting kalian berantem, sekarang kita cari iqbaale lagi'' ucap vena menghentikan pertengkaran.

Mereka melanjutkan langkah mereka lagi. Tetapi ada hambatan yang mereka alami lagi. Tiba-tiba rani berteriak histeris karena seperti tersandung sesuatu.
''aaaaaaaaa'' teriak rani terjatuh di tanah.
''kenapa?'' tanya dimas.
''iii...iitu..iittuu apa'' ucap rani menutup matanya.

Dimas pun mendekat kearah yang dimaksud oleh rani. Ternyata itu iqbaale yang terkapar pingsan ditanah.
''iqbaale'' ucap dimas panik.

Mereka menemukan iqbaale tergelatak di tanah, wajahnya begitu pucat. Mereka pun membawa iqbaale menuju kerumah sakit terdekat.
***

Dirumah sakit.

Keadaan iqbaale sangat kritis. Dengan terpaksa iqbaale di masukan ke unit gawat darurat.

Dimas, vena, rani dan ryan sangat panik. Apalagi dengan ryan. Baru sekali ini dia mengetahui jika iqbaale punya penyakit yang sangat parah.

Ryan semakin menyesali apa yang telah ia perbuat. Bahkan jika terjadi apa-apa dengan iqbaale, ia berjanji tidak akan memaafkan dirinya sendiri.
***

Malam berganti pagi.

Dimas, vena, dan rani tertidur di kursi tunggu rumah sakit. Sedangkan ryan, sedari tadi malam, belum menghentikan tangisannya.

Tepat pukul 7 pagi, keluarga iqbaale datang.

Karena letak rumah sakit yang jauh, mereka memutuskan memindahkan iqbaale ke rumah sakit terdekat dari kekediaman iqbaale.

Mama iqbaale dan frans pun sangat terpukul melihat keadaan iqbaale.

Ryan memberanikan diri untuk bertanya sesuatu kepada mama iqbaale.
''tante, kenapa iqbaale gak pernah bilang ke aku, kalo dia punya penyakit parah?'' tanyannya.
''iqbaale gak mau bikin orang disekitarnya sedih. Iqbaale sangat menyayangi orang-orang disekitarnya. Terutama kamu yan. Kamu udah dianggap sahabat terbaik sama dia'' ucap mama iqbaale.

Ryan merasa syok mendengar jawaban dari mama iqbaale. Betapa ia merasa bodoh karena sudah menyia-nyiakan sahabat sebaik iqbaale.

Penyesalan yang dialami ryan semakin bertambah. Sesekali ia melihat keadaan iqbaale yang masih belum terbangun dari koma nya. Ryan tidak kuat melihat keadaan iqbaale.

Akhirnya ia memutuskan untuk pulang.

Didalam kamar. Ryan hanya dapat menangis dan memikirkan beberapa kenangannya bersama iqbaale.
''bale, loe terlalu baik buat gue, gue gak pantes jadi sahabat loe. Bodoh gue udah ngelakuin ini. Bodoh gue udah ngorbanin persahabatan demi cinta. Harusnya gue berfikir dua kali buat ngelakuin hal sebodoh ini'' ucap ryan dalam hati.

Air mata masih terus mengucur dari mata ryan.
''aaaaaaahhhhhhhhhhh'' teriak ryan.

Ryan sangat menyesali dengan apa yang telah dia perbuat.
''kriing... Kring'' tak lama kemudian handphone ryan berbunyi.
''hallo.. Ada apa kak'' jawab ryan. Ternyata itu telepon dari dimas.

Ryan terdiam mendengar pernyataan dimas. Darahnya seolah berhenti mengalir.

Mulutnya tak bergerak. Dan tiba-tiba handphone ryan terjatuh dari genggaman ryan.

Ryan terkejut setelah dimas meneleponnya dan mengabar jika iqbaale sudah tidak berhasil diselamatkan.

Ryan segera menuju kerumah sakit.

Dirumah sakit.

Dimas, rani, vena tidak bisa menahan air matanya yang keluar.

Ryan baru saja datang dan memeluk tubuh sahabatnya yang sudah tertutup oleh kain putih dari rumah sakit.

Ryan menangis dihadapan iqbaale yang sudah kaku.
''kenapa loe pergi secepat ini. Loe jahat bale. Jadi, ini maksud loe mau liburan sendiri ke tempat yang jauh. Mana janji loe yang bilang bakal ngalahin gue maen games terbaru loe. Loe belum sempet maafin gue bale. Apa loe gak bakal maafin gue selamanya'' ucap ryan dalam hati.

Air mata ryan menetes tepat di pipi iqbaale sebelah kanan.

Ryan terus menagis di hadapan iqbaale. Dimas pun merangkul ryan dan menocaba menenangkannya.

Begitu juga dengan vena. Dia tidak menyangka jika iqbaale. Adek kelasnya selama ini mengidap penyakit parah.
''loe cepet banget sih perginya. loe kan belum sempet denger mulut gue bilang maafin loe'' ucap vena dalam hati.
''gue yakin, loe bakal dapet tempat terindah disampingnya'' ucap dimas.
Semua kesedihan pun terpecah saat itu.
***

Hari demi hari berlalu. 7 hari setelah kepergian iqbaale. Ryan masih sangat terpukul. Bahkan selama 7hari itu ryan merasa kehilangan salah satu organ tubuhnya.

Pada hari itu juga. Ryan memutuskan untuk berkunjung di makam iqbaale.

Setibanya di tempat itu. Ia bertemu dengan dimas dan vena yang juga sedang di depan makam iqbaale.
''ternyata kalian juga masih disni'' ucap ryan yang mengagetkan dimas dan vena.
''ryan'' ucap dimas.
''kebetulan kalian ada disini, aku sekalian mau nyampein sesuatu sama kalian. Pertama aku mau minta maaf sama kalian, terutama sama kak ve. Yang kedua, aku mau pamitan kekalian, aku mutusin buat pergi dari kota ini. Ngelupain semua yang pernah aku lakuin sama iqbaale'' ucap ryan.
''gue udah maafin loe kok. Toh masalah ini gak pantes kalo harus diperpanjang. Yang mau gue saranin ke loe. Kalo loe suka sama cewek. Mending kamu segera ngukapin langung. Kalau pun kamu punya saingan. Saingan aja secara sportif, kalo gak ya nyari cewek lain, soalnya didunia ini kan cewek masih banyak'' pesan vena kepada ryan.

Ya, ryan memutuskan untuk pindah kesurabaya. Dia akan tinggal bersama kakek dan neneknya disana. Walau pun berat meninggalkan kota yang menjadi saksi sejarah persabahatnnya dengan iqbaale, tapi ryan yakin ini jalan yang baik untuk memulai hidup baru, dengan orang-orang yang baru pula.

Dan ryan bertekad untuk tidak mengulangi kesalahan yang ke dua kalinya.

SELESAI........!!

PROFIL PENULIS
Nama: Dewi Rosita
TTL: Semarang, 25 November 1995
Sekolah: SMAN 2 Ungaran
Twitter: @dewirosita_
Facebook: facebook.com/widewrst

Baca juga Cerpen Persahabatan dan Cerpen Remaja yang lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar