BIARKAN AKU MELANGKAH
Karya Arasy Nurjatmika
“Berangkat ya maaa, Assalamualaikum!”
“Waalaikumsalam, pulang langsung pulang ya jangan kemana-mana!”
“Gitu tuh mama, kaya anaknya masih kelas 5 SD aja!”
Risa berbisik kepada Adam, kekasihnya, ketika Adam menjemput Risa untuk berangkat ke sekolah. Adam hanya membalas dengan senyuman. Risa merupakan anak terakhir dari dua bersaudara. Fisik Risa memang tidak seperti orang kebanyakan. Fisik Risa lemah. Itu yang membuat kedua orangtua Risa selalu mengkhawatirkannya.
**
“Misi bu...!”
“Eh iya, masuk Risa!”
“Ibu panggil saya?”
“Iya. Kamu mau ngga ikut lomba cerdas cermat di UNJ? Soalnya yang kelas 11 cuma 2 orang yang mau jadi kurang satu orang kamu mau?”
“Hmmm, boleh deh bu, kapan ya bu?”
“Dua minggu lagi. Tapi kamu tanya orangtua kamu dulu ya!”
“Oh iya buu.”
“Yaudah kamu kabari saya secepatnya ya biar bisa cari ganti kalau kamu batal.”
“Iya buu!”
**
“Risa boleh ikut cerdas cermat ngga?” Risa bertanya kepada orangtuanya ketika mereka sedang makan malam.
“Kapan?” tanya mama.
“Dua minggu lagi.” Jawab Risa singkat.
“Bukannya itu pas UTS?” ayah Risa ikut bertanya.
“Iya!”
“Ngga usah deh, nanti kamu kecapean lagian kan udah kelas 12 sebentar lagi UN mending fokus ke UN sama SNMPTN aja.”
Ayah Risa melarang Risa. Risa sangat kecewa dengan kedua orangtuanya yang selalu melarangnya untuk melakukan sesuatu dengan alasan “takut kecapean”. Kemudian Risa menelepon Adam dan menceritakan semuanya.
“Ya kamu yang sabar! Mereka kaya gitu kan karena mereka sayang sama kamu.”
“Tapi ngga gitu juga kali, toh ini kan hal positif.”
“Iya, tapi mereka gitu kan karena mereka sayang sama kamu yaa walaupun terlalu lebay dan bikin kamu ngga nyaman. Pikir positifnya aja yaaang!”
Adam terus menghibur Risa. Mereka sudah berpacaran hampir satu tahun. Adam memang sedikit tidak suka dengan sikap orangtua Risa yang terlalu mengoverprotektifkan Risa.
**
Ujian Nasional semakin dekat. Risa ingin sekali melanjutkan kuliah di Jogjakarta. Lagi-lagi kedua orangtuanya melarangnya dan meminta Risa untuk melanjutkan kuliah di Jakarta saja seperti kakaknya. Akan tetapi Risa tetap bersikeras. Memang sudah impiannya sejak SMP, Risa ingin berkuliah di UGM dan mengambil jurusan Psikologi. Adam, dan Delia sahabat Risa sangat mendukung Risa untuk kuliah di Jogja.
“Kapan?” tanya mama.
“Dua minggu lagi.” Jawab Risa singkat.
“Bukannya itu pas UTS?” ayah Risa ikut bertanya.
“Iya!”
“Ngga usah deh, nanti kamu kecapean lagian kan udah kelas 12 sebentar lagi UN mending fokus ke UN sama SNMPTN aja.”
Ayah Risa melarang Risa. Risa sangat kecewa dengan kedua orangtuanya yang selalu melarangnya untuk melakukan sesuatu dengan alasan “takut kecapean”. Kemudian Risa menelepon Adam dan menceritakan semuanya.
“Ya kamu yang sabar! Mereka kaya gitu kan karena mereka sayang sama kamu.”
“Tapi ngga gitu juga kali, toh ini kan hal positif.”
“Iya, tapi mereka gitu kan karena mereka sayang sama kamu yaa walaupun terlalu lebay dan bikin kamu ngga nyaman. Pikir positifnya aja yaaang!”
Adam terus menghibur Risa. Mereka sudah berpacaran hampir satu tahun. Adam memang sedikit tidak suka dengan sikap orangtua Risa yang terlalu mengoverprotektifkan Risa.
**
Ujian Nasional semakin dekat. Risa ingin sekali melanjutkan kuliah di Jogjakarta. Lagi-lagi kedua orangtuanya melarangnya dan meminta Risa untuk melanjutkan kuliah di Jakarta saja seperti kakaknya. Akan tetapi Risa tetap bersikeras. Memang sudah impiannya sejak SMP, Risa ingin berkuliah di UGM dan mengambil jurusan Psikologi. Adam, dan Delia sahabat Risa sangat mendukung Risa untuk kuliah di Jogja.
Dan ternyata Risa dan Delia mendapatkan undangan untuk masuk Perguruan Tinggi Negeri tanpa tes dan mereka memilih UGM. Risa memilih jurusan Psikologi sementara Delia memilih jurusan Hukum. Mereka memutuskan untuk mengekos bersama. Sedangkan Adam tidak mendapat undangan akan tetapi dia lolos tes masuk ke ITB.
Satu bulan telah berlalu. Mama Risa masih menemani Risa di kosannya.
“Risa bukan anak kelas satu SD yang masih harus ditungguin kalo sekolah ma, lagian kan ada Delia, Risa ngga sendirian.”
Akhirnya mama Risa pulang ke Jakarta dan mempercayai Delia untuk menemani anak nya. Risa sangat malu kepada Delia yang sangat mandiri. Risa tidak mandiri karena orangtuanya selalu memfasilitasinya yang membuat dia tidak mandiri.
**
Empat tahun telah berlalu. Semua sudah berubah kecuali orangtua Risa. Walaupun sekarang Risa sudah mandiri dan menjadi wanita dewasa, orangtua Risa tetap mengawasi Risa walau tidak terlalu seperti dulu.
Tanpa sepengetahuan orangtuanya nilai IPK Risa selalu tinggi. Hingga satu kali sebuah yayasan pendidikan di Jogja megadakan program beasiswa S2 ke luar negeri. Risa ingin mengikuti program tersebut. Kemudian Risa meminta saran Adam dan Delia. Lalu mereka berdua mendukung Risa.
Tidak hanya dilihat dari nilai IP, Risa juga harus mengikuti beberapa tes. Semua itu Risa lakukan tanpa sepengetahuan orangtuanya. Ternyata Risa satu dari dua orang yang terpilih untuk mendapatkan beasiswa S2 ke Munchen, Jerman. Kemudian Risa memberi tahu kedua orangtuanya. Mereka sangat bangga kepada Risa. Tanpa mereka sadari gadis kecil mereka sudah dewasa. Sejak saat itu orangtua Risa tidak mengoverprotektifkan Risa seperti dulu. Mereka sudah membiarkan Risa melangkah menjemput impiannya.
SELESAI
Baca juga Cerpen Motivasi yang lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar