Minggu, 01 Juli 2012

Late - Cerpen Cinta

LATE
Karya Jesica Oktavia

Kau benar. Aku memang telah terjebak dalam dimensi ukiran cinta yang rumit. Aku bermimpi mencoba meraih cinta yang dulu pernah aku lukai. Kini, Sekeras apapun aku mencoba bertahan. Sekeras apapun aku berlari mengejarnya. Sekeras apapun aku memohon maaf padanya. Semuanya tak kan kembali seperti sedia kala..
#####

Pemandangannya begitu indah. Aku melihat sebuah gunung besar kokoh berdiri di atas hamparan dataran yang luas. Angin berhembus sejuk mengibaskan rambutku yang terurai sepanjang bahu. Kurasakan tiap desiran angin yang bertiup padu mengalun layaknya sebuah irama yang sedang di senandungkan. Langit juga tampak begitu biru melengkapi indahnya panorama kehidupan di sini. Tapi, aku rasa tempat ini mengingatku pada suatu kota yang sangat aku sukai. Kota Batu.
Ku pejamkan kedua mataku. Ku Nyayikan sebuah sebuah lirik lagu yang yang tiba-tiba saja muncul dalam otakku.“ I wake up to your sunset and it’s driving me mad-jetlag.” Perlahan tapi jelas, terdengar suara lain dari arah belakangku. “ I miss you so badly, my heart heart is so jetlag, heart heart heart is so jetlag, so jetlag.”

Dengan sigap, aku menoleh ke sumber suara tersebut. Senyum segera tepancar dari wajahku. Jeremy berdiri disana. Pandangan kami bertemu. Aku berusaha melangkah untuk mendekatinya. Anehnya, kakiku dan tanganku serasa membeku. Aku berusaha sekuat tenagaku berniat untuk menggapai Jeremy dari sini. Namun, apa daya semuanya sia-sia. Wajahnya semakin tak jelas terlihat. Pandanganku perlahan memudar hingga akhirnya ia benar-benar menghilang dari hadapanku.
”JEREMY!!!!!”
“Vina. Vin! Ini aku stefy. Bangun Vin!” Stefy berteriak panik, mencoba membangunkanku.”Vin, gak ada Jeremy di sini.” Sampai akhirnya aku terbangun dan tersadar.
“Jeremy. Jeremy dimana ?” tanyaku linglung.
“Vina, kamu mimpi apa tentang Jeremy ?” tanya Stefy bingung.
“E--e –engga kog.” Jawabku seraya mengusap air mata yang sedang menggumpal di sudut mataku.
Sekarang, stefy heran memerhatikanku.“Bener kamu nggak mimpi apa-apa ? soalnya dari tadi kamu tidur, kamu nyebut nama Jeremy terus.”
“Udahlah Stefy, itu nggak penting. Udah berapa lama aku tidur ?” ujarku kesal.
“Sekitar 2 jam yang lalu sebelum aku bermain laptopmu.” Gumam Stefy sambil menggerakkan jarinya lincah di atas keyboard laptopku.

Aku membaringkan tubuhku, melayangkan pandanganku ke langit-langit kamarku. Pikiran kembali berputar pada bunga tidurku barusan tentang Jeremy.
Jeremy adalah sahabatku. Sekaligus satu-satunya pria yang sangat aku cintai. Ia laki-laki yang pernah aku sakiti. meski begitu, Aku mencintainya bukan karena perasaan bersalah tetapi aku mencintainya karena memang hatiku menginginkannya.
Aku bertekad untuk meminta maaf padanya dan berusaha untuk memulai semuanya dari awal.
Esok hari di sekolah, aku duduk menunggu. Perlahan, sosok Jeremy muncul sedang berjalan menggunakan seragam sekolah, dengan jaket sport yang sering ia gunakan bewarna abu-abu putih. Ia melihatku, menatapku dengan pandangan dingin. Kurasakan kebencian yang besar menumpuk dalam dirinya. Aku segera berlari, memanggilnya. “ Jeremy, Jeremy !”
Namun nihil. Ia sama sekali tak menanggapi panggilanku.
Aku tergolek lemas putus asa. Titik-titik air mata pun jatuh membasahi pipiku. Aku tak kuasa menahan tangis. Penyesalan besar mengerogoti hatiku. Betapa bodohnya aku, mengapa dulu aku harus menyakitinya.

Aku berlari sejauh yang aku bisa, kakiku melangkah ke sebuah taman di gereja sekolahku. Angin bertiup pelan. Kutarik nafasku dalam-dalam, kehembuskan senada dengan angin bertiup lembut. Kedua mataku terpejam. Saat itu duniaku beralih pada kenangan lalu.
“Vina, awas kamu ! aku lempar tepung kanji abis gini, lihat aja !” teriak Jeremy kesal.
“Coba kalau bisa :p.” gumamku. “Yang ada aku kabur duluan, wek :p .”
“Awas, kamu ya Vina!” saut jeremy ia mengejarku, melempari aku dengan tepung kanji bekas bahan dari praktek kimia barusan. Kurasakan kebahagiaan yang sangat berarti. Senyum Jeremy saat itu benar-benar membuatku merasa beruntung karena memiliki sahabat sepertinya. Ia menunjukan padaku sebuah cinta dalam persahabatan. Cinta yang akan selalu ada setiap waktu. Indahnya langit biru yang terlihat tak akan bisa mengalahkan indahnya perasaan bahagia yang kurasakan saat itu.

Rok sekolahku dan rambutku dipenuhi dengan tepung kanji, begitu juga dengan Jeremy. Lantai sekolahku terlihat sangat kotor.
“Aghh Jeremy !!!! kotor tau.” Desisku tajam padanya dengan melemparkan pandangan sinis pada Jeremy.
“Ayo bales sini coba, Vin.” Jeremy mulai melempariku lagi dengan tepung. Perang tepung kanji. Benar-benar nama yang menggelikan untuk di ingat.
“Sampai kapan kamu bakal gini, Vin ?” Tiba-tiba Stefy, sahabatku muncul menatapku dengan penuh rasa kasihan.
“ Aku gak sedih.” Ujarku singkat.
“Vin, aku tau masalahmu sama jeremy, jadi jangan coba-coba sembunyiin bebanmu lagi. Aku juga sahabatmu, Vin. Aku gak mau liat sahabatku gini terus.” Ucapan Stefy memberiku sedikit ketenangan. “Kamu harus bangkit Vin, harus !”
“Makasih Stef.” Senyumku kembali terpancar. Aku merasa bersyukur masih memiliki sahabat seperti Stefy. Ia seorang perempuan yang sangat hebat dan luar biasa.
“Temui lagi cintamu, minta maaf sama dia. Lalu belajarnya untuk melepaskannya.” Kata Stefy dengan penuh keyakinan.
“Iya, aku pasti akan minta maaf sama dia.”

Siang itu aku merogoh saku rok—ku, ku kirim sebuah pesan permintaan maaf untuk Jeremy. Dan ku terima pesan balasan dari Jeremy.
“Aku hanya memerlukan waktu untuk menenangkan diriku. Aku udah maafin kamu sebelum kamu minta maaf sama aku. Kamu harus belajar nahan ego kamu, rubah sikap buruk kamu. Maaf untuk saat ini, cuman ini yang bisa aku bilang ke kamu. aku lagi gak ada mood untuk sms, maaf.”
Kuhela nafasku pelan. Mungkin Jeremy benar, egois memang telah menguasai aku.
Keesokan harinya aku berjalan menelusuri koridor sekolahku, kucari sosok Jeremy. Ia tak terlihat dimana-mana. Perlahan aku teringat pada tempat kesukaan Jeremy. Aku berlari menuju kesana. Sesaat sesudah itu, aku melihat Eilen berada di sana bersama Jeremy, aku heran apa yang mereka lakukan.
Dan ternyata aku telah ebnar-benar terlambat Jeremy telah menyatakan cintanya pada Eilen. Benar-benar terlambat.

Cinta itu memang begitu rumit untuk dimengerti. Kadang saat cinta itu ada di samping kita. Kita malah bersantai-santai dan merasa yakin bahwa cinta itu tak akan pernah hilang dari samping kita. Namun, saat cinta itu pergi, kita baru menyadari betapa bodonya kita dulu saat menganggap remeh keberadaan cinta.
Dari pengalaman ini aku belajar bagaimana aku harus lebih menghargai sebuah cinta. Cinta bukanlah hanya sebuah kata-kata bualan yang menarik hati sehingga dapat membuat seseorang terpesona. Cinta bukanlah suatu keindahan seperti yang ditunjukan pada cerita dongeng anak. Cinta juga bukan sebuah permainan yang harus dimenangkan dan didapatkan. Tapi cinta itu adalah sebuah pengorbanan.
Pengorbanan sejati ialah cinta yang sejati.

PROFIL PENULIS
Nama : Jesica Oktavia
TTL : Surabaya, 3 Oktober '97
Facebook : Jesica Oktavia

Ini salah satu koleksi cerpen yang aku buat, meskipun ceritanya mungkin ga sebagus cerpen" lain tapi aku harep bisa sedikit menghibur orang-orang :)

Baca juga Cerpen Cinta yang lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar