Rabu, 04 Juli 2012

Ketika Papa Pergi - Cerpen Sedih

KETIKA PAPA PERGI
Karya Rere

Aku termenung,sambil menimang - nimang uang jajan dan tiket pesawat terbang yang di titipkan papa untukku lewat mbok ijah,papa memang sudah pergi keluar kota tadi pagi sebelum aku terbangun.
tiket pesawat ke lombok selama tiga hari dua malam untuk tiga orang,
aku memang ingin sekali ke lombok,aku memang pernah mengatakan keinginanku ke papa beberapa bulan yang lalu,dan ternyata papa masih mengingatnya buktinya,ia membelikanku tiket ini.tiket liburan ke lombok,meski aku tak mampu membahagiakannya dengan peringkat kelas yang aku dapatkan.
yah,aku adalah siswa dengan peringkat ke 13 dari 43 siswa di SMA yang sebetulnya tak terlalu favorit,namun aku sedikit bersyukur,
 
 Aku naik kelas. 
Aku menghela nafas,termenung dan menerawang,sepi.
",Non,ada telefon dari temen non,namanya risma kata nya non,."
terlihat mbok ijah tergopoh - gopoh dari ruang tamu dengan telefon ditangan nya,
aku langsung teringat,memang handphone ku sengaja aku matikan dari malam tadi,namun meskipun ku aktifkan pasti tidak terdengar deringannya dari meja makan,karena handphone ku di dalam kamarku,di lantai atas.
aku mengisyaratkan mbok ijah untuk diam dengan menaruh telunjuk ku di bibir.
"Ssst,,mbok bilang aja aku lagi mandi.."
terlihat si mbok ijah mengerinyitkan dahi nya,namun aku tak perduli,
aku beranjak kembali kekamarku.
libur sekolah,dimana semua anak bersenang - senang liburan,atau setidaknya rekreasi sejenak bersama angota keluarga,namun ternyata aku kesepian.
papa memang sibuk bekerja,bahkan saking sibuknya,beliau bak tak ada waktu tuk berlibur,
pernah kah papa ingin menghabiskan liburan bersamaku,putri satu - satunya,? 

Mama,..
mama telah meninggal 17 tahun silam,mama meninggal saat aku lahir,tepatnya beliau meninggal karena melahirkan aku,
Sebetulnya aku bangga dengan papa,beliau bersikeras tidak menikah lagi karena ingin membesarkanku seorang diri,namun di sisi lain aku kesepian,dimana dia bekerja keras untuk menafkahiku sehingga tak jarang ia harus keluar kota dalam beberapa hari bahkan tak jarang dalam hitungan minggu tuk membelikan semua keinginanku,bahkan bukan sekali dua kali jika papa menerima bonus,nyaris uang yang papa terima ia habiskan tuk membeli keperluanku,aku menyukai hidupku,aku akan amat girang ketika papa menerima gaji karena itu berarti,.

Shoping,!!
Namun itu dulu,bukan saat ini.
saat ini aku mau papa bisa menemaniku,tidak setiap hari,tidak juga setiap akhir pekan,satu,dua hari dalam satu bulan akan sangat berarti dalam hidupku menjelang dewasa ini,

Aku rindu papa.
aku penyebab semua ini,aku penyebab mama meninggal,aku juga penyebab hubunganku dengan papa merenggang,aku yang memaksa papa bekerja di perusahaan om Rahmat,adik papa,yang membuat papa kini tengelam dalam kesibukan,
yah,itu karena penghasilan papa sebagai guru SD tidak mampu mencukupi keinginanku yang menginginkan banyak hal.
 
Dulu papa sering memperhatikan pergaulanku,menanyakan Pr ku,mengantarkan ku kesekolah dengan motor bututnya yang membuatku malu di depan teman - temanku.
aku memarahi papa,aku pernah membentak papa karena beliau memaksa tuk tetap mengantarku kesekolah,dan akhirnya dengan terpaksa ia pun tak lagi mengantar dan menjemputku lagi.

Berlahan air mataku menetes,
tiba - tiba aku merindukan papa,aku ingin di peluk dan berada dalam pelukan hangat papa,
"Papa,maafin silvia,silvia janji,setelah papa pulang nanti,silvia ingin papa seperti dulu,silvia ingin perhatian dari papa,bahkan silvia tak keberatan menukar semua apa yang telah silvia miliki sekarang demi kasih sayang dari papa,maafin silvia pa,."
terlintas di pelupuk mata beberapa kejadian perseteruanku dengan papa,
ketika aku memarahi papa,namun papa hanya bisa membalas tatapan sengitku dengan menatap lembut dan menyakinkan apa yang kan jadi keinginanku akan selalu papa usahakan,namun itu tetap tak berarti,
aku Marah.!
"Non,ada telfon dari tuan Rahmat,."
terdegar suara mbok ijah dari luar pintu kamarku yang sengaja kubuka sedikit,
" Tumben om rahmat telfon mbok.."
ku usap air mataku seraya beranjak dari tempat tidur dan menerima telfon dari tangan mbok ijah,.
"Haloo om tumben nih telefon,ada apa om,?."
",silvia,silvia cepet siap - siap ya,15 menit lagi om sampai di sana,."
" loh,kenapa om,mau kemana emang,."

Tiba - tiba jantungku berdegup tak karuan.
"kita pergi,silvia cepet siap - siap ya,."
"om,ada apa,kenapa om,.?."
"silvia,ma'afin om,papa kamu,.papa kamu kecelakaan silvia,pesawat yang beliau tumpangi jatuh terbakar,,beliau,...
hanya itu yang mampu ku dengar,
Aku termangu,kosong,hampa,perih,.
Terdengar teriakan mbok ijah yang menyambut limbungnya tubuhku,Gelap.

PROFIL PENULIS
Rere,lahir di jambi 06 July 1988,
belum pernah mengirim cerpen,tapi sebetulnya pingin banget jadi cerpenis,hehehe,.

Baca juga Cerpen Sedih yang lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar