Rabu, 04 Juli 2012

Cerpen Tragedi - Perjalanan Pulang Dengan Angkot

PERJALANAN PULANG DENGAN ANGKOT
Karya Anniesa Dasih

Suatu sore di sebuah hari yang nampaknya normal, sebuah angkutan umum atau yang biasa disebut angkot sedang berjalan membawa beberapa penumpang kearah pulang. Angkot tersebut hanyalah satu dari sekian angkot yang menghubungkan daerah pemukiman pinggir kota dengan dalam kota. Meskipun tidak sampai ke pusat kota, angkot ini telah banyak membantu para penduduk pinggiran mencapai ke kota untuk beraktifitas. Sore ini, angkot tersebut berjalan santai sambil mencari-cari calon penumpang lain.

Tadinya di dalam angkot hanya ada supir dan 5 orang penumpang. Namun penumpang tambahan, seorang bocah kampung yang terlihat nakal, naik saat supir menghentikan angkotnya di dekat bangunan ruko kumuh. Rupanya si bocah itu adalah anak tetangga supir yang sering keluyuran kemana-mana. Tentunya si bocah itu sering sekali membikin panik kedua orang tuanya. Karena kasihan dengan orang tua si bocah, supir mengomeli bocah itu dan menyuruhnya naik ke angkotnya. Ia akan mengantar bocah itu pulang, karena sesudah sampai di pool akhir si supir berencana langsung pulang.

Di bagian belakang, lima penumpang yang saling tidak kenal itu tenggelam dalam pikiran masing-masing. Tujuan mereka sama, yaitu pulang ke rumah masing-masing. Seorang pemuda, karyawan biasa yang duduk di dekat pintu hari ini terpaksa naik angkot dari tempat ia bekerja karena motornya sedang di servis. Sambil mendengarkan musik di mp3 handphone, ia berpikir bagaimana besok bisa bekerja lebih maksimal lagi supaya cepat naik jabatan, gaji bertambah, bisa membelikan berbagai kebutuhan orang tuanya dan melamar kekasih tercinta. Ia adalah tipikal pemuda harapan yang akan bekerja giat demi membahagiakan orang-orang tercinta.

Di sebelah pemuda karyawan, ada kakek tua berpeci yang sedang terkantuk-kantuk. Nampaknya ia habis belanja barang sembako di pasar kota karena ia membawa banyak barang. Di usianya yang sudah lanjut, si kakek cepat sekali mengantuk apalagi di angkot yang berjalan santai begini. Ditemani angin sepoi-sepoi dari jendela, semakin ngantuk lah si kakek. Di sela-sela kantuknya si kakek terpikirkan hal yang sering ia pikirkan berkali-kali. Yaitu bagaimana nanti menghadap Sang Pencipta. Si kakek termasuk beruntung diberi jatah usia yang cukup panjang. Anak-anaknya sudah besar, hidup berkecupan dan sudah menikah semua. Mereka juga sudah memberi cucu-cucu yang lucu. Naik haji juga sudah dilakoni bersama si nenek, istrinya. Kini ia dan istrinya sedang menikmati masa-masa pensiun sambil membuka warung di komplek rumahnya. Tidak ada yang lebih kakek inginkan selain menambah pahala sebagai persiapan saat dipanggil Sang Pencipta nanti.

Di bangku panjang yang posisinya di seberang si kakek dan pemuda, tiga penumpang lain yang kebetulan wanita semua, juga sedang berkutat dengan pikirannya masing-masing. Nampak seorang ABG berpakaian modis, berusia 17an sedang duduk cemberut di posisi belakang supir. Ia terlihat tidak nyaman berada di angkot ini, sesekali ia menggerutu pelan saat supir ngerem mendadak. Ia mengetak-ngetik sesuatu di ponsel BlackBerry-nya yang terus berbunyi “cetang..cetung”. Hari ini ia sebal sekali, terpaksa naik angkot dari mall setelah main dengan teman-temannya. Mobil yang biasa ia pakai sedang disita Papanya karena ia sering pulang larut malam dari tempat hiburan. Uangnya sudah habis untuk makan di cafĂ© mall, jadi terpaksalah ia naik angkot. Ia berniat untuk ngambek besar-besaran dengan Papa dan Mamanya. Ia akan mengurung diri di kamar dan mogok makan sampai mobilnya dikembalikan. Pasti Papa dan Mama akan kasihan dan langsung mengembalikan mobilku, begitu pikirnya.

Di sebelah ABG, ada perempuan muda juga. Namun ia sudah kuliah tingkat ketiga. Bukan lagi anak ABG. Seperti biasa hari ini ia pulang naik angkot dari kampusnya. Wajahnya lumayan menarik tapi terlihat lelah. Ia melamun, terbayang tugas kuliah yang sangat menumpuk dan tidak ada habisnya. Terbayang pacarnya yang hobi sekali ngambek. Siang tadi mereka bertengkar di kampus hanya karena pacarnya meributkan masalah sepele. Ia juga terbayang bagaimana mencari kerja magang untuk liburan tengah semester nanti. Belakangan ini hari-hari menjadi sungguh melelahkan baginya. Nanti sesampainya di rumah, ia akan mandi, lalu selonjoran sejenak di sofa depan TV lalu lanjut begadang semalaman untuk menyelesaikan tugas. Yang jelas, ia hanya ingin segera tiba di rumah.

Berbeda dengan si mahasiswa, penumpang ibu-ibu gendut yang duduk di pojok tampak sumringah sekali. Ia baru saja pulang dari arisan bulanan sekecamatan. Meskipun tidak menang arisan, ia cukup puas karena membawa pulang gosip-gosip segar untuk diceritakan ke tetangga-tetangganya. Sambil menggeser sedikit posisi duduknya, karena terlalu sempit untuk tubuhnya yang gendut, ia teringat gosip-gosip di tempat arisan. Si anu kabarnya sering ketemu om-om, si anu sekarang baru beli mobil, si anu sudah mau cerai, anaknya si anu ngabur dari rumah dan lainnya. Sesekali ia melihat ke pergelangan tangannya tempat ia memakai gelang-gelang emas bertabur intan hari ini. Ia merasa kurang, di rumah nanti ia berencana dibelikan kalung emas sama suaminya. Pokoknya harus dibelikan, biar tidak kalah dengan si Ibu Juragan anu di arisan bulan depan.

Di balik kemudi, si supir yang tadinya sedang menyetir santai mendadak dikejutkan oleh bunyi handphone. Rupanya pacar si supir menelepon. Si supir mesam-mesem mendengar suara pacarnya merayu manja ditelepon, rupanya si pacar minta si supir untuk datang ke rumahnya sebab rumahnya sedang kosong. Si supir langsung mengiyakan dan mempercepat laju angkotnya. Ia merubah rencana, ia akan mengantar anak tetangganya sampai gang depan rumah lalu langsung jalan ke rumah pacarnya. Ia senyum-senyum mesum membayangkan pacarnya. Mendadak masuk SMS dari istrinya, isi smsnya “BANG, BURUAN PULANG! BAWA DUIT BERAPA HARI INI?”. SMS bernada tuntutan yang ia terima setiap hari. Belum lagi omelan istrinya saat pulang. Lalu ia teringat tadi pagi mantan istrinya menelepon, merongrong minta uang sekolah ketiga anaknya. Pusing memang, lalu terbayang pacarnya lagi tanpa sehelai baju. Lalu ia semakin menekan pedal gas.

Angkot berjalan semakin cepat. Penumpang di belakang mulai sedikit resah. Semakin cepat sampai terlalu cepat dan supir tidak sadar di tikungan tempat ia seharusnya berbelok ia malah berjalan lurus. Terus sampai menabrak pagar pembatas jalan dan meluncur ke dasar tebing sedalam 10 meter, lalu terpelanting ke gundukan sampah dekat sungai kecil. Angkot menjadi ringsek total dan semua penumpang beserta supir tergencet. Tak lama kemudian terjadi korsleting sehingga angkot terbakar dan meledak. Semua penumpang akhirnya benar-benar pulang ke tempat asal mereka.

PROFIL PENULIS
Anniesa Dasih, 21 tahun. Freelancer yang punya banyak waktu.
Alamat Facebook : http://www.facebook.com/funfearlessfemale

Tidak ada komentar:

Posting Komentar