AKHIR KISAH CINTAKU
Karya Nur Zakia Citra Dewi
Karya Nur Zakia Citra Dewi
Awal kisah cintaku, semuanya tak mampu aku ungkapkan dalam setiap kalimat tulisan ini. Hanya mampu meneteskan air mata, sungguh tak kusadari bahwa kisah cintaku berujung pada kesedihan yang takkan mampu bisa kulupakan.
* * *
Perkenalkan namaku Icha, aku mempunyai sahabat benama Iwan. Kami berteman sejak lama di mulai pada saat kami duduk dibangku sekolah dasar, hingga akhirnya kami pun menginjak bangku SMK. Dulu, sewaktu kami duduk di bangku sekolah dasar. Setiap hari aku dan Iwan bermain bersama, sampai-sampai tiap ke sekolah Iwan selalu menjemputku dan memboncengku dengan sepedanya. Masa-masa itu adalah kenangan terindah yang aku jalani bersama Iwan. Tapi semuanya berakhir setelah kami berdua menginjak bangku SMK, aku dan Iwan terpisahkan. Iwan melanjutkan studynya di SMK Kesehatan Mega Rezky Makassar dengan kompetensi keahlian Analis Kesehatan, sementara aku melanjutkan studyku di SMK Negeri 4 Makassar dengan kompetnsi keahlian TKJ ( Teknik Komputer Dan Jaringan ). Sebenarnya aku dan Iwan berniat satu sekolah di SMK Negeri 4 Makassar, tapi karena tak ada restu dari kedua orang tua Iwan untuk menyekolahkan Iwan di mana tempat sekarang aku bersekolah akhirnya kami pun terpisahkan.
* * *
Perkenalkan namaku Icha, aku mempunyai sahabat benama Iwan. Kami berteman sejak lama di mulai pada saat kami duduk dibangku sekolah dasar, hingga akhirnya kami pun menginjak bangku SMK. Dulu, sewaktu kami duduk di bangku sekolah dasar. Setiap hari aku dan Iwan bermain bersama, sampai-sampai tiap ke sekolah Iwan selalu menjemputku dan memboncengku dengan sepedanya. Masa-masa itu adalah kenangan terindah yang aku jalani bersama Iwan. Tapi semuanya berakhir setelah kami berdua menginjak bangku SMK, aku dan Iwan terpisahkan. Iwan melanjutkan studynya di SMK Kesehatan Mega Rezky Makassar dengan kompetensi keahlian Analis Kesehatan, sementara aku melanjutkan studyku di SMK Negeri 4 Makassar dengan kompetnsi keahlian TKJ ( Teknik Komputer Dan Jaringan ). Sebenarnya aku dan Iwan berniat satu sekolah di SMK Negeri 4 Makassar, tapi karena tak ada restu dari kedua orang tua Iwan untuk menyekolahkan Iwan di mana tempat sekarang aku bersekolah akhirnya kami pun terpisahkan.
Jujur, semenjak aku menyelesaikan sekolahku di bangku SMP aku sudah mempunyai perasaan yang berbeda dari biasanya kepada Iwan, aku mencintainya. Tetapi aku malu tuk mengungkapkannya, hingga akhirnya perasaan malu itu hilang. Aku pun mengungkapkan perasaanku yang sebenarnya kepada Iwan. Tapi, semuanya tak berujung seperti yang aku harapkan, Iwan menolakku dan tetap memilih untuk menjadi sahabatku seperti yang dulu.
“ Iwan, ada yang ingin aku katakan padamu.”. Ucapku pelan menahan rasa takutku.
“ Hmm,, katakan saja. Jangan di pendam loh, nanti bisa jadi penyakit. Hahaha.”. Jawab Iwan sambil tertawa.
“ Iwan, aku suka sama kamu. Aku ingin kamu jadi kekasihku untuk selamanya. Apa kamu mau ?”.
“ Maafkan aku icha, aku tidak bisa menerimamu. Aku rasa lebih baik kita tetap menjadi sahabat lagi seperti yang dulu. Sekali lagi aku minta maaf.”.
Bila aku tak berujung denganmu,,
Biarkan kisah ini ku kenang selamanya,,
Tuhan tolong buang rasa cintaku,,
Jika kau tak ijinkan aku bersamanya...
Ucapan yang keluar dari mulut Iwan sontak membuatku terkaget, air mataku serasa ingin mengalir. Tapi aku tetap menahannya hingga Iwan berjalan meninggalkanku sendirian. Keinginanku tetap akan terus menunggu Iwan, hingga Iwan akan membukakan pintu hatinya untukku. Keesokan harinya sepulang sekolah aku dan Iwan berjanji ingin bertemu tepatnya di Cafe Costaria di jalan Urip Sumohardjo. Kurang lebih 1 menit Iwan pun datang dengan menggandeng seorang wanita, aku sama sekali tak tahu siapa wanita yang digandeng Iwan itu. Hingga akhirnya Iwan pun menggambil posisi duduk di hadapanku dan wanita yang digandengnya tadi duduk di samping Iwan.
“ Maaf membuatmu sudah lama menunggu icha.”. Ucap Iwan mengawal pembicaraan kami.
“ Hehehe,, nggak apa-apa ko’.”. jawabku sambil tersenyum.
“ Perkenalkan, ini Dewi pacar aku. Dia satu sekolah denganku, cuma kami bedah kompetensi. Aku berada di kompetensi analis sedangkan Dewi berada di kompetensi keperatawan.”. Ungkap Iwan memperkenalkan wanita yang duduk di sampingnya, yang ternyata bernama Dewi.
“ Hmm,,, ought. Perkenalkan, nama aku Icha.”. Ucapku mengalihkan pembicaraanku pada Iwan dan mulai berbicara dengan Dewi, pacar Iwan.
Setelah lama berbincang-bincang dan waktu sudah menunjukkan pukul 15:30, kami pamitan untuk pulang ke rumah masing-masing. Saat berjalan pulang, kulihat motor Iwan melintas di hadapanku, ia membonceng Dewi yang begitu erat memelukya dari belakang. Sungguh pandangan yang menyedihkan. Aku pun segera menaiki angkot yang akan berjalan membawaku ke rumahku. Suara musik dari tape mobil angkot yang kunaiki begitu persis dengan isi hatiku saat ini.
Kau,, harusnya memilih aku,,,
Yang lebih mampu menyayangimu,,
Berada di sampingmu....
Lirik lagu itu dinyanyikan oleh Terry, sangat persis dengan isi hatiku saat ini. Mencintai seseorang, tetapi orang itu mencintai orang lain.
Akhirnya mobil angkot yang kunaiki tersebut berhenti tepat di depan rumahku. Maklum, rumahku berada di pinggiran jalan raya, sehingga sangat mudah ditemui. Dulu, Iwan sering berkunjung ke rumahku. Tapi, semenjak menduduki bangku SMK, apalagi setelah Iwan memiliki seorang pacar dia sudah sangat jarang ke rumahku. Aku merasa sangat kehilangan Iwan, seoraang sahabat yang sangat aku sayangngi dan cinta.
“ Maaf membuatmu sudah lama menunggu icha.”. Ucap Iwan mengawal pembicaraan kami.
“ Hehehe,, nggak apa-apa ko’.”. jawabku sambil tersenyum.
“ Perkenalkan, ini Dewi pacar aku. Dia satu sekolah denganku, cuma kami bedah kompetensi. Aku berada di kompetensi analis sedangkan Dewi berada di kompetensi keperatawan.”. Ungkap Iwan memperkenalkan wanita yang duduk di sampingnya, yang ternyata bernama Dewi.
“ Hmm,,, ought. Perkenalkan, nama aku Icha.”. Ucapku mengalihkan pembicaraanku pada Iwan dan mulai berbicara dengan Dewi, pacar Iwan.
Setelah lama berbincang-bincang dan waktu sudah menunjukkan pukul 15:30, kami pamitan untuk pulang ke rumah masing-masing. Saat berjalan pulang, kulihat motor Iwan melintas di hadapanku, ia membonceng Dewi yang begitu erat memelukya dari belakang. Sungguh pandangan yang menyedihkan. Aku pun segera menaiki angkot yang akan berjalan membawaku ke rumahku. Suara musik dari tape mobil angkot yang kunaiki begitu persis dengan isi hatiku saat ini.
Kau,, harusnya memilih aku,,,
Yang lebih mampu menyayangimu,,
Berada di sampingmu....
Lirik lagu itu dinyanyikan oleh Terry, sangat persis dengan isi hatiku saat ini. Mencintai seseorang, tetapi orang itu mencintai orang lain.
Akhirnya mobil angkot yang kunaiki tersebut berhenti tepat di depan rumahku. Maklum, rumahku berada di pinggiran jalan raya, sehingga sangat mudah ditemui. Dulu, Iwan sering berkunjung ke rumahku. Tapi, semenjak menduduki bangku SMK, apalagi setelah Iwan memiliki seorang pacar dia sudah sangat jarang ke rumahku. Aku merasa sangat kehilangan Iwan, seoraang sahabat yang sangat aku sayangngi dan cinta.
Keesokan harinya aku meminta Iwan menemuiku, tetapi dia menolak, katanya dia punya janji ingin menemani Dewi ke Toko Buku. Aku sangat sedih dan cemburu, aku sedih karena akhir-akhir ini Iwan sudah malas bertemu denganku dan aku cemburu karena Iwan lebih memilih Dewi dibanding aku sahabatnya, walau sebenarnya aku sangat mencintainya.
* * *
Suara dering hpku berbunyi, itu suara dering yang menandakan bahwa ada inbox yang segera membaca pesan dari Iwan.
Send : Iwan
Ku hrap kmu dpat menemuiku bzok splank zkolah,,
Di taman tempat kta dlu sllu brmain brsama..
Setelah membaca pesan dari Iwan, aku pun segera membalasnya.
To : Iwan
Ok,,,
Setelah aku membalas pesan dari Iwan aku pun segera berbaring di atas ranjangku dan memulai merangkai sebuah mimpi yang indah, kutaruh hpku di samping bantalku untuk berjaga-jaga jika ada yang menelvon.
* * *
Sepulang sekolah akupun segera ke taman di mana dulu aku dan Iwan sering bermain bersama, aku ke taman untuk menemui Iwan karena kemarin Iwan memintaku ke taman ini. Taman ini menyimpan banyak kenangan tentang kami berdua mulai saat kami duduk di bangku sekolah dasar hingga akhirnya kami menginjak masa keremajaan kami sebagai siswa SMK.
Kurang lebih 2 menit Iwan pun datang, kali ini ia tidak ditemani oleh Dewi pacarnya. Ia datang dengan sendiri sambil berjalan menuju di mana tempat aku sedang duduk menatapnya dari kejauhan. Senyum manisnya terpancar dari wajahnya. Dengan senyum yang masih terpancar di wajahnya, dia pun segera berjalan mendekatiku yang dari tadi menatapnya dari kejauhan.
“ Pacar kamu mana..? ko’ nggak ikut..?”. Tanyaku memulai pembicaraan.
“ Sebenarnya dia ingin ikut, tapi aku yang melarangnya. Biarlah, inikan acara kita berdua. Kapan lagi kita bisa berdua seperti dulu lagi, apalgi kita punya kesibukan masing-masing. Mungkin ini juga terakhir kalinya kita berdua.”. Jawab Iwan, yang mebuatku kaget mendengar kata-kata yang keluar dari mulutnya.
“ Maksud kamu apa Iwan..? Apa kamu akan pergi jauh dari aku, ninggalin aku sendirian..?”.
“ Hehehe,, nggak ko’, cuma bercanda. Nggak ngerti aja kalau orang lagi bercanda, kamu takut yach kehilangan aku.”. Canda Iwan.
“ Ikkhh,, sapa bilang aku takut kehilangan kamu. Emangnya kamu sapanya aku, kegeeran nich...”. Candaku kembali membuat Iwan tertawa.
“ Betulan nich.? Yaudach aku pulang aja, pulangnya aku nggak akan kembali lagi lho buat nemuin kamu.”.
“ Iwannnn,,, aku kan Cuma bercanda doankkk. Ia dech,, aku takut kehilangan kamu.”.
“ Hahaha,, akhirnya sahabat aku yang imut, cantik, dan pintar ngaku juga. Awas yach, nanti kepalamu kamu meletus.”.
“ Nggak ko’, nggak ada tanda-tandanya. Kamu bisa aja dech buat aku tertawa.”
“ Iwan gitu,,,...”. Puji Iwan sambil tertawa, lalu “ Icha, aku pengen nyanyi nich, tapi nyanyinya berdua bareng kamu. Kamu maukan nyanyi ma aku. ?”. Ajak Iwan.
“ Mmm, ok dech. Kamu mau nyanyi lagu apa ?”.
“ Bagaimana kalau lagunya peterpan, semua tentang kita.Kamu mau kan ?”
“ Ok dech, terserah kamu. Kita mulai yach.”.
Akhirnya aku dan Iwan pun bernyanyi, aku menyandarkan kepalaku pada pundak Iwan.
ada cerita tentang aku dan dia
dan kita bersama saat dulu kala
ada cerita tentang masa yang indah
saat kita berduka, saat kita tertawa
teringat di saat kita tertawa bersama
ceritakan semua tentang kita....
Waktu sudah menunjukkan pukul 18:15 Malam, Iwan pun segera mengantarku pulang ke rumah. Hari ini adalah hari terindah setelah hari-hariku bersama Iwan sewaktu dulu saat kami masih sering bermain bersama. Entah mengapa ada sesuatu yang berbeda yang kurasakan hari ini, rasanya aku ingin menangis dan takut kalau Iwan akan ninggalin aku.
Aku pun segera merebahkan tubuhku di ranjangku, pikiranku masih tertuju pada Iwan seorang. Lalu ku ambil sebuah album foto yang terletak tepat di atas meja kosmetik milikku, kubuka album foto tersebut. Sebuah album foto yang berisi foto-foto kenangan aku dan Iwan saat sering bersama dulu, air mataku pun mengalir. Rasanya aku ingin kembali ke masa di mana aku dan Iwan sering bermain, bercanda dan tertawa bersama, tapi ku rasa itu mustahil.
* * *
2 Bulan Kemudian....
Hari senin yang akan datang aku akan merayakan pesta ulang tahunku yang ke tujuh belas di mana aku aka menginjak betul masa kedewasaanku. Undangan ulang tahunku pun sudah tersebar di sekolahku, tinggal satu undangan lagi yang tersisa. Undangan ini akan aku berikan kepada Iwan, orang yang sangat spesial di hidupku dan kuharapka ia akan datang serta ikut memeriyahkan pesta ulang tahungku yang ke tujuh belas.
Sepulang sekolah, aku pun segera ke rumah Iwan untuk satu tujuan memberikan undangan ulang tahunku kepada Iwan. Namun, rumah Iwan kosong. Kiki adik Iwan yang sering main ayunan di halaman rumah Iwan juga tidak ada, Tante Indri mama Iwan yang biasanya menyiram bunga di halaman rumah Iwan juga tidak ada. Aku pun terpaksa menaruh undaganku di kotak surat yang tegak berdiri di samping pagar rumah Iwan, aku sangat berharap Iwan membacanya. Setelah aku menaruh undangan itu, aku pun segera pulang ke rumah. Selama di perjalanan aku hanya memikirikan Iwan sambil mendengarkan musik dari MP 3 yang ada di hpku dengan alat bantuan headshet, agar suara yang keluar hanya terdengar di telingaku saja. Lagu Monita pun tedengar di telingaku, lagu yang membuatku terinspirasi untuk tetap mencintai Iwan.
Oh,, mungkinka kau yang jadi,,
Kekasih sejatiku,,
Untuk ada d sini menemaniku,,
Semoga tak sekedar harapku....
Sesampaiku di rumah, aku pun menuju ke kamarku. Ku ambil sekaleng pepsi yang terletak di atas meja makan rumahku. Bayangan Iwan terus mengahantui pikiranku, setelah pertemuan terakhir di taman aku sangat merindukan Iwan, di fikiranku hanya Iwan seorang. Ku putar lagu Stingky yang ada di Mp 3 hpku.
Mungkinka,, kitakan selalu bersama,,
Walau terbentang jarak antara kita,,
Biarkan,, ku peluk erat bayangmu,,
Tuk melepaskan semua kerinduanku...
Kau ku sayang,, selalu ku jaga,,
Takkan ku lepas selamanya...
Selah mendengar lagu dari Stingky, aku pun tertidur. Di tidurku ini aku berharap bisa bertemu dengan Iwan, walau hanya lewat sebuah mimpi.
* * *
Senin, 6 Desember 2010
Akhirnya, hari yang kutunggu-tunggu pun tiba. Yaitu, har ultahku yang ke tujuh belas. Di hari ultahku ini aku mengngenakan sebuah gaun berwarna biru pemberian papa. Beberapa teman-temanku telah datang memenuhi halaman dan ruangan rumahku. Kurang lebih 3 menit semua tamu yang ku undang pun datang, aku pun segera melirik-lirik ke beberapa ruangan. Kucari Iwan, orang yang spesial yang ku harapkan untuk datang di hari bahagiaku ini. Tapi, aku sama sekali tidak menemukannya, akupun segera berjalan menuju halaman rumahku yang juga di penuhi beberapa teman dan tamu-tamu yang ku undang, tetapi wajah Iwan sedikit pun tak terlihat. Aku sangat sedih, rasanya air mataku ingin mengalir. Aku mencoba menahanya, mungkin Iwan tidak bisa datang karena ingin menemani Dewi pacarnya. Kusembunyikan rasa sedihku dan mencoba untuk tersenyum, aku pun segera masuk ke dalam rumah. Tiba-tiba sebuah tangan menarik tanganku, aku pun berbalik. Ternyata itu Dewi pacar Iwan, tangan Dewi tetap menarikku sampai ke halaman belakang rumahku. Tak ada orang di tempat ini, hanya aku berdua. Dewi pun segera melepaskan tanganku dan menatap mataku, kulihat dari tatapan matanya, sepertinya di sedang bersedih. Tiba-tiba Dewi memberiku sebuah mawar merah, pada mawar merah itu terselip sebuah surat.
“ Ini dari siapa, Wi..?”. Tanyaku heran.
“ Ini hadiah untuk kamu, pemberian Iwan. Aku berharap kamu tidak marah karena Iwan tidak bisa hadir di hari ultahmu dan ikut memeriyahkannya aku pamit pulang dulu yach Icha,,Bye.”. Ungkap Dewi lalu berjalan pulang meninggalkanku
Aku pun segera melepas surat yang terselip di tangkai bunga mawar pemberian Iwan untukku dan segera membacanya.
Dear Icha...
I LOVE U forever and Happy Birthday...
Icha, maafin aku yach,, aku tidak bisa hadir dan ikut memeriahkan hari ulang tahunmu yang ke tujuh belas. Mungkin di saat kamu membaca surat ini, aku tengah berbaring di rumah sakit.
Maafkan aku Icha, karena aku sudah melukis luka di hatimu hingga membuatmu menangis karena telah menolak cintamu, semua ini aku lakukan karena terpaksa icha. Aku menderita kanker otak yang memungkinkan aku sudah tidak bisa hidup untuk lebih lama lagi. Di akhir-akhir hidupku aku berusaha untuk melupakan kamu, tapi aku tidak bisa karena aku juga sangat mencintai kamu icha. Dewi itu Cuma sepupu aku, tidak lebih. Aku Cuma meminta Dewi untuk menjadi pacar bohongan aku, agar kamu berhenti untuk mencintaiku dan mengejar cintaku. Karena jika aku menerimamu menjadi pacarku, itu hanya membuatku sangat bersalah karena harus mninggalkanmu suatu saat nanti. Ku yakin suatu saat nanti kamu akan menemukan orang yang lebih pantas untukumu.
Sebelum aku mengetahui penyakitku, dulu aku sempat berniat untuk menyatakan cinta padamu icha. Mungkin Allah sangat menyayangngi kta sehingga ia menunjukkah hal yang terbaik untuk kita berdua. Icha, cintaku padamu kan ku bawa sampai kumati, hingga nafas terakhirku ku tetap mencintai dan memujamu... I LOVE U today, always & forever.
Iwan
Setelah membaca surat dari Iwan, aku pun segera meninggalkan pesta ulang tahunku yang sedang berjalan dan segera menuju rumah sakit, di mana Iwan sedang berbaring lemah. Sepanjang perjalanan air mataku tak hentinya mengalir, selalu saja di pikiranku ada Iwan. Aku sangat takut jika Iwan meninggalkan aku.
Kulewati koridor rumah sakit mencari ruangan di mana Iwan tengah berbaring lemah. Tepat di samping ruangan teratai I kulihat dari kejauhan sebuah ruangan pasien yang pintunya tengah terbuka, beberapa orang di dalam ruangan itu. Tiba-tiba mataku tertuju pada dua orang wanita yang sepertinya sedang menangis di dalam ruangan itu, dia adalah Dewi dan tante Indri. Aku pun segera berlari menuju ruangan tersebut, dengan rasa sedih aku masuk ke dalam ruangan tersebut. Semua mata tertuju padaku, kulihat Iwan sedang berbaring lemah di atas sebuah ranjang dengan wajah yang sangat pucat. Dia menatapku sambil tersenyum, ku dengar ia menyebut namaku dengan pelan. Aku pun segera mendekatinya, ku genggam erat tangannya yang juga menggenggam erat tangan sambil menangis.
“ Iwan, jangan tinggalkan aku. Aku sama sekali tidak bisa hidup tanpamu, kamu harus kuat Iwan ! Kamu harus tetap bertahan untuk hidup, aku ingin kita bersama selamanya. Kenapa sich, kamu ngelakuin semua ini ? Kenapa dari awal kamu tidak bilang ke aku kalau kamu punya penyakit. Buktinya, kamu juga sayang dan cintakan ma aku.”. Ucapku sambil meneteskan air mata.
“ Aku tahu icha, ini semua salah aku. Aku minta maaf Icha, aku cuma tidak ingin kamu kecewa dan menderita karena memiliki seorang pacar yang menderita penyakit kanker otak seperti aku. Tidak ada yang bsa di harapkan dari aku Icha, aku Cuma bisa membuatmu sedih. Icha, mungkin ini adalah pesan terakhir aku. Kamu jangan nangis Icha. Please, boleh tidak di akhir hidupku ini kamu tersenyum ?”. Ucap Iwan sambil mengusap air mata di pipiku.
“ Jangan merasa bersalah Iwan, ini semua bukan salah kamu. Allah sudah nentuin jalan hidup kita masing-masing.”. Jawabku sambil tersenyum menuruti permintaan Iwan, ku genggam tangan Iwan yang sedang menempel di pipiku.
“ Icha, Happy Birthday and I Love you forever. Cintaku padamu kan ku bawa sampai ku mati, kau selalu di hatiku. Selamat Tinggal.”. Ungkap Iwan sambil tersenyum.
“ I love you to,, makasih Iwan atas semuanya.”. Jawabku sambil mengeuarkan air mata.
Kini, Iwan pun telah kembali kepada sang pencipta, suasana hening dan isak tangis menghiasi ruangan di mana Iwan tengah menutup matanya untuk selamanya. Rasanya baru kemarin aku dan Iwan bersama, kini dia sudah pergi meninggalkan aku.
Kulewati koridor rumah sakit mencari ruangan di mana Iwan tengah berbaring lemah. Tepat di samping ruangan teratai I kulihat dari kejauhan sebuah ruangan pasien yang pintunya tengah terbuka, beberapa orang di dalam ruangan itu. Tiba-tiba mataku tertuju pada dua orang wanita yang sepertinya sedang menangis di dalam ruangan itu, dia adalah Dewi dan tante Indri. Aku pun segera berlari menuju ruangan tersebut, dengan rasa sedih aku masuk ke dalam ruangan tersebut. Semua mata tertuju padaku, kulihat Iwan sedang berbaring lemah di atas sebuah ranjang dengan wajah yang sangat pucat. Dia menatapku sambil tersenyum, ku dengar ia menyebut namaku dengan pelan. Aku pun segera mendekatinya, ku genggam erat tangannya yang juga menggenggam erat tangan sambil menangis.
“ Iwan, jangan tinggalkan aku. Aku sama sekali tidak bisa hidup tanpamu, kamu harus kuat Iwan ! Kamu harus tetap bertahan untuk hidup, aku ingin kita bersama selamanya. Kenapa sich, kamu ngelakuin semua ini ? Kenapa dari awal kamu tidak bilang ke aku kalau kamu punya penyakit. Buktinya, kamu juga sayang dan cintakan ma aku.”. Ucapku sambil meneteskan air mata.
“ Aku tahu icha, ini semua salah aku. Aku minta maaf Icha, aku cuma tidak ingin kamu kecewa dan menderita karena memiliki seorang pacar yang menderita penyakit kanker otak seperti aku. Tidak ada yang bsa di harapkan dari aku Icha, aku Cuma bisa membuatmu sedih. Icha, mungkin ini adalah pesan terakhir aku. Kamu jangan nangis Icha. Please, boleh tidak di akhir hidupku ini kamu tersenyum ?”. Ucap Iwan sambil mengusap air mata di pipiku.
“ Jangan merasa bersalah Iwan, ini semua bukan salah kamu. Allah sudah nentuin jalan hidup kita masing-masing.”. Jawabku sambil tersenyum menuruti permintaan Iwan, ku genggam tangan Iwan yang sedang menempel di pipiku.
“ Icha, Happy Birthday and I Love you forever. Cintaku padamu kan ku bawa sampai ku mati, kau selalu di hatiku. Selamat Tinggal.”. Ungkap Iwan sambil tersenyum.
“ I love you to,, makasih Iwan atas semuanya.”. Jawabku sambil mengeuarkan air mata.
Kini, Iwan pun telah kembali kepada sang pencipta, suasana hening dan isak tangis menghiasi ruangan di mana Iwan tengah menutup matanya untuk selamanya. Rasanya baru kemarin aku dan Iwan bersama, kini dia sudah pergi meninggalkan aku.
Tak pernah terpikir olehku
tak sedikit pun ku menyangka
kau akan pergi tinggalkan ku sendiri
begitu sulit ku menyangkal
begitu sakit ku rasakan
kau akan pergi tinggalkan ku sendiri
Di bawah batu nisan kini kau tlah sandarkan
kasih sayang kamu begitu dalam
sungguh ku tak sanggup ini terjadi
karna ku sangat cinta
Ini lah saat terakhirku melihat kamu
jatuh air mataku menangis pilu
hanya mampu ucapkan selamat jalan kasih
Satu jam saja ku telah bisa
cintai kamu kamu kamu di hatiku
namun bagiku melupakanmu
butuh waktuku seumur hidup
Satu jam saja ku telah bisa
sayangi kamu di hatiku
namun bagiku melupakanmu
butuh waktuku seumur hidup
di hatiku,,,
Bunga tabur kini mulai menghiasi pembaringan terakhir Iwan, air mataku tak henti-hentinya mengalir. Semua tentang Iwan terbersit di pikiranku, sangat sulit aku melupakannya. Dialah lelaki yang sangat spesial di hidupku. “ Iwan, selamat tinggal. Makasih atas warna dan cinta yang telah kamu berikan untukku. I Love you.”.
PROFIL PENULIS
Perkenalkan nama saya Nur Zakia Citra Dewi, saya akrab di panggil Zakia dengan teman-teman. Saya lahir pada tanggal 13 April 1996 dan saya bersekolah di SMK Negeri 4 Makassar.
Cita-cita saya adalah menjadi seorang penulis yang dikenal oleh semua orang..
hehehe :)
Cita-cita saya adalah menjadi seorang penulis yang dikenal oleh semua orang..
hehehe :)
Baca juga Cerpen Cinta yang lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar