ADA CERITA DI BALIK BOLU PISANG
Karya Susianadjati
Dari balik kisi jendela kaca, mataku menerawang jauh menembus guyuran air hujan yang membasahi bumi. Ku peluk boneka beruang biru ini. Boneka ini adalah pemberian Diva sahabatku. Selain sebagai sahabatku Diva sudah kuanggap sebagai saudaraku sendiri. Ya....karena di Jakarta ini aku hanya seorang diri. Sejak aku datang ke Jakarta, Diva adalah orang yang pertama kali aku kenal. Dia yang agak sedikit peduli padaku ketimbang pemain-pemain yang lain. Waktu itu aku datang ke Jakarta karena ada panggilan dari sebuah rumah produksi untuk ikut casting sebuah film televisi. Awalnya si aku hanya sekedar iseng aja. Waktu aku baca koran pagi tak sengaja mataku tertuju pada iklan di salah satu halaman koran tersebut. Salah satu rumah produksi akan mengadakan casting untuk mencari pemain baru pada sebuah film televisi. Aku coba saja ikutan kebetulan lagi butuh pekerjaan karena baru saja lulus kuliah.
“Bang cepetan dong sudah telat ni” kataku pada sopir taxi.
“Iya mbak ..ini juga sudah cepet ni.”kata sopir taxi.
Hari ini adalah hari pertama aku casting. Dan aku nggak ingin terlambat. Sudah terbayang dalam anganku bakal ketemu artis-artis cakep, keren-keren...wuiiiihhhh....seneng banget. Apalagi ntar kalau aku masuk TV dan ngetop kaya Sheeren Sunkar misalnya...wuihhh....nggak kebayang. Tapi seandainya aku lolos casting dan aku jadi artis bener, perjuanganku nggak hanya sampai disitu saja. Aku harus meyakinkan mama kalau dunia akting adalah pilihanku dan sejak sekolah dulu aku memang sudah suka yang berhubungan dengan akting. Waktu SMA dulu aku ikut extra kulikuler teater. Dan aku harus menunjukkan ke semua orang kalau aku masih sama seperti Rena yang dulu, Rena yang sederhana. Karena banyak orang beranggapan bahwa dunia artis itu dunia yang glamour.
Dari balik kisi jendela kaca, mataku menerawang jauh menembus guyuran air hujan yang membasahi bumi. Ku peluk boneka beruang biru ini. Boneka ini adalah pemberian Diva sahabatku. Selain sebagai sahabatku Diva sudah kuanggap sebagai saudaraku sendiri. Ya....karena di Jakarta ini aku hanya seorang diri. Sejak aku datang ke Jakarta, Diva adalah orang yang pertama kali aku kenal. Dia yang agak sedikit peduli padaku ketimbang pemain-pemain yang lain. Waktu itu aku datang ke Jakarta karena ada panggilan dari sebuah rumah produksi untuk ikut casting sebuah film televisi. Awalnya si aku hanya sekedar iseng aja. Waktu aku baca koran pagi tak sengaja mataku tertuju pada iklan di salah satu halaman koran tersebut. Salah satu rumah produksi akan mengadakan casting untuk mencari pemain baru pada sebuah film televisi. Aku coba saja ikutan kebetulan lagi butuh pekerjaan karena baru saja lulus kuliah.
“Bang cepetan dong sudah telat ni” kataku pada sopir taxi.
“Iya mbak ..ini juga sudah cepet ni.”kata sopir taxi.
Hari ini adalah hari pertama aku casting. Dan aku nggak ingin terlambat. Sudah terbayang dalam anganku bakal ketemu artis-artis cakep, keren-keren...wuiiiihhhh....seneng banget. Apalagi ntar kalau aku masuk TV dan ngetop kaya Sheeren Sunkar misalnya...wuihhh....nggak kebayang. Tapi seandainya aku lolos casting dan aku jadi artis bener, perjuanganku nggak hanya sampai disitu saja. Aku harus meyakinkan mama kalau dunia akting adalah pilihanku dan sejak sekolah dulu aku memang sudah suka yang berhubungan dengan akting. Waktu SMA dulu aku ikut extra kulikuler teater. Dan aku harus menunjukkan ke semua orang kalau aku masih sama seperti Rena yang dulu, Rena yang sederhana. Karena banyak orang beranggapan bahwa dunia artis itu dunia yang glamour.
Akhirnya aku sudah sampai di lokasi tempat diadakannya casting.
“Maaf pak benar ini Dinar Production ?” tanyaku pada seorang satpam.
“Oh ya mbak, ada perlu apa ?” tanya satpam itu balik.
“e...ini saya dapat panggilan untuk ikut casting film..disebelah mana ya pak” tanyaku.
“O..mbak masuk lewat sini saja. Na...disitu ada ruangan mbak masuk saja” kata satpam itu.
“Ya..sudah terima kasih ya pak” kataku pada satpam itu. Kuikuti arah yang ditunjuk oleh satpam itu. Aku masuk ruangan disitu banyak sekali peserta yang antri. Sambil menunggu giliran, aku buka bekal yang aku bawa dari Bandung. Hmmmm....bolu pisang...enak banget, lembut dan wangi. Bolu ini kue andalan di toko kue mama. Di Bandung mama punya toko kue. Disitu tersedia berbagai macam kue termasuk bolu pisang ini.
Satu persatu peserta keluar dari ruangan. Dan tiba-tiba terdengar namaku dipanggil.
“Renata Wijaya”.
“Eh..ya” Jawabku tersentak kaget.
“Ehmm bapak memanggil saya ?”tanyaku pada laki-laki dengan mulut yang masih penuh dengan makanan. Pria itu tidak menjawab dia hanya menatapku dengan pandangan kesal terhadapku.
“Eh...maaf pak” kataku sambil menelan makanan dan segera menyambar segelas air putih yang ada di meja sebelahku yang aku sendiri nggak tahu minuman siapa.
“Diva....diva....”panggilnya pada seseorang.
“Ya Om...”jawab perempuan itu.
Keluar perempuan cantik dengan rambut sebahu. Oh....My God..itu kan Nadiva Ratna pemain sinetron yang terkenal itu.
“Tolong urus ini dari tadi nggak ada yang bener sama sekali.
“Tapi saya kan pemain om bukan bagian casting”
“Hah...tolong urus..saya sudah capek dari tadi nggak ada satupun yang beres” jawab laki-laki itu yang ternyata seorang sutradara.
“Hey...siapa namamu?” tanyanya ramah
“Saya Renata mbak” jawabku
“Mbak Nadiva Ratna yang sering nongol di TV itu ya...”lanjutku. Dia hanya tersenyum.
“Dalam peran ini jika kamu lolos kamu akan berperan sebagai gadis buta yang putus asa dan mencoba untuk bunuh diri, kemudian datang seorang cowok yanng menyelamatkanmu. Coba baca dialog ini, hayati, bayangkan kamu benar-benar buta, kamu menangis dan putus asa.
“baik mbak..” jawabku.
“nanti kalau ada aba-aba action, kamu mulai acting ya..” jelasnya
“Yup...”jawabku
Dari dulu aku memang suka akting, ya kali aja aku bisa mengembangkan bakatku meskipun ortuku nggak setuju.
“OK Rena siap action..” teriak sutradara. Dengan modal percaya diri, akupun mulai berakting sesuai dengan kemampuanku.
“ Cut...sip adegan lainnya”kata sutradara. Aku coba adegan yang diminta sutradara. Demikian terus sampai casting selesai.
“Rena, menurut aku akting kamu lumayan bagus, yapi ketentuan lolos tidaknya tunggu 3 hari lagi ya....” kata Diva menghampiriku.
“ Ok mbak Diva,” jawabku. “Panggil saja Diva” jawabnya.
“Ok Diva”,ulangku.
3 hari lagi berarti aku harus balik ke Bandung. Nggak mungkin aku nginep di Jakarta, karena di Jakarta ini aku nggak punya tempat untuk beristirahat. Akhirnya aku putuskan untuk kembali ke Bandung, sambil menunggu hasil cassting kemarin, seperti biasa aku bantu-bantu mama untuk membuat kue. Mama adalah seorang single parent. Sejak sepeninggal papa, mama harus berjuang sendirian untuk menghidupi kebutuhan kami. Dari mama berdagang kue kecil-kecilan, sampai akhirnya mama bisa buka toko kue sendiri di rumah.
“Ren..bagaimana casting kamu kemarin?” tanya mama padaku sambil membuat adonan kue.
“Castingnya asyik ma..aku ketemu sama Nadiva Ratna arits terkenal itu, tapi masih nunggu pangilan selanjutnya lagi”jawabku sambil terus mengaduk telur.
“Sebenarnya mama itu nggak suka jika kamu main film. Kamu sendiri tahu kan, artis itu banyak digosipkan macam-maacam, banyak sisi negatifnya”, kata mama padaku.
“Rena tahu ma, tapi menurut Rena semua itu kan tergantung pribadi masing-masing kan. Rena janji deh..kalau sudah jadi artis nanti, Rena akan tetap menjadi Rena yang dulu, Rena yang sederhana, yang selalu apa adanya. Lagian belum tentu kan Rena lolos casting. Orang yang ikutan casting banyak banget”, jawabku. Lagi enak-enaknya bantuin mama, tiba-tiba handphone berbunyi. Buru-buru adonan ku serahkan ke Bik Minah pembantuku.
“Hallo...”jawabku
“Ini betul Renata Wijaya” terdengar suara dari seberang sana.
“Yup betul...”jawabku.
“Apa besok pagi mbak ? Okey deh mbak besok saya akan segera datang. Terima kasih mbak?” Aku lonjak kegirangan
“Mamaaaaaa !!!! besok ada panggilan casting lagi maaaa....”teriakku girang sambil mencium pipi mama. Mama hanya bisa geleng-geleng melihat tingkahku.
Aku segera bergegas mempersiapkan segala keperluanku untuk casting besuk pagi. Akting adalah hobbyku sejak kecil. Banyak sekali kejuaraan yang aku peroleh sejak masih sekolah dulu, kejuaraan baca puisi, teater, pementasan drama di sekolah. Ya..kali aja ini langkahku untuk menuju kesuksesan.
Pagi mulai menyingsing, hari yang kutunggu-tunggu telah tiba. Hari ini adalah penentuan hasil casting kemarin
“Ma...Rena berangkat dulu ya” kucium tangan mama meminta restu.
“Ren...ini bawa bolu pisangnya buat bekal” kata mama sambil menyodorkan bolu pisang yang sudah disiapkan mama.
“Ya mam...da..da...da..” kuterima bolu pisang kumasukkan dalam tas dan aku segera berangkat. Aku nggak mau ketinggalan kesempatan emas ini. Aku ingin tunjukkan kesemua orang kalau aku mampu.
Perjalanan dari Bandung ke Jakarta cukup jauh, makanya aku berangkat pagi-pagi benar agar sampai tepat waktu. Setelah tiba dilokasi, kulihat sudah banyak orang disana. Terlihat sutradara yang baru kutahu namanya adalah Puguh Dewantoro, dan Diva juga terlihat disana.
“”Hey...”sapa Diva Padaku.
“Hey juga sudah lama?” tanyaku basa-basi.
“Lumayan” jawabnya.
“Renata dari hasil casting kamu kemarin, saya lihat cukup bagus, dan saya kira kamu cocok memerankan tokoh Ranti di film ini” Kata Sutradara.
“Serius Pak?” Tanyaku nggak percaya.
“Kamu jangan senang dulu. Kalau akting kamu nanti nggak bagus , saya akan ganti kamu dengan pemain yang lain.” Kata Pak Puguh padaku.
“Ya..Pak saya akan berusaha”jawabku senang.
“OK...siap semua ? teriak sang sutradara.
“Tunggu Boss, Reza belum datang bos, “kata salah seorang kru.
“Halah...kapan kelarnya kalau begini terus. Ya sudah tunggu sebentar lagi” katanya.
Sambil menunggu, aku coba baca skrip dan aku hafalkan dialognya. Sekali-kali aku tanya ke Diva apabila ada yang aku nggak ngerti.
“Div, Reza Anggara itu siapa si?” tanyaku
“Dia itu model dan pemain sinetron. Banyak sinetronnya di Tv kamu jarang nonton ya,” jelasnya padaku. “Nggak juga si..orangnya aja kali ya yang nggak ngetop kaya kamu. Butkinya aku tahu kamu, jawabku sekenanya.
“Oh ya...cobain ni...mau..?” Aku menawari bolu pisang ke Diva.
“Apa nih ?” tanyanya.
“Ini bolu pisang, istilah kerennya banana cake”jawabku.
“Ok...aku cobain ya...hmm...enak, lembut. Bikin sendiri?” tanyanya.
“Yup...mamaku punya toko kue di Bandung. Kapan-kapan main ke Bandung. Di sana entar kamu bisa cobain semua kue buatan mamaku gratiiiissss...”kataku. ternyata Diva itu orangnya enak diajak ngobrol, dan bolu pisang ini membuat hubunganku dengan Diva menjadi semakin dekat. Lagi asyik-asyiknya kami berdua ngobrol, meluncur mobil mewah memasuki lokasi syuting. Kuamati sosok yang baru turun dari mobil mewah itu. Dari kejauhan tampak fisik yang tegap, kulit putih, dengan kaca mata hitam terpasang di matanya.
“Reza...panggil pak Puguh. “O...jadi ini Reza Anggara ” gumamku dalam hati.
“Ini lawan main kamu, pemain baru Renata namanya” kata pak Puguh memperkenalkan aku pada Reza. Cowok yang dipanggil Reza itu membuka kaca matanya dan aku mengulurkan tanganku untuk memberikan salam padanya.
“Renata Wijaya” kataku sambil mengulurkan tangan.
“Reza” jawabnya dengan angkuh. Tanpa basa-basi dia langsung pergi begitu saja.
“Menyebalkan banget sih.....mentang-mentang sudah ngetop belagu banget” gerutuku.
“Heh...kenapa” tanya Diva menghampiriku.
“Tuh orang belagu banget , masak nggak ada basa-basinya sama sekali. Menyebalkan banget” jawabku.
“Udah biarin aja, dia memang begitu. Tapi kalau sudah kenal orangnya baik kok. Kamu kan belum kenal sama dia. Ingat kamu harus profesional. Dia itu lawan main kamu. Emosinya ditahan ya” jelas Diva.
“OK deh thanks ya udah ingetin aku” kataku pada Diva.
Pak Puguh mengarahkan kami berdua lebih tepatnya aku dan Reza. Adegan demi adegan berhasilkan aku mainkan. Tapi tiba-tiba ditengah kami sedang beradegan tiba-tiba “Cuuutt!!!!” teriak Sutradara. “Rena...disini kamu kurang menjiwai ! Reza kamu ajari Renata, dia pemain baru masih perlu banyak belajar dari kamu. Sekarang Break dulu, shuting dilanjutkan besuk pagi.” Kata pak Puguh.
Hari-hari pertama aku shuting membuat aku benar-benar sibuk dan capek yang luar biasa. Tapi semua itu adalah kemauanku. Aku nggak mau setengah-setengah, aku harus sungguh – sungguh dalam menjalankan semua ini. Bolak-balik Jakarta Bandung, membuat badan terasa pegal juga. Maka akhirnya aku putuskan untuk mencari tempat kost yang sederhana. Dalam pencarian tempat kostpun Diva turut berperan. Sebelum aku dapat tempat kost, aku menumpang dirumah Diva beberapa hari. Di Jakarta ini aku banyak belajar dari dia. Dari situlah kami menjadi dekat dan akrab. Nggak di tempat kerja, diluar tempat kerjapun kami sangat kompak. Semua yang aku alami pasti cerita ke Diva, begitupun dia. Setiap weekend kalau aku nggak pulang ke Bandung dan nggak ada acara, aku nginep di rumah Diva. Begitu pula Diva dia ikut ke Bandung jika aku pulang ke Bandung. Kangen sama bolu pisangnya mama katanya. Seperti hari ini, saat aku lagi packing baju mau pulang ke Bandung, tiba-tiba dia nongol.
“Hey... mau kemana ? Packing baju segala. Mau Ke Bandung ? ikut dong” cerocosnya. “Kalau tanya satu-satu dong Neng. Iya aku mau ke Bandung sekarang, kalau mau ikut buruan. kamu udah bilang sama mama kamu?” tanyaku.
“Iya habis ini ke rumah aku dulu, ambil baju, trus bilang ke mama”.
“ya udah yuk berangkat sekarang”
Kami berdua berangkat ke rumah Diva terlebih dulu, baru kemudian berangkat ke Bandung. Aku beruntung di Jakarta yang terkenal kejam, bisa bertemu dengan Diva yang banyak membantuku dalah segala hal. Dan aku sangat menyayangi dia seperti saudaraku sendiri.
“mamaaaaa....aku pulang maaa...” teriakku sesampainya di halaman rumah.
“Rena...”Mama menyambut kedatanganku dengan suka cita.
“Ini Diva Ma..”aku memperkenalkan Diva pada mama.
“Diva Tante” kata diva memberi salam pada mama.
“iya ..ya ayukk masuk..masuk. Ini tante baru sibuk di dapur”
“Bikin bolu pisang ya tante” tanya Diva
“kok tahu” mama balik bertanya
“Iya...Rena kan pernah bawa ke Jakarta tante...enak lo...makanya saya ikut ke sini pengen belajar sama tante” rayu Diva.
“Iya nanti tante ajarin ya....sekarang kalian mandi, istirahat dulu” kata mama.
“Ok mam..” jawabku sambil menuju ke kamar.
Kurebahkan tubuhku diatas kasur untuk melepaskan kepenatan selama perjalanan yang cukup jauh. Suasana kamar ini membuat aku kangen dan apalagi masakan mama yang membuat aku selalu ingin pulang.
“Diva...dah selesai belum mandinya ? Buruan ?” kataku
“ya...bentar lagi”katanya. Sambil nunggu Diva mandi, aku ngobrol-ngobrol sama mama. Kangen banget sama mama. Aku cerita semua tentang kerjaanku sekarang ini.dan sedikit-sedikit mama memberi nasehat sama aku.
“Ren...ada telphon ni...” kata Diva rupanya dia sudah selesai mandi.
“Tapi cuma miss call doang sih..kayaknya dari Reza deh” kata Diva.
“Reza...sianak belagu itu?” kataku.
“Kelihatannya kamu ini sebel banget sama si Reza, kalau ketemu nggak pernah deh yang namanya rukun, pasti berantem melulu”kata Diva
“Dia itu selalu bikin aku keki tau nggak, nggak pernah bikin aku seneng sedikit. Dia itu nggak pernah menghargai orang. Dan yang bikin aku sebel lagi. Kemarin waktu di lokasi ada anak kecil lagi ngamen, dia bentak anak itu. Disuruhnya pergi. Boro-boro dikasih uang, dimaki iya. Kasihan kan Div...nggak pernah hidup susah kali ya tu anak” jelasku pada Diva.
“Tapi kenapa coba dia telphon kamu ? Coba deh kamu telphon balik ?” saran Diva padaku. “ Ogah” jawabku singkat. “ Tuh kan...kamu itu kalau benci sama seseorang jangan berlebih..ntar bisa-bisa jadi jatuh cinta lo..”lanjut Diva.
“Nggak..aku nggak mau jatuh cinta sama orang yang salah” kataku
“Maksud kamu ?” tanya Diva
“Aku nggak mau jatuh cinta sama orang tidak cinta sama aku. Aku takut sakit, kecewa, dan takut jatuh” jawabku.
“Seandainya..ni ya...kalau Reza suka kamu, kamu terima nggak ?” tanya Diva.
“Ah…nggak tahulah…ngomongin dia melulu yang lain kenapa sih..”jawabku
Belum selesai obrolanku sama Diva, tiba-tiba ada sms di Hpku. Langsung disambar sama Diva.
“Ni…dari Reza lagi…Lagi ngapain ? sudah makan belum?” dibacanya sms itu.
“Mana coba”aku buruan merebut Hpku dari tangan Diva.
“Eh…kayaknya Reza mulai berubah lo…dia mulai perhatian sama kamu Ren…”katanya
“Ah..bodo ah….emang si…akhir2 ini dia sering kirim sms kayak gini. Tapi ah…biasa ajalah” jawabku.
“Hmmm…pasti ntar lama-lama kamu jatuh cinta sama dia” ledek Diva.
Itulah kedekatanku dengan Diva dan masih banyak lagi kehebohan-kehebohan yang kami lakukan bersama yang semua itu tinggal kenangan belaka. Sekarang dia meninggalkan aku untuk selamanya setelah kecelakaan yang merenggut jiwanya.
Beberapa hari sebelum kecelakaan itu, dia datang ke tempat kostku dan membawa barang-barang kesayangannya.
“Rena, aku nitip barang-barangku ini dikamar kostmu ya…soalnya dikamar aku sudah nggak muat”, katanya suatu ketika.
“ kalau dikamarmu sudah nggak muat apalagi dikamarku Div”jawabku.
“Ya…ntar kalau aku dah beli tempat yang lebih luas, aku ambil lagi. Siapa tahu ini semua bisa menjadi kenang-kenangan buat kamu.” Katanya. Semua kata-kata Diva itu nggak aku perhatikan sama sekali.
“Ya…dah taruh dipojok situ ”suruhku padanya. Divapun menaruh satu box barangnya disudut ruangan. Ku buka isi box itu, sekilas ku lihat ada banyak boneka, kotak musik dan masih banyak lagi.
“Dari semua barang ini yang paling kusuka adalah boneka beruang biru ini Ren, lucu kan ? Kalau kamu peluk boneka ini pasti kamu akan selalu ingat dan kangen sama aku percaya deh” katanya padaku. Aku hanya mengangguk-angguk nggak pernah memperdulikan omongan Diva.
Keesokan harinya seperti biasa aku berangkat syuting, karena kontrak kerjaku dengan rumah produksi belum selesai. Sambil menunggu pemain yang lainnya, aku baca-baca dialog. Tiba-tiba Reza duduk menghampiriku.
“Hey…sendirian saja?” tanyanya
“Emangnya kamu lihat aku sama siapa ?” tanyaku ketus.
“Kok jawabnya ketus banget begitu sih? Katanya.
“Iya…kan yang ngajari kan kamu,” jawabku
“Aku..???”tanyanya tak mengerti
“Iya…selama ini kamu selalu angkuh, kamu jutek dan banyak banget yang bikin aku sebel” kataku.
“Ya…kalau memang selama ini kamu nggak suka sama sikap aku…aku minta maaf deh” katanya. Maaf ????? tumben banget dia mau minta maaf…pikirku dalam hati.
“Ada perlu apa nggak ada angin nggak ada hujan kok tiba-tiba minta maaf ?” selidiku.
“Ya…minta maaf saja…masak nggak boleh minta maaf” katanya. Belum selesai aku ngobrol sama Reza, tiba- tiba Diva telphon.
“Ren…hari ini bisa anterin aku nggak ke mall ? Aku mau cari sesuatu nih.
“Sayang…aku ni lagi syuting…jadi nggak bisa” jawabku.
“Habis syuting mtar aku jemput” paksanya.
“Okey deh…apa sih yang nggak buat kamu ?” jawabku.
“Hmmm..tadi Diva ya ? “ tanya Reza menghampiriku
“Iya” jawabku singkat.
“kamu akrab banget ya sama dia” katanya
“ya karena pertama kali aku di Jakarta ini nggak ada yang perhatian sama aku kecuali Diva. Terlebih cowok sombong kaya kamu” jawabku.
“Tadi aku kan udah minta maaf…clear ya kita damai sekarang” pintanya.
Aku tatap matanya sungguh-sungguh, akupun mengangguk dan tersenyum. Dan saat kutatap matanya kebencian yang selama ini ada dihatiku tiba-tiba saja luntur. Hatiku merasa damai saat menatap matanya. Ya….Tuhan….nggak …aku nggak mau jatuh cinta sama dia….aku nggak mau kecewa yang kesekian kalinya, aku nggak mau sakit Tuhan…aku harus menghindari semua ini.
“Dinn….din..” suara klakson mobil berbunyi. Mobil Diva sudah ada tepat dibelakangku. “Sudah selesai belum syutingnya ???”teriaknya dari dalam mobil.
“Tunggu bentar lagi” teriakku pula. Dari kejauhan sutradara sudah memberi aba-aba untuk memulai syuting kembali. Kutinggalkan Diva sambil memberi kode padanya untuk tunggu sebentar.
Setelah syuting selesai, segera kukemasi barangku, dan langsung masuk ke mobil Diva.
“Ada apa si Non ? tanyaku pada Diva
“Pengen cari pernak-pernik saja…nggak enak longak-longok sendirian” jawabnya.
“Hmmm….emang sih kalau sehari nggak ketemu sama aku gimanaaaaa gitu “ candaku padanya.
“Hmmm ke GR-an” katanya mengelak. Kamipun tertawa bersama-sama.
“ Eh..Div…tadi si Reza tiba-tiba minta maaf gitu ke aku. Nggak seperti biasa deh, biasanya itu sikapnya bikin aku sebel. Ini nggak tuh…sudah insaf kali ya..”kataku
“Jadiii…ceritanya kamu dah baikan gitu sama dia?” tanyanya.
“ya…gitu deh..”jawabku.
“Alaaahh…paling- paling besuk juga kaya tikus sama kucing lagi. Kalian itu nggak seru kalau nggak berantem. Tapiii…..biasanya nih kalau disinetron-sinetron kalau berantem terus buntut-buntutnya jadi suka” katanya sambil melirikku.
“Apaan…kan aku dah bilang aku nggak mau jatuh cinta sama orang yang salah. Aku pengen jatuh cinta sama orang yang benar-benar tulus cinta sama aku, nggak main-main, yang baik untuk aku dan kehidupannku kelak. Karena sudah nggak waktunya aku pacar-pacaran” jelasku.
“Kalau seandainya Reza suka ke kamu, kamu nggak nolak kan ?” candanya sambil melirikku.
“Apa sih ? dari tadi ngomongin dia melulu”, kataku. “Aku tahu kamu tuh sebenarnya suka sama dia…Cuma kamu malu-malu gitu sih…” katanya sambil ketawa..
“Nggak aku tuh masih ingat kata-katanya Reza yang bikin aku sakit banget…dia menghina bolu pisangku. Katanya makanan seperti itu nggak level buat dia. Sebel banget kan ?” kataku.
“Tapi sekarang kan kamu dan dia sudah baikan, jadi nggak ada yang sakit lagi dong..”canda Diva.
Akhirnya mobil yang kami tumpangi sudah sampai di depan mall yang kami tuju. Setelah mobil diparkir, kami segera turun dan buruan masuk ke dalam mall. Setelah kami jalan putar-putar dan Diva sudah mendapatkan apa yang dia cari, akupun begitu, kami memutuskan untuk pulang. Tapi sebelum pulang, matanya Diva tiba –tiba tertuju pada kebaya yang terpajang pada sebuah showroom.
“Ren…ren…kebaya ini bagus banget ya…”katanya
“Iya…bagus”, Jawabku asal saja.
“Kalau kamu yang pakai pasti kamu kelihatan cantik”katanya lagi
“Ya pastilah…kan dah dari sononya cantik” jawabku bangga.
“Eh…ni serius ni…aku beliian buat kamu ya..kalau kamu nikah ntar kamu pakai kebaya ini” katanya
Spontan saja mataku terbelalak mendengar ucapannya barusan.
“Apa ??? kamu nggak ngigau kan ? aku belum mau nikah Diva…calon aja belum ada” jawabku kaget.
“Iya tapi suatu saat nanti kamu pasti kan nikah….anggap saja ini sebagai hadiah pernikahan dari aku, OK ?” desaknya padaku
“Kamu aneh banget deh…aku belum mau nikah”, kataku ngotot.
“Udah…”Diva menarik tanganku. Buru-buru dia sambar kebaya yang dipajang dan dibayarnya dikasir.
“Tapi…Div….aku mau nikah sama siapa ?”tanyaku masih tak mengerti maksud Diva.
“Dengan siapapun dan kapanpun kamu nikah, kamu pasti cantik dengan kebaya ini”, kata Diva.
Setelah urusan belanja selesai, kami berdua segera meninggalkan pusat perbelanjaan. Aku belum juga menyadari kalau kebersamaanku dengan Diva kali ini adalah kebersamaan yang terakhir. Begitu mobil keluar dari halaman mall, tanpa kami ketahui dari arah sebelah kanan ada mobil box yang melaju cukup kencang dan menghantam mobil yang kami tumpangi.
“Braaaakkk…..dooorrrr….” seketika aku tidak ingat apa-apa waktu itu. Yang kurasa saat itu adalah tubuhku seperti terbentur keras, melayang dan tiba-tiba saja gelap aku sudah tidak tahu apa-apa. Dalam ketidak sadaranku aku seperti mimpi. Ada seberkas sinar putih didepanku. Disebelah sinar itu Diva…dia menatapku sambil tersenyum. Dia berkata “Ren, kamu masih punya banyak kesempatan, pergunakan kesempatanmu ini sebaik-baiknya ya…suatu saat cinta dan kebahagiaan akan kamu temui. Aku hanya mohon doamu untukku ya…” katanya sambil melambaikan tangan. Aku bingung ada apa ini ? Aku panggil Diva, dia sudah pergi bersama sinar yang menemaninya.
Sayup-sayup terdengar suara lembut seorang wanita membacakan ayat-ayat suci. Hatiku terasa tenang dan sejuk. Pelan kubuka mataku, terlihat disebelahku mama dengan berurai air mata beliau membacakan ayat-ayat suci itu. “Ya Tuhan…apa yang terjadi dengan ku?” tanyaku dalam hati.
“Mama…” ucapku lirih.
“Alhamdulillah…sayangku…kamu sudah sadar nak…”kata mama sambil menciumi keningku.
“Ada apa ini Ma ? Kenapa aku Ma ?” masih banyak sekali pertanyaan yang ingin aku tanyakan pada mama. Dengan pelan mama menceritakan semua yang terjadi. Aku mengalami kecelakaan dan aku sempat tidak sadarkan diri selama 4 jam. Benturan yang keras membuat tulang kaki sebelah kiriku patah. Dan aku harus operasi. Ternyata ketidaksadaranku selama operasi membawaku bermimpi ketemu Diva.
“Dimana Diva Ma ? Bagaimana keadaannya ?” tanyaku pada mama. Mama tidak menjawab, mama hanya bisa menangis. Kuceritakan mimpiku bertemu Diva pada mama. Akhirnya mama bercerita kalau Diva tidak tertolong. Mendengar penjelasan mama aku langsung syok, kaget dan sedih yang sangat luar biasa.
“Nggak mungkin ma….Diva belum mati…Diva masih ada..maa…”aku teriak histeris. Bagaimana mungkin teman, sahabat yang selalu menemaniku, tempat berbagi cerita suka dan duka, kini telah tiada. Tidak ada lagi tawa yang aku dengar dari suaranya lagi…semua akan terasa sepi.
“Ma…bawa aku menemui jenazahnya Diva ma…”pintaku pada mama.
“Tapi kamu baru saja operasi, kondisimu belum stabil” bujuk mama.
“Tapi aku ingin memberi penghormatan yang terakhir buat Diva ma…aku sayang sama dia ma..”tangisku pada mama.
“Tolong dokter” pintaku pada dokter yang ada disampingku. Akhirnya dokterpun merasa iba padaku, dokterpun memperbolehkanku kepemakaman Diva dengan bantuan kursi roda dan seorang perawat.
Dalam perjalanan ke rumah duka aku tak henti-hentinya menangis. Teringat semua kenanganku bersama dia yang semua itu terasa singkat bagiku. Sangat berat hatiku dengan semua ini. Meskipun dia hanya seorang sahabat, tapi kehadirannya dalam hidupku sangat berarti. Dia adalah teman dalam suka dan duka.
Terlihat bendera kuning berkibar di halaman rumah, puluhan pelayatpun berdatangan. Aku sudah tak kuat lagi menahan tangisku. Kupeluk dan kucium mamanya Diva yang sudah kuanggap mama sendiri.
“Tante…Diva…” Aku tak kuasa lagi. Aku langsung menangis begitu melihat jenazah Diva ada dalam peti. “Ya…Allah …ya Tuhan mengapa semua ini begitu cepat ? Kebersamaanku bersama sahabatku terasa sangat singkat” tangisku sambil memeluk peti jenazah. Tangan mama terasa memelukku dari belakang.
“Sayang….ikhlaskan ya…semuanya milik Tuhan”kata mama.
Aku mengangguk dan tak lama kemudian jenazah segera dikebumikan.
Setelah kejadian itu aku harus vacum dari kesibukkanku, karena aku harus melakukan pengobatan pasca operasi. Akhirnya aku dibawa mama ke Bandung untuk melakukan terapi agar cepat sembuh. Selama 1 bulan dengan tidak ada kesibukkan, dan tidak ada teman yang menghiburku sangat mebuatku jenuh. Ternyata sangat menyedihkan ditinggal oleh seorang yang disayangi meskipun hanya sebagai sahabat. Boneka beruang biru pemberian Diva ini yang selalu aku ajak ngobrol, sebagai teman jika aku butuh teman untuk cerita.
Danau ini adalah tempat faforit kami jika Diva ikut aku pulang ke Bandung. Di sini kami sering main di perahu kecil.
“Diantara kita berdua nanti siapa dulu ya yang akan menikah ? “kata Diva waktu itu. Terus kalau kita sudah nikah nanti kita masih bersama-sama seperti ini lagi nggak ya ? Pasti aku akan kangen sama kamu. Dan yang paling kangen pasti kamu.” Candanya waktu itu. Dan semua itu membuat aku kangen sama dia ya Tuhan….
Belum selesai aku mengenang kebersamaanku dengan Diva, dari arah belakang ada yang menepuk pundakku.
“Renata !! “panggilnya.
“Reza..” kataku tak percaya kalau yang datang adalah Reza. Darimana kamu tahu aku disini?” tanyanku
“Mama kamu bilang kamu sering ke danau ini” jawabnya.
“Ya…tempat ini adalah kenanganku bersama Diva. Kami sering main di sini. Dan aku nggak bisa melupakannya begitu saja”Kataku.
“Ya…aku tahu kamu sangat dekat dan sayang sama Diva, tapi kamu nggak boleh larut dalam kesedihan ya…Diva disana bisa melihatmu. Diva akan senang jika kamu kembali ceria dan kembali berkarya lagi seperti dulu. Jika kamu sembuh nanti aku ingin kamu kembali shuting lagi. Kamu tahu nggak para kru pada kangen dengan bolu pisang. Di lokasi nggak ada yang bawa bolu pisang, makanannya itu-itu melulu bosen” ceritanya.
“Hmmm…bukannya kamu nggak doyan bolu pisang bikinan mamaku, nggak level katamu” kataku.
“He…he…he…waktu itu aku belum ngerasain, tapi setelah coba cicipin, enak juga” katanya.
“Kapan kamu cicipi bolu pisang aku?”tanyaku
“Waktu dilokasi Diva memberi sepotong buatku, awalnya si aku nggak mau, tapi setelah dipaksa ternyata enak dan bikin ketagihan” jawabnya
“Hmm…ngrayuuu..”kataku senang.
“Aku nggak bisa ngrayu, aku bilang apa adanya…daaannn…aku juga mau bilang apa adanya kalau aku suka…..sama…..kaaaamuu” katanya.
“Apa Za ? nggak salah kamu ngomong ? Kamu lihat sekarang aku gimana ? Aku sudah nggak sesempurna dulu lagi, jalanku sudah nggak sempurna,” kataku. Ya…akibat kecelakaan itu jalanku jadi nggak seanggun dulu lagi.
“Aku nggak mau kamu menyesal nantinya Za…aku nggak mau kamu malu..” kataku.
“Renata, aku banyak belajar dari kamu. Kamu yang mengajari aku tentang kesederhanaan, kamu yang mengajariku menghargai orang lain. Kamu tahu kan Ren, di dunia ini tidak ada yang sempurna, banyak diluar sana anak-anak yang jauh mengalami kekurangan dari kamu, tapi mereka masih punya rasa percaya diri. Aku suka kamu dengan segala apa adamu Renata” Kata Reza sambil memeluk erat tubuhku. Dan aku nggak bisa menolak karena dari dulu aku juga suka sama dia.
Satu tahun aku menjalin hubungan dengan Reza, akhirnya kami memutuskan untuk menikah. Dalam pernikahan itu aku memakai kebaya yang dibelikan Diva sesaat sebelum ajal memanggilnya. Aku bisa merasakan kehadirannya ditengah-tengah suasana pesta. Aku yakin dia ada dan melihat aku bahagia. Kamu selalu ada untukku Div….meskipun kamu telah pergi untuk selamanya. Kenanganmu dan kebersamaan kita selalu ada dihatiku. Aku sangat sayang kamu
“Maaf pak benar ini Dinar Production ?” tanyaku pada seorang satpam.
“Oh ya mbak, ada perlu apa ?” tanya satpam itu balik.
“e...ini saya dapat panggilan untuk ikut casting film..disebelah mana ya pak” tanyaku.
“O..mbak masuk lewat sini saja. Na...disitu ada ruangan mbak masuk saja” kata satpam itu.
“Ya..sudah terima kasih ya pak” kataku pada satpam itu. Kuikuti arah yang ditunjuk oleh satpam itu. Aku masuk ruangan disitu banyak sekali peserta yang antri. Sambil menunggu giliran, aku buka bekal yang aku bawa dari Bandung. Hmmmm....bolu pisang...enak banget, lembut dan wangi. Bolu ini kue andalan di toko kue mama. Di Bandung mama punya toko kue. Disitu tersedia berbagai macam kue termasuk bolu pisang ini.
Satu persatu peserta keluar dari ruangan. Dan tiba-tiba terdengar namaku dipanggil.
“Renata Wijaya”.
“Eh..ya” Jawabku tersentak kaget.
“Ehmm bapak memanggil saya ?”tanyaku pada laki-laki dengan mulut yang masih penuh dengan makanan. Pria itu tidak menjawab dia hanya menatapku dengan pandangan kesal terhadapku.
“Eh...maaf pak” kataku sambil menelan makanan dan segera menyambar segelas air putih yang ada di meja sebelahku yang aku sendiri nggak tahu minuman siapa.
“Diva....diva....”panggilnya pada seseorang.
“Ya Om...”jawab perempuan itu.
Keluar perempuan cantik dengan rambut sebahu. Oh....My God..itu kan Nadiva Ratna pemain sinetron yang terkenal itu.
“Tolong urus ini dari tadi nggak ada yang bener sama sekali.
“Tapi saya kan pemain om bukan bagian casting”
“Hah...tolong urus..saya sudah capek dari tadi nggak ada satupun yang beres” jawab laki-laki itu yang ternyata seorang sutradara.
“Hey...siapa namamu?” tanyanya ramah
“Saya Renata mbak” jawabku
“Mbak Nadiva Ratna yang sering nongol di TV itu ya...”lanjutku. Dia hanya tersenyum.
“Dalam peran ini jika kamu lolos kamu akan berperan sebagai gadis buta yang putus asa dan mencoba untuk bunuh diri, kemudian datang seorang cowok yanng menyelamatkanmu. Coba baca dialog ini, hayati, bayangkan kamu benar-benar buta, kamu menangis dan putus asa.
“baik mbak..” jawabku.
“nanti kalau ada aba-aba action, kamu mulai acting ya..” jelasnya
“Yup...”jawabku
Dari dulu aku memang suka akting, ya kali aja aku bisa mengembangkan bakatku meskipun ortuku nggak setuju.
“OK Rena siap action..” teriak sutradara. Dengan modal percaya diri, akupun mulai berakting sesuai dengan kemampuanku.
“ Cut...sip adegan lainnya”kata sutradara. Aku coba adegan yang diminta sutradara. Demikian terus sampai casting selesai.
“Rena, menurut aku akting kamu lumayan bagus, yapi ketentuan lolos tidaknya tunggu 3 hari lagi ya....” kata Diva menghampiriku.
“ Ok mbak Diva,” jawabku. “Panggil saja Diva” jawabnya.
“Ok Diva”,ulangku.
3 hari lagi berarti aku harus balik ke Bandung. Nggak mungkin aku nginep di Jakarta, karena di Jakarta ini aku nggak punya tempat untuk beristirahat. Akhirnya aku putuskan untuk kembali ke Bandung, sambil menunggu hasil cassting kemarin, seperti biasa aku bantu-bantu mama untuk membuat kue. Mama adalah seorang single parent. Sejak sepeninggal papa, mama harus berjuang sendirian untuk menghidupi kebutuhan kami. Dari mama berdagang kue kecil-kecilan, sampai akhirnya mama bisa buka toko kue sendiri di rumah.
“Ren..bagaimana casting kamu kemarin?” tanya mama padaku sambil membuat adonan kue.
“Castingnya asyik ma..aku ketemu sama Nadiva Ratna arits terkenal itu, tapi masih nunggu pangilan selanjutnya lagi”jawabku sambil terus mengaduk telur.
“Sebenarnya mama itu nggak suka jika kamu main film. Kamu sendiri tahu kan, artis itu banyak digosipkan macam-maacam, banyak sisi negatifnya”, kata mama padaku.
“Rena tahu ma, tapi menurut Rena semua itu kan tergantung pribadi masing-masing kan. Rena janji deh..kalau sudah jadi artis nanti, Rena akan tetap menjadi Rena yang dulu, Rena yang sederhana, yang selalu apa adanya. Lagian belum tentu kan Rena lolos casting. Orang yang ikutan casting banyak banget”, jawabku. Lagi enak-enaknya bantuin mama, tiba-tiba handphone berbunyi. Buru-buru adonan ku serahkan ke Bik Minah pembantuku.
“Hallo...”jawabku
“Ini betul Renata Wijaya” terdengar suara dari seberang sana.
“Yup betul...”jawabku.
“Apa besok pagi mbak ? Okey deh mbak besok saya akan segera datang. Terima kasih mbak?” Aku lonjak kegirangan
“Mamaaaaaa !!!! besok ada panggilan casting lagi maaaa....”teriakku girang sambil mencium pipi mama. Mama hanya bisa geleng-geleng melihat tingkahku.
Aku segera bergegas mempersiapkan segala keperluanku untuk casting besuk pagi. Akting adalah hobbyku sejak kecil. Banyak sekali kejuaraan yang aku peroleh sejak masih sekolah dulu, kejuaraan baca puisi, teater, pementasan drama di sekolah. Ya..kali aja ini langkahku untuk menuju kesuksesan.
Pagi mulai menyingsing, hari yang kutunggu-tunggu telah tiba. Hari ini adalah penentuan hasil casting kemarin
“Ma...Rena berangkat dulu ya” kucium tangan mama meminta restu.
“Ren...ini bawa bolu pisangnya buat bekal” kata mama sambil menyodorkan bolu pisang yang sudah disiapkan mama.
“Ya mam...da..da...da..” kuterima bolu pisang kumasukkan dalam tas dan aku segera berangkat. Aku nggak mau ketinggalan kesempatan emas ini. Aku ingin tunjukkan kesemua orang kalau aku mampu.
Perjalanan dari Bandung ke Jakarta cukup jauh, makanya aku berangkat pagi-pagi benar agar sampai tepat waktu. Setelah tiba dilokasi, kulihat sudah banyak orang disana. Terlihat sutradara yang baru kutahu namanya adalah Puguh Dewantoro, dan Diva juga terlihat disana.
“”Hey...”sapa Diva Padaku.
“Hey juga sudah lama?” tanyaku basa-basi.
“Lumayan” jawabnya.
“Renata dari hasil casting kamu kemarin, saya lihat cukup bagus, dan saya kira kamu cocok memerankan tokoh Ranti di film ini” Kata Sutradara.
“Serius Pak?” Tanyaku nggak percaya.
“Kamu jangan senang dulu. Kalau akting kamu nanti nggak bagus , saya akan ganti kamu dengan pemain yang lain.” Kata Pak Puguh padaku.
“Ya..Pak saya akan berusaha”jawabku senang.
“OK...siap semua ? teriak sang sutradara.
“Tunggu Boss, Reza belum datang bos, “kata salah seorang kru.
“Halah...kapan kelarnya kalau begini terus. Ya sudah tunggu sebentar lagi” katanya.
Sambil menunggu, aku coba baca skrip dan aku hafalkan dialognya. Sekali-kali aku tanya ke Diva apabila ada yang aku nggak ngerti.
“Div, Reza Anggara itu siapa si?” tanyaku
“Dia itu model dan pemain sinetron. Banyak sinetronnya di Tv kamu jarang nonton ya,” jelasnya padaku. “Nggak juga si..orangnya aja kali ya yang nggak ngetop kaya kamu. Butkinya aku tahu kamu, jawabku sekenanya.
“Oh ya...cobain ni...mau..?” Aku menawari bolu pisang ke Diva.
“Apa nih ?” tanyanya.
“Ini bolu pisang, istilah kerennya banana cake”jawabku.
“Ok...aku cobain ya...hmm...enak, lembut. Bikin sendiri?” tanyanya.
“Yup...mamaku punya toko kue di Bandung. Kapan-kapan main ke Bandung. Di sana entar kamu bisa cobain semua kue buatan mamaku gratiiiissss...”kataku. ternyata Diva itu orangnya enak diajak ngobrol, dan bolu pisang ini membuat hubunganku dengan Diva menjadi semakin dekat. Lagi asyik-asyiknya kami berdua ngobrol, meluncur mobil mewah memasuki lokasi syuting. Kuamati sosok yang baru turun dari mobil mewah itu. Dari kejauhan tampak fisik yang tegap, kulit putih, dengan kaca mata hitam terpasang di matanya.
“Reza...panggil pak Puguh. “O...jadi ini Reza Anggara ” gumamku dalam hati.
“Ini lawan main kamu, pemain baru Renata namanya” kata pak Puguh memperkenalkan aku pada Reza. Cowok yang dipanggil Reza itu membuka kaca matanya dan aku mengulurkan tanganku untuk memberikan salam padanya.
“Renata Wijaya” kataku sambil mengulurkan tangan.
“Reza” jawabnya dengan angkuh. Tanpa basa-basi dia langsung pergi begitu saja.
“Menyebalkan banget sih.....mentang-mentang sudah ngetop belagu banget” gerutuku.
“Heh...kenapa” tanya Diva menghampiriku.
“Tuh orang belagu banget , masak nggak ada basa-basinya sama sekali. Menyebalkan banget” jawabku.
“Udah biarin aja, dia memang begitu. Tapi kalau sudah kenal orangnya baik kok. Kamu kan belum kenal sama dia. Ingat kamu harus profesional. Dia itu lawan main kamu. Emosinya ditahan ya” jelas Diva.
“OK deh thanks ya udah ingetin aku” kataku pada Diva.
Pak Puguh mengarahkan kami berdua lebih tepatnya aku dan Reza. Adegan demi adegan berhasilkan aku mainkan. Tapi tiba-tiba ditengah kami sedang beradegan tiba-tiba “Cuuutt!!!!” teriak Sutradara. “Rena...disini kamu kurang menjiwai ! Reza kamu ajari Renata, dia pemain baru masih perlu banyak belajar dari kamu. Sekarang Break dulu, shuting dilanjutkan besuk pagi.” Kata pak Puguh.
Hari-hari pertama aku shuting membuat aku benar-benar sibuk dan capek yang luar biasa. Tapi semua itu adalah kemauanku. Aku nggak mau setengah-setengah, aku harus sungguh – sungguh dalam menjalankan semua ini. Bolak-balik Jakarta Bandung, membuat badan terasa pegal juga. Maka akhirnya aku putuskan untuk mencari tempat kost yang sederhana. Dalam pencarian tempat kostpun Diva turut berperan. Sebelum aku dapat tempat kost, aku menumpang dirumah Diva beberapa hari. Di Jakarta ini aku banyak belajar dari dia. Dari situlah kami menjadi dekat dan akrab. Nggak di tempat kerja, diluar tempat kerjapun kami sangat kompak. Semua yang aku alami pasti cerita ke Diva, begitupun dia. Setiap weekend kalau aku nggak pulang ke Bandung dan nggak ada acara, aku nginep di rumah Diva. Begitu pula Diva dia ikut ke Bandung jika aku pulang ke Bandung. Kangen sama bolu pisangnya mama katanya. Seperti hari ini, saat aku lagi packing baju mau pulang ke Bandung, tiba-tiba dia nongol.
“Hey... mau kemana ? Packing baju segala. Mau Ke Bandung ? ikut dong” cerocosnya. “Kalau tanya satu-satu dong Neng. Iya aku mau ke Bandung sekarang, kalau mau ikut buruan. kamu udah bilang sama mama kamu?” tanyaku.
“Iya habis ini ke rumah aku dulu, ambil baju, trus bilang ke mama”.
“ya udah yuk berangkat sekarang”
Kami berdua berangkat ke rumah Diva terlebih dulu, baru kemudian berangkat ke Bandung. Aku beruntung di Jakarta yang terkenal kejam, bisa bertemu dengan Diva yang banyak membantuku dalah segala hal. Dan aku sangat menyayangi dia seperti saudaraku sendiri.
“mamaaaaa....aku pulang maaa...” teriakku sesampainya di halaman rumah.
“Rena...”Mama menyambut kedatanganku dengan suka cita.
“Ini Diva Ma..”aku memperkenalkan Diva pada mama.
“Diva Tante” kata diva memberi salam pada mama.
“iya ..ya ayukk masuk..masuk. Ini tante baru sibuk di dapur”
“Bikin bolu pisang ya tante” tanya Diva
“kok tahu” mama balik bertanya
“Iya...Rena kan pernah bawa ke Jakarta tante...enak lo...makanya saya ikut ke sini pengen belajar sama tante” rayu Diva.
“Iya nanti tante ajarin ya....sekarang kalian mandi, istirahat dulu” kata mama.
“Ok mam..” jawabku sambil menuju ke kamar.
Kurebahkan tubuhku diatas kasur untuk melepaskan kepenatan selama perjalanan yang cukup jauh. Suasana kamar ini membuat aku kangen dan apalagi masakan mama yang membuat aku selalu ingin pulang.
“Diva...dah selesai belum mandinya ? Buruan ?” kataku
“ya...bentar lagi”katanya. Sambil nunggu Diva mandi, aku ngobrol-ngobrol sama mama. Kangen banget sama mama. Aku cerita semua tentang kerjaanku sekarang ini.dan sedikit-sedikit mama memberi nasehat sama aku.
“Ren...ada telphon ni...” kata Diva rupanya dia sudah selesai mandi.
“Tapi cuma miss call doang sih..kayaknya dari Reza deh” kata Diva.
“Reza...sianak belagu itu?” kataku.
“Kelihatannya kamu ini sebel banget sama si Reza, kalau ketemu nggak pernah deh yang namanya rukun, pasti berantem melulu”kata Diva
“Dia itu selalu bikin aku keki tau nggak, nggak pernah bikin aku seneng sedikit. Dia itu nggak pernah menghargai orang. Dan yang bikin aku sebel lagi. Kemarin waktu di lokasi ada anak kecil lagi ngamen, dia bentak anak itu. Disuruhnya pergi. Boro-boro dikasih uang, dimaki iya. Kasihan kan Div...nggak pernah hidup susah kali ya tu anak” jelasku pada Diva.
“Tapi kenapa coba dia telphon kamu ? Coba deh kamu telphon balik ?” saran Diva padaku. “ Ogah” jawabku singkat. “ Tuh kan...kamu itu kalau benci sama seseorang jangan berlebih..ntar bisa-bisa jadi jatuh cinta lo..”lanjut Diva.
“Nggak..aku nggak mau jatuh cinta sama orang yang salah” kataku
“Maksud kamu ?” tanya Diva
“Aku nggak mau jatuh cinta sama orang tidak cinta sama aku. Aku takut sakit, kecewa, dan takut jatuh” jawabku.
“Seandainya..ni ya...kalau Reza suka kamu, kamu terima nggak ?” tanya Diva.
“Ah…nggak tahulah…ngomongin dia melulu yang lain kenapa sih..”jawabku
Belum selesai obrolanku sama Diva, tiba-tiba ada sms di Hpku. Langsung disambar sama Diva.
“Ni…dari Reza lagi…Lagi ngapain ? sudah makan belum?” dibacanya sms itu.
“Mana coba”aku buruan merebut Hpku dari tangan Diva.
“Eh…kayaknya Reza mulai berubah lo…dia mulai perhatian sama kamu Ren…”katanya
“Ah..bodo ah….emang si…akhir2 ini dia sering kirim sms kayak gini. Tapi ah…biasa ajalah” jawabku.
“Hmmm…pasti ntar lama-lama kamu jatuh cinta sama dia” ledek Diva.
Itulah kedekatanku dengan Diva dan masih banyak lagi kehebohan-kehebohan yang kami lakukan bersama yang semua itu tinggal kenangan belaka. Sekarang dia meninggalkan aku untuk selamanya setelah kecelakaan yang merenggut jiwanya.
Beberapa hari sebelum kecelakaan itu, dia datang ke tempat kostku dan membawa barang-barang kesayangannya.
“Rena, aku nitip barang-barangku ini dikamar kostmu ya…soalnya dikamar aku sudah nggak muat”, katanya suatu ketika.
“ kalau dikamarmu sudah nggak muat apalagi dikamarku Div”jawabku.
“Ya…ntar kalau aku dah beli tempat yang lebih luas, aku ambil lagi. Siapa tahu ini semua bisa menjadi kenang-kenangan buat kamu.” Katanya. Semua kata-kata Diva itu nggak aku perhatikan sama sekali.
“Ya…dah taruh dipojok situ ”suruhku padanya. Divapun menaruh satu box barangnya disudut ruangan. Ku buka isi box itu, sekilas ku lihat ada banyak boneka, kotak musik dan masih banyak lagi.
“Dari semua barang ini yang paling kusuka adalah boneka beruang biru ini Ren, lucu kan ? Kalau kamu peluk boneka ini pasti kamu akan selalu ingat dan kangen sama aku percaya deh” katanya padaku. Aku hanya mengangguk-angguk nggak pernah memperdulikan omongan Diva.
Keesokan harinya seperti biasa aku berangkat syuting, karena kontrak kerjaku dengan rumah produksi belum selesai. Sambil menunggu pemain yang lainnya, aku baca-baca dialog. Tiba-tiba Reza duduk menghampiriku.
“Hey…sendirian saja?” tanyanya
“Emangnya kamu lihat aku sama siapa ?” tanyaku ketus.
“Kok jawabnya ketus banget begitu sih? Katanya.
“Iya…kan yang ngajari kan kamu,” jawabku
“Aku..???”tanyanya tak mengerti
“Iya…selama ini kamu selalu angkuh, kamu jutek dan banyak banget yang bikin aku sebel” kataku.
“Ya…kalau memang selama ini kamu nggak suka sama sikap aku…aku minta maaf deh” katanya. Maaf ????? tumben banget dia mau minta maaf…pikirku dalam hati.
“Ada perlu apa nggak ada angin nggak ada hujan kok tiba-tiba minta maaf ?” selidiku.
“Ya…minta maaf saja…masak nggak boleh minta maaf” katanya. Belum selesai aku ngobrol sama Reza, tiba- tiba Diva telphon.
“Ren…hari ini bisa anterin aku nggak ke mall ? Aku mau cari sesuatu nih.
“Sayang…aku ni lagi syuting…jadi nggak bisa” jawabku.
“Habis syuting mtar aku jemput” paksanya.
“Okey deh…apa sih yang nggak buat kamu ?” jawabku.
“Hmmm..tadi Diva ya ? “ tanya Reza menghampiriku
“Iya” jawabku singkat.
“kamu akrab banget ya sama dia” katanya
“ya karena pertama kali aku di Jakarta ini nggak ada yang perhatian sama aku kecuali Diva. Terlebih cowok sombong kaya kamu” jawabku.
“Tadi aku kan udah minta maaf…clear ya kita damai sekarang” pintanya.
Aku tatap matanya sungguh-sungguh, akupun mengangguk dan tersenyum. Dan saat kutatap matanya kebencian yang selama ini ada dihatiku tiba-tiba saja luntur. Hatiku merasa damai saat menatap matanya. Ya….Tuhan….nggak …aku nggak mau jatuh cinta sama dia….aku nggak mau kecewa yang kesekian kalinya, aku nggak mau sakit Tuhan…aku harus menghindari semua ini.
“Dinn….din..” suara klakson mobil berbunyi. Mobil Diva sudah ada tepat dibelakangku. “Sudah selesai belum syutingnya ???”teriaknya dari dalam mobil.
“Tunggu bentar lagi” teriakku pula. Dari kejauhan sutradara sudah memberi aba-aba untuk memulai syuting kembali. Kutinggalkan Diva sambil memberi kode padanya untuk tunggu sebentar.
Setelah syuting selesai, segera kukemasi barangku, dan langsung masuk ke mobil Diva.
“Ada apa si Non ? tanyaku pada Diva
“Pengen cari pernak-pernik saja…nggak enak longak-longok sendirian” jawabnya.
“Hmmm….emang sih kalau sehari nggak ketemu sama aku gimanaaaaa gitu “ candaku padanya.
“Hmmm ke GR-an” katanya mengelak. Kamipun tertawa bersama-sama.
“ Eh..Div…tadi si Reza tiba-tiba minta maaf gitu ke aku. Nggak seperti biasa deh, biasanya itu sikapnya bikin aku sebel. Ini nggak tuh…sudah insaf kali ya..”kataku
“Jadiii…ceritanya kamu dah baikan gitu sama dia?” tanyanya.
“ya…gitu deh..”jawabku.
“Alaaahh…paling- paling besuk juga kaya tikus sama kucing lagi. Kalian itu nggak seru kalau nggak berantem. Tapiii…..biasanya nih kalau disinetron-sinetron kalau berantem terus buntut-buntutnya jadi suka” katanya sambil melirikku.
“Apaan…kan aku dah bilang aku nggak mau jatuh cinta sama orang yang salah. Aku pengen jatuh cinta sama orang yang benar-benar tulus cinta sama aku, nggak main-main, yang baik untuk aku dan kehidupannku kelak. Karena sudah nggak waktunya aku pacar-pacaran” jelasku.
“Kalau seandainya Reza suka ke kamu, kamu nggak nolak kan ?” candanya sambil melirikku.
“Apa sih ? dari tadi ngomongin dia melulu”, kataku. “Aku tahu kamu tuh sebenarnya suka sama dia…Cuma kamu malu-malu gitu sih…” katanya sambil ketawa..
“Nggak aku tuh masih ingat kata-katanya Reza yang bikin aku sakit banget…dia menghina bolu pisangku. Katanya makanan seperti itu nggak level buat dia. Sebel banget kan ?” kataku.
“Tapi sekarang kan kamu dan dia sudah baikan, jadi nggak ada yang sakit lagi dong..”canda Diva.
Akhirnya mobil yang kami tumpangi sudah sampai di depan mall yang kami tuju. Setelah mobil diparkir, kami segera turun dan buruan masuk ke dalam mall. Setelah kami jalan putar-putar dan Diva sudah mendapatkan apa yang dia cari, akupun begitu, kami memutuskan untuk pulang. Tapi sebelum pulang, matanya Diva tiba –tiba tertuju pada kebaya yang terpajang pada sebuah showroom.
“Ren…ren…kebaya ini bagus banget ya…”katanya
“Iya…bagus”, Jawabku asal saja.
“Kalau kamu yang pakai pasti kamu kelihatan cantik”katanya lagi
“Ya pastilah…kan dah dari sononya cantik” jawabku bangga.
“Eh…ni serius ni…aku beliian buat kamu ya..kalau kamu nikah ntar kamu pakai kebaya ini” katanya
Spontan saja mataku terbelalak mendengar ucapannya barusan.
“Apa ??? kamu nggak ngigau kan ? aku belum mau nikah Diva…calon aja belum ada” jawabku kaget.
“Iya tapi suatu saat nanti kamu pasti kan nikah….anggap saja ini sebagai hadiah pernikahan dari aku, OK ?” desaknya padaku
“Kamu aneh banget deh…aku belum mau nikah”, kataku ngotot.
“Udah…”Diva menarik tanganku. Buru-buru dia sambar kebaya yang dipajang dan dibayarnya dikasir.
“Tapi…Div….aku mau nikah sama siapa ?”tanyaku masih tak mengerti maksud Diva.
“Dengan siapapun dan kapanpun kamu nikah, kamu pasti cantik dengan kebaya ini”, kata Diva.
Setelah urusan belanja selesai, kami berdua segera meninggalkan pusat perbelanjaan. Aku belum juga menyadari kalau kebersamaanku dengan Diva kali ini adalah kebersamaan yang terakhir. Begitu mobil keluar dari halaman mall, tanpa kami ketahui dari arah sebelah kanan ada mobil box yang melaju cukup kencang dan menghantam mobil yang kami tumpangi.
“Braaaakkk…..dooorrrr….” seketika aku tidak ingat apa-apa waktu itu. Yang kurasa saat itu adalah tubuhku seperti terbentur keras, melayang dan tiba-tiba saja gelap aku sudah tidak tahu apa-apa. Dalam ketidak sadaranku aku seperti mimpi. Ada seberkas sinar putih didepanku. Disebelah sinar itu Diva…dia menatapku sambil tersenyum. Dia berkata “Ren, kamu masih punya banyak kesempatan, pergunakan kesempatanmu ini sebaik-baiknya ya…suatu saat cinta dan kebahagiaan akan kamu temui. Aku hanya mohon doamu untukku ya…” katanya sambil melambaikan tangan. Aku bingung ada apa ini ? Aku panggil Diva, dia sudah pergi bersama sinar yang menemaninya.
Sayup-sayup terdengar suara lembut seorang wanita membacakan ayat-ayat suci. Hatiku terasa tenang dan sejuk. Pelan kubuka mataku, terlihat disebelahku mama dengan berurai air mata beliau membacakan ayat-ayat suci itu. “Ya Tuhan…apa yang terjadi dengan ku?” tanyaku dalam hati.
“Mama…” ucapku lirih.
“Alhamdulillah…sayangku…kamu sudah sadar nak…”kata mama sambil menciumi keningku.
“Ada apa ini Ma ? Kenapa aku Ma ?” masih banyak sekali pertanyaan yang ingin aku tanyakan pada mama. Dengan pelan mama menceritakan semua yang terjadi. Aku mengalami kecelakaan dan aku sempat tidak sadarkan diri selama 4 jam. Benturan yang keras membuat tulang kaki sebelah kiriku patah. Dan aku harus operasi. Ternyata ketidaksadaranku selama operasi membawaku bermimpi ketemu Diva.
“Dimana Diva Ma ? Bagaimana keadaannya ?” tanyaku pada mama. Mama tidak menjawab, mama hanya bisa menangis. Kuceritakan mimpiku bertemu Diva pada mama. Akhirnya mama bercerita kalau Diva tidak tertolong. Mendengar penjelasan mama aku langsung syok, kaget dan sedih yang sangat luar biasa.
“Nggak mungkin ma….Diva belum mati…Diva masih ada..maa…”aku teriak histeris. Bagaimana mungkin teman, sahabat yang selalu menemaniku, tempat berbagi cerita suka dan duka, kini telah tiada. Tidak ada lagi tawa yang aku dengar dari suaranya lagi…semua akan terasa sepi.
“Ma…bawa aku menemui jenazahnya Diva ma…”pintaku pada mama.
“Tapi kamu baru saja operasi, kondisimu belum stabil” bujuk mama.
“Tapi aku ingin memberi penghormatan yang terakhir buat Diva ma…aku sayang sama dia ma..”tangisku pada mama.
“Tolong dokter” pintaku pada dokter yang ada disampingku. Akhirnya dokterpun merasa iba padaku, dokterpun memperbolehkanku kepemakaman Diva dengan bantuan kursi roda dan seorang perawat.
Dalam perjalanan ke rumah duka aku tak henti-hentinya menangis. Teringat semua kenanganku bersama dia yang semua itu terasa singkat bagiku. Sangat berat hatiku dengan semua ini. Meskipun dia hanya seorang sahabat, tapi kehadirannya dalam hidupku sangat berarti. Dia adalah teman dalam suka dan duka.
Terlihat bendera kuning berkibar di halaman rumah, puluhan pelayatpun berdatangan. Aku sudah tak kuat lagi menahan tangisku. Kupeluk dan kucium mamanya Diva yang sudah kuanggap mama sendiri.
“Tante…Diva…” Aku tak kuasa lagi. Aku langsung menangis begitu melihat jenazah Diva ada dalam peti. “Ya…Allah …ya Tuhan mengapa semua ini begitu cepat ? Kebersamaanku bersama sahabatku terasa sangat singkat” tangisku sambil memeluk peti jenazah. Tangan mama terasa memelukku dari belakang.
“Sayang….ikhlaskan ya…semuanya milik Tuhan”kata mama.
Aku mengangguk dan tak lama kemudian jenazah segera dikebumikan.
Setelah kejadian itu aku harus vacum dari kesibukkanku, karena aku harus melakukan pengobatan pasca operasi. Akhirnya aku dibawa mama ke Bandung untuk melakukan terapi agar cepat sembuh. Selama 1 bulan dengan tidak ada kesibukkan, dan tidak ada teman yang menghiburku sangat mebuatku jenuh. Ternyata sangat menyedihkan ditinggal oleh seorang yang disayangi meskipun hanya sebagai sahabat. Boneka beruang biru pemberian Diva ini yang selalu aku ajak ngobrol, sebagai teman jika aku butuh teman untuk cerita.
Danau ini adalah tempat faforit kami jika Diva ikut aku pulang ke Bandung. Di sini kami sering main di perahu kecil.
“Diantara kita berdua nanti siapa dulu ya yang akan menikah ? “kata Diva waktu itu. Terus kalau kita sudah nikah nanti kita masih bersama-sama seperti ini lagi nggak ya ? Pasti aku akan kangen sama kamu. Dan yang paling kangen pasti kamu.” Candanya waktu itu. Dan semua itu membuat aku kangen sama dia ya Tuhan….
Belum selesai aku mengenang kebersamaanku dengan Diva, dari arah belakang ada yang menepuk pundakku.
“Renata !! “panggilnya.
“Reza..” kataku tak percaya kalau yang datang adalah Reza. Darimana kamu tahu aku disini?” tanyanku
“Mama kamu bilang kamu sering ke danau ini” jawabnya.
“Ya…tempat ini adalah kenanganku bersama Diva. Kami sering main di sini. Dan aku nggak bisa melupakannya begitu saja”Kataku.
“Ya…aku tahu kamu sangat dekat dan sayang sama Diva, tapi kamu nggak boleh larut dalam kesedihan ya…Diva disana bisa melihatmu. Diva akan senang jika kamu kembali ceria dan kembali berkarya lagi seperti dulu. Jika kamu sembuh nanti aku ingin kamu kembali shuting lagi. Kamu tahu nggak para kru pada kangen dengan bolu pisang. Di lokasi nggak ada yang bawa bolu pisang, makanannya itu-itu melulu bosen” ceritanya.
“Hmmm…bukannya kamu nggak doyan bolu pisang bikinan mamaku, nggak level katamu” kataku.
“He…he…he…waktu itu aku belum ngerasain, tapi setelah coba cicipin, enak juga” katanya.
“Kapan kamu cicipi bolu pisang aku?”tanyaku
“Waktu dilokasi Diva memberi sepotong buatku, awalnya si aku nggak mau, tapi setelah dipaksa ternyata enak dan bikin ketagihan” jawabnya
“Hmm…ngrayuuu..”kataku senang.
“Aku nggak bisa ngrayu, aku bilang apa adanya…daaannn…aku juga mau bilang apa adanya kalau aku suka…..sama…..kaaaamuu” katanya.
“Apa Za ? nggak salah kamu ngomong ? Kamu lihat sekarang aku gimana ? Aku sudah nggak sesempurna dulu lagi, jalanku sudah nggak sempurna,” kataku. Ya…akibat kecelakaan itu jalanku jadi nggak seanggun dulu lagi.
“Aku nggak mau kamu menyesal nantinya Za…aku nggak mau kamu malu..” kataku.
“Renata, aku banyak belajar dari kamu. Kamu yang mengajari aku tentang kesederhanaan, kamu yang mengajariku menghargai orang lain. Kamu tahu kan Ren, di dunia ini tidak ada yang sempurna, banyak diluar sana anak-anak yang jauh mengalami kekurangan dari kamu, tapi mereka masih punya rasa percaya diri. Aku suka kamu dengan segala apa adamu Renata” Kata Reza sambil memeluk erat tubuhku. Dan aku nggak bisa menolak karena dari dulu aku juga suka sama dia.
Satu tahun aku menjalin hubungan dengan Reza, akhirnya kami memutuskan untuk menikah. Dalam pernikahan itu aku memakai kebaya yang dibelikan Diva sesaat sebelum ajal memanggilnya. Aku bisa merasakan kehadirannya ditengah-tengah suasana pesta. Aku yakin dia ada dan melihat aku bahagia. Kamu selalu ada untukku Div….meskipun kamu telah pergi untuk selamanya. Kenanganmu dan kebersamaan kita selalu ada dihatiku. Aku sangat sayang kamu
PROFIL PENULIS
Nama : Susiana Djati
Facebook : Susianadjati
Email : djatikom@yahoo.com
Baca juga Cerpen Cinta yang lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar