SETANGKAI MAWAR DALAM KENANGAN
Karya Helena Annisa
Dalam rangkaian masa lalu, kuukir namamu dalam relung jiwa. Tak tergantikan. Hidup bersama semilir angin yang berhembus beraturan. Sehingga bayang ulasan senyummu tak hilang walau abstrak. Kau tetap ada.
Indah rasa yang sempat tak terbendung, yang mencoba berontak ingin keluar dari sangkarnya, kini berusaha hilang hingga tercuat asa ingin melupakan. Tak tahan sebenarnya kala kau muncul dalam mimpi yang seharusnya bahagia. Namun nyatanya, kau telah terpatri dalam sanubari.
Indah rasa yang sempat tak terbendung, yang mencoba berontak ingin keluar dari sangkarnya, kini berusaha hilang hingga tercuat asa ingin melupakan. Tak tahan sebenarnya kala kau muncul dalam mimpi yang seharusnya bahagia. Namun nyatanya, kau telah terpatri dalam sanubari.
Halte tua ini, tempat kenangan kita. Tempat pertemuan kita dulu. Hanya saja, bangku-bangku disini sekarang sudah berkarat. Catnya pun sudah tua dan pudar warnanya. Aku duduk diatas bangku itu, menatap kosong ke arah jalanan sepi. Rintik hujan senja yang menemani, sejak tadi masih berlomba-lomba menyentuh tanah.
Menimbulkan bunyi ritmik. Menggemaskan.
Aku mengusap-usapkan telapak tanganku mencari kehangatan. Kurapatkan jaketku dan membetulkan letak tas selempangku. Aku menunggumu, sayang. Masih menunggumu. Perasaanku yang menggebu hinggap secara kentara. Aku mendesah panjang. Berusaha tenang dan berharap semuanya akan baik-baik saja. Entahlah, ada sedikit perasaan yang mengganjal hati. Tak tahu apakah itu pertanda baik atau buruk.
Aku mengusap-usapkan telapak tanganku mencari kehangatan. Kurapatkan jaketku dan membetulkan letak tas selempangku. Aku menunggumu, sayang. Masih menunggumu. Perasaanku yang menggebu hinggap secara kentara. Aku mendesah panjang. Berusaha tenang dan berharap semuanya akan baik-baik saja. Entahlah, ada sedikit perasaan yang mengganjal hati. Tak tahu apakah itu pertanda baik atau buruk.
Ah, iya! Aku ingat sesuatu. Mawar itu! Ya, setahun yang lalu kau memberiku setangkai mawar dan pada saat itu juga kau meminta izin padaku untuk menyelesaikan pekerjaanmu di luar negeri. Inggris.
Kau berjanji akan kembali, tepat pada hari ini. Aku harap, kau tak lupa akan janjimu. Mawar yang kau beri telah lama layu. Kelopaknya yang dulu berwarna merah segar kini berwarna coklat tua dan satu persatu terlepas dari tangkainya yang mengering. Namun tetap kusimpan dengan baik. Aku tak pernah berniat untuk membuangnya.
Kau berjanji akan kembali, tepat pada hari ini. Aku harap, kau tak lupa akan janjimu. Mawar yang kau beri telah lama layu. Kelopaknya yang dulu berwarna merah segar kini berwarna coklat tua dan satu persatu terlepas dari tangkainya yang mengering. Namun tetap kusimpan dengan baik. Aku tak pernah berniat untuk membuangnya.
Aku tak peduli bila aku harus menunggumu lebih lama lagi. Bahkan sampai larut malam sekalipun. Hatiku sudah terlanjur terpaut dengan hatimu. Tetapi, entah dengan kau. Namun, dengan segenap keyakinan aku rasa kau pun tak akan pernah melupakanku.
Hhh, Sudah berapa lamakah aku menunggu? Kulirik jam tanganku. Sudah pukul sembilan, namun kau tak juga datang. Ku tepis perasaan ingin menyerah. Aku tahu kau pasti datang. Bukankah kau tipikal orang yang selalu menepati janji? Dan yang aku harapkan sekarang, kau tetap seperti itu.
Waktu demi waktu berjalan terasa sangat lama. Cukup, aku menyerah. Menunggumu disini hanyalah seperti orang bodoh. Aku bangkit dari dudukku, memandang ke sekeliling dengan tatapan nanar. Kau tak datang, menyebabkan rasa rindu yang semakin dalam lagi. Dan juga kecewa tentu saja. Lalu akhirnya dengan segera aku bergegas meninggalkan tempat itu.
***
Wangi khas mawar yang layu memenuhi sudut ruangan. Menyesakkan kala wangi itu menyeruak masuk ke dalam hidungku. Satu luka kemudian tumbuh di hati. Lalu luka itu, kubiarkan mengendap dalam emosi yang terlunta-lunta. Ku nikmati sakitnya hingga ke akar-akarnya. Ah, sakit sekali.
Mungkin kau tak tahu, luka ini begitu luar biasa menganga. Cairan bening yang sejak tadi ku tahan kini tak dapat terbendung lagi. Perlahan namun pasti, cairan itu akhirnya mengalir melewati pipi tirusku, berakhir di daguku lalu jatuh ke lantai. Miris.
Ku tatap kembali surat undangan pernikahan yang ku terima tadi pagi. Ku baca berulang-ulang nama yang ada di dalamnya. Hanya sekedar untuk kembali meyakinkan hatiku, dan kemudian aku berharap nama yang tertera disana berubah menjadi nama yang lain. Namun tak mungkin. Mataku juga masih normal kurasa. Ya, ini kau. Namamu dan nama wanitamu terpampang jelas disana, dan sebentar lagi akan melangsungkan akad pernikahan. Apa artinya ini?
***
Aku terjatuh dan tak bisa bangkit lagi.
Aku tenggelam dalam lautan luka dalam.
Aku tersesat dan tak tahu arah jalan pulang.
Aku tanpamu, butiran debu..
***
Saat aku ingin melupakan, bayangmu bahkan tampak lebih jelas menari-nari dalam otakku. Hujan kembali turun membasahi luka di tanah hati. Perih. Sejurus kemudian aku berbalik melangkah menuju meja samping tempat tidurku. Kuraih setangkai mawar diatasnya. Menghela nafas dalam-dalam untuk menguatkan, dan akhirnya ku buang kasar. Ku lempar sembarang mawar itu keluar jendela. Berharap semua kenangan bahtera cinta di masa lalu ikut terbuang bersamanya.
***
PROFIL PENULIS
Nama : Helena Annisa
Kelas : XI RPL B
Sekolah : SMKN 4 Padalarang
Hobi : Menulis
Cita-cita : Programmer, web desainer, penulis.
Facebook : http://facebook.com/Belieberbiieberbeadles
Kelas : XI RPL B
Sekolah : SMKN 4 Padalarang
Hobi : Menulis
Cita-cita : Programmer, web desainer, penulis.
Facebook : http://facebook.com/Belieberbiieberbeadles
Baca juga Cerpen Cinta yang lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar