Rabu, 04 Juli 2012

Aku Tanpamu - Cerpen Sedih

AKU TANPA MU
Karya Purnama Utari Dewi

Namaku Clara Claudia, biasa dipanggil Clara oleh teman-temanku..
Aku bersekolah di salah satu sekolah favorit di kotaku,,,,
Kehidupanku biasa saja, sama seperti remaja-remaja lain seusiaku sampai akhirnya aku bertemu seseorang yang bisa mengubah hidupku.
Ya,,,, dia adalah Dio Mahendra Wijaya, aku mengenalnya saat pelajaran olahraga di sebuah lapangan dekat dengan sekolahku,,,
Awal pertemuan itu lucu bagiku,,,,
Bermula dari sms nyasar yg ga jelas yg msuk ke no hpku,,,
Hanya dengan sapaan ‘Hay’....., aku mulai penasaran dengan yang punya no aneh ini,,,
Entah bagaimana ceritanya, aku juga lupa, akhirnya aku dan Dio bertemu,,,
di awal pertemuan inilah dia mulai mengungkapkan perasaannya padaku, dan akupun tak berfikir banyak, aku hanya mengangguk mengiyakan pernyataan cintanya padaku..Dio memang cinta pertamaku, dan hubungan itu sengaja aku sembunyikan karena aku tak ingin banyak orang yang tahu tentang aku dan Dio. Tapi mungkin karena aku terlahir sebagai anak yang baik, aku tak bisa menyembunyikannya dari orang tuaku, terutama ibu, aku mencoba mengenalkannya pada ibu, berharap ibu bisa merestui hubungan kami. Tapi semua harapanku kandas,,, Ya... ibuku tak menyukai hubungan ini, bukan karena materi tapi lebih kepada hanya berbedanya keyakinan kami.

Ibu berharap aku bisa menemukan pasangan yang seiman denganku. Tapi aku terlanjur menerima cintanya Dio. Hubungan inipun aku jalani secara backstreet, entah karena apa, aku selalu merasa nyaman bersama Dio, tiap kali aku menatap matanya selalu ada keteduhan yang aku dapatkan. Inilah kenapa aku memilih mempertahankan hubunganku dengan Dio, hingga akhirnya aku tahu dia bukan pria yang baik untukku.
Pada saat itu, saat pertemuan kami yang entah keberapa kalinya Dio memintaku untuk bisa tidur bersamanya, padahal dia tahu itu ga mungkin aku lakukan. Haruskah hanya untuk membuktikan rasa cinta aku harus mengorbankan semua hidupku hanya untuk seorang pria seperti Dio???? Ga, itu ga akan pernah aku lakukan, tidak dengan Dio ataupun yang lainnya.

Setelah perpisahan itu kami kembali menjalani hidup kami masing-masing. Aku dengan semua aktivitasku, begitupun dengan Dio dengan semua aktifitas sebagai atlit panjat tebing di kabupatenku.
Kini hari-hariku ku jalani tanpa Dio, tapi dengan pria lain yang mulai mengisi kekosongan hatiku. Tak lama ku nikmati masa bahagia itu, aku selalu memikirkan Dio, Dio dan Dio, walaupun aku tahu dia sudah sangat menyakitiku tapi kenapa aku selalu merindukannya? Rindu senyumannya, rindu tatap matanya yang selalu meneduhkan perasaanku...
Kadang kala aku berfikir, mungkin apa yang dikatakan ibuku tentang Dio ada benarnya, dia bukan pria yang baik, mungkinkah semua yang kurasakan pada Dio hanya karena magic yang Dio gunakan untuk bisa mendapatanku?
Tak terasa waktu kian cepat berlalu, aku selalu berusaha melupakan Dio namun hasilnya Nihil, aku masih saja memikirkannya, ya walaupun tak sesering dulu.

Entah ada angin apa, atau entah takdir apa lagi yang datang padaku, Dio kembali datang dan berharap bisa kembali lagi padaku, awalnya aku tak mempercayainya, tapi Dio meyakinkanku dengan datang ke rumah menemui ibuku dan saudara-saudaraku. aku memang melihat semua kesungguhan itu, tapi aku tak bisa lagi bersamanya, mengingat semua yang pernah terjadi, aku tak ingin tersakiti lagi, biarlah aku hidup dengan caraku. Namun nyatanya kekerasan hatiku luluh juga, aku menerima Dio kembali, kembali seperti dulu lagi saat aq dan dia memulai kisah ini.

Tak ku kira kembalinya Dio padaku membawa petaka baru buatku, Dio berkata ingin menikah denganku, dia ingin sekali memperistriku, aku bingung dengan jalan pikiran Dio, aku masih terlalu kecil untuk memikirkan masalah pernikahan, lagi pula bagiku masa depan lebih penting ketimbang aku mempikirkan tentang sebuah pernikahan yang udah pasti ga bisa aku jalani saat ini. akhirnya aku memberikan penjelasan pada Dio kalau aku tak bisa memenuhi semua permintaan anehnya itu, aku masih ingin sekolah dan mengejar mimpi-mimpiku.

Malam itu Dio sms, dia bilang sangat ingin bertemu denganku, tapi aku tak bisa memenuhinya. aku tahu Dio sedang mabuk berat malam itu, makanya aku tak mau mengambil resiko dengan bertemu dengannya. Sejak malam itu Dio tak pernah mengabariku lagi, jangankan bertemu, sms dan tlpn sama sekali ga ada.
Firasat tak enak mulai singgah di hatiku, aku berfikir lagi, “ada apa dengan Dio”.
malam yang membuatku tak bisa tidur dengan nyenyak, yang ada di bayanganku hanya Dio, Dio dan Dio...
Entah jam berapa aku mulai terlelap malam itu, aku tak ingat,, namun keesokan harinya aku sudah mendengar berita yang sangat membuat jantungku melompat dari tempatnya. Dio meninggal. Mendengar kabar itu aku bagaikan tersambar petir, tak ku sangka Dio melakukan ini semua,,, mungkinkah berat beban yang dia alami tak mampu membuat dia bisa bertahan? haruskah dia mengakhiri semua penderitaan yang dia rasakan dalam keluarga dan kehidupan pribadinya menjadi sebuah cambuk untuk dia bunuh diri?
aku menangis dan berusaha menenangkan diriku sendiri, aku lari dan pergi ke RS hanya untuk melihat Dio.

 Berharap aku masih bisa mengucapkan kata “MAAF” namun apa daya, Dio telah pergi meninggalkanku untuk selamanya dan tak mungkin bisa kembali lagi menemaniku. Yang bisa ku lakukan saat itu hanyalah memberikan sebuah kecupan dikedua pipinya untuk yang terakhir kalinya dan memeluknya. Detak jantungnya yang selalu kurasakan saat aku dipeluknya, kini tak bisa lagi kurasakan. Andai aku tau saat itu adalah masa-masa terakhir dia, mungkin aku tak akan pernah untuk meninggalkannya sendirian menghadapi semua masalahnya. Walaupun saat ini aku sudah menemukan penggantinya yang pasti lebih baik darinya. Namun Dio tetap mantan kekasihku, seseorang yang dulu juga sempat mengisi hati ku. 

Entahlah....saat ini yang kurasakan hanyalah kesedihan yang mendalam. kehilangannya bagaikan aku kehilangan sesuatu yang berharga. Yaaa...betapa berartinya dia dalam kehidupanku. kini Setengah hatiku telah pergi. Masih sangat sulit untukku bisa terima kenyataan ini, aku belum bisa mengiklaskan kepergiannya.Tapi apapun itu, semua telah terjadi dan tak mungkin bisa diulang lagi.Disini aku akan selalu berdo’a untuknya, semoga ia mendapatkan tempat yang terbaik. Aku sadar dan aku pun mengerti bahwa CINTA itu tak harus memiliki, dan CINTA juga tidak harus selalu bersama, karena CINTA tidak untuk dipaksakan. Mungkin Dio memang cinta pertamaku, tapi Dio tidak untuk selamanya buatku. Kini ku mulai membuka lembaran baruku bersama kekasih baruku, yang pasti lebih baik dari Dio. Ku kan selalu mencintainya, dan tak ingin kejadian ini terulang lagi.

“SELAMAT JALAN DIO”

PROFIL PENULIS
Nama : Purnama Utari Dewi
Panggilan : Iin
Alamat Facebook :iutaridewi@yahoo.com

Ini adalah cerpen pertamaku....mohon komentar.a agar cerpen berikutnya bisa lebih baik lagi...

Baca juga Cerpen Sedih yang lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar